Ali bin Abdurrahman Alhabsyi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PurpleViss (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Katekuchan (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
Baris 95:
 
Ketika usianya mencapai sekitar 11 tahun, ia berangkat ke [[Hadramaut]] untuk belajar agama. Tempat pertama yang ditujunya ialah ke rubath Habib ‘Abdur Rahman bin ‘Alwi al-’Aydrus. Di sana ia menekuni belajar dengan para ulamanya, antara yang menjadi gurunya ialah Shohibul Maulid Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-’Aydrus, Habib Zain bin ‘Alwi Ba’Abud, Habib Ahmad bin Hasan al-’Aththas dan Syaikh Hasan bin ‘Awadh. Ali bin Abdurrahman Alhabsyi
juga berkesempatan ke al-Haramain dan meneguk ilmu daripada ulama di sana, antara gurunya di sana adalah Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi (Mufti [[Makkah]]), Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati, (pengarang I’aanathuth Thoolibiin yang masyhur) Syaikh [[Muhammad Said]] Babsail, Syaikh ‘Umar Hamdan.
 
=== Masa Muda dan Tua ===
Baris 102:
Ia mulai melaksanakan maulid akhir Kamis bulan Rabiul Awwal setelah wafatnya Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sejak tahun 1338 H/1920 M sampai 1355 H/1937 M di madrasah [[Jamiat Kheir]].
 
Dalam rangka memantapkan tugas dakwahnya, Habib Ali membangun [[Masjid Al-Riyadh Kwitang|Masjid Al-Riyadh]] tahun 1940-an di Kwitang serta di samping masjid tersebut didirikannya sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah ''Unwanul Falah''. Tanah yang digunakan untuk membangun masjid tersebut merupakan wakaf yang sebagian diberikan oleh seorang betawi bernama Haji Jaelani (Mad Jaelani) asal Kwitang.<ref>{{cite web|title="Saudagar Baghdad dari Betawi"|url=http://books.google.com/books?id=HeIoTLPRNbcC&printsec=frontcover&dq=maria+van+engels&source=gbs_similarbooks_s&cad=1#v=onepage&q&f=false|title="Saudagar Baghdad dari Betawi"}}Shahab, A: ''Saudagar Baghdad dari Betawi'', hal 43. Penerbit Republika, 2004. ISBN 979-3210-30-3</ref> Banyak ulama [[betawi]] atau [[Jakarta]] yang pernah menjadi muridnya atau pernah belajar di madrasah yang didirikannya. Di antara muridnya yang terkenal adalah [[Abdullah Syafi'i|K.H. ‘Abdullah Syafi’i]] (pendiri majlis taklim '''Assyafi'iyah''', K.H. Thahir Rohili (pendiri majlis taklim '''Atthohiriyah''' dan K.H. Fathullah Harun (ayah dari Dr. Musa Fathullah Harun, seorang bekas pensyarah UKM).
 
Saat meninggalnya Habib Ali, stasiun penyiaran TV satu-satunya Indonesia saat itu, TVRI, menyiarkan berita wafatnya.<ref name="habibalikwitang1">{{cite web|url=http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2010/02/28/habib-ali-bin-abdurrahman-al-habsyi-kwitang/ |title="Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang)"}}</ref>