Soegoro Atmoprasodjo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Envapid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 11:
Pada 9 Juli 1946, sebelum pergi menuju Konferensi Malino, [[Frans Kaisiepo|Kaisiepo]] bersama [[Corinus Krey]] bertemu dengan Soegoro di penjara Abepura yang difasilitasi [[Elly Uyo]] dan Johan Aer, dimana mereka setuju akan penggunaan nama Irian.<ref name="Kemdikbud 1983 p.72-73">{{Cite web|last1=Patiara|first1=John|last2=Renwarin|first2=Herman|last3=Soedharto|first3=Bondan|last4=Palangan|first4=M.|date=1983|title=Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialis dan Kolonialisme di Daerah Irian Jaya|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/14100/1/Sejarah%20perlawanan%20terhadap%20imperialisme%20dan%20kolonialisme%20di%20daerah%20irian%20jaya.PDF|website=Kemdikbud|pages=72–73| access-date=2021-11-03}}</ref> Dari penjara, Soegoro kembali merencanakan dua kali pemberontakan dari dalam penjara yang pertama pada Juli 1946 saat [[Konferensi Malino]] dipimpin oleh Panggoncang Alam asal Minangkabau untuk membebaskan Soegoro yang melibatkan [[Marthen Indey]], [[Corinus Krey]], [[Bastian Tauran]], dan orang-orang Papua dari sekolah Soegoro, sebelas orang [[Ambon]] yang bekerja sebagai tukang reparasi, tentara KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda), anggota batalion Papua milik van Eechoed, dan 30 pemuda Papua yang berasal dari sekitar [[Danau Sentani]].<ref name="Sitompul 2015"/><ref name="Chauvel 2009 pp. 165-187"/>
 
Yang kedua pada 31 Desember 1946 - 4 Januari 1947. Direncanakan, Soegoro akan menjadi Resident, [[Marthen Indey]] sebagai administrator, dan Salmon Tamaela, seorang asal Ambon anggota KNIL sebagai pemimpin militer. Rencana itu gagal karena seorang anggota batalion Papua membocorkannya kepada pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda menangkap dan menginterogasi para pemberontak. Seperti [[Marthen Indey]], [[Corinus Krey]], [[Silas Papare]], Petrus Wettebossy. Beberapa pelaku diasingkan dan dibebaskan, namun Soegoro dihukum 14seumur tahunhidup, semula di Hollandia kemudian dipindahkan ke penjara Tanah Merah, Merauke.<ref name="Chauvel 2009 pp. 165-187"/> Berkat lobi pemerintah Indonesia, hukuman Soegoro diringankan menjadi 14 tahun.<ref name="Sitompul 2019"/>
 
Pada 5 April 1947, Soegoro yang dihukum 14 tahun dan [[Willem Nottan]] asal [[Kota Tual|Tual]], [[Kepulauan Kei]] yang dihukum sepuluh tahun, serta lima tahanan lainnya, berhasil melarikan diri dari penjara Tanah Merah, [[Merauke]], menuju [[Papua Nugini]], lalu ke [[Australia]].<ref name="Sitompul 2015"/>
 
Pada 1950, Soegoro kembali ke Indonesia dan bekerja di Departemen Luar Negeri. Menjelang kembalinya Papua ke pangkuan Republik Indonesia, Soegoro menjadi delegasi Indonesia dengan kedudukan sebagai penasihat dalam pemerintahan transisi UNTEA (United Nations United Nations Temporary Executive Authority ). Putra-putra Papua didikannya kemudian menyebut Soegoro sebagai Bapak IRIAN.<ref name="Sitompul 2015">{{cite web | last=Sitompul | first=Martin | title=Soegoro Atmoprasodjo, Orang Pertama yang Memperkenalkan Nasionalisme Indonesia di Papua | website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia | date=2015-08-12 | url=https://historia.id/politik/articles/soegoro-atmoprasodjo-orang-pertama-yang-memperkenalkan-nasionalisme-indonesia-di-papua-6mma3 | language=id | access-date=2022-08-11}}</ref>