Sejarah Indramayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
→Kesultanan Dermayu: Penambahan Konten Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 239:
Kepemerintahan Sulthan Khalif diturunkan kepada putranya Pangeran Wirakusuma sebagai sultan dermayu yang kedua dan ia menjabat dari tahun 1510. Ia juga menikahi Nyi Mas Ratu Ilir putri dari Raden Husyahin (Kussen) [[Demak]]. Sultan Wirakusuma juga mulai memigrasi para pengrajin Batik Lasem untuk menjadi guru seni batik dermayu atau dermayon.
Pada era kepemimpinannya ini bisa dikatakan awal mulanya ditemukan ladang minyak bumi di Kesultanan Dermayu, yang mana sumur minyak bumi itu ditemukan di Desa Sukaperna tahun sekitar 1512 masehi ([[Sukaperna, Tukdana, Indramayu|Sukaperna, Tukdanan, Indramayu]]). Menurut naskah jawa kuno gumi hwang yang merujuk pada Sultan Dermayu pertama atau Sulthonul Khalif Aria Wirasamudra mengucapakan suatu kalimat, bahwa disebutkan
Minyak Bumi yang masih mentah itu di tahun 1512 juga ditemukanya teknologi untuk pemisah minyak dengan belerang yaitu dengan tehnik suling menggunakan Tanur Lanseng (lanzheng). Kesultanan Dermayu berhasil menjadi Kerajaan kaya pasca ditemukannya sumur minyak itu dan minyak bakar menjadi komoditas andalan Dermayu.
Baris 249:
Satu awak kapal, sekaligus saudagar besar Portugis, Hernique Leme, diperkenankan bertemu penguasa Dermayu atau Sultan Wirakusuma. Dalam kesempatan itu mereka meminta izin mendirikan kantor dagang Portugis di Kota Dermayu untuk menjual beberapa komoditas andalannya, namun permintaan izin tersebut ditolak. Portugis hanya memiliki komoditas Kain dan Keramik, yang mana barang tersebut sudah banyak berhamburan pada beberapa pasar dan ditambah dengan komoditas kain sutra dari [[Dinasti Ming]] di Kesultanan Dermayu.
Hernique Leme bersama awak kapalnya mulai mencari tempat berdagang di seluruh pulau jawa dan kabarnya mereka memiliki kantor dagang di
Orang-orang suruhan Raja Sunda Surawisesa dimigrasi ke Kesultanan Dermayu di pelabuhan Serayu (sekarang wilayah [[Brebes]]) untuk mendirikan kantor dagangnyq disana, namun para pekerja termasuk barang atau komoditasnya bukan berasal dari Kesultanan Dermayu, melaikan pekerja dan komoditas dagang atau barang sepenuhnya dari orang-orang surawisesa.
Baris 257:
Berawal dari penduduk Serayu yang mengusir mereka dari pelabuhan karena tidak nyaman dengan kehadiran penduduk Sunda di Serayu (Brebes). Menurut catatan lama dermayu, orang-orang suruhan Surawisesa itu, ketika diusir oleh penduduk Serayu mereka mengaku punya tanah di Serayu dan juga mengaku wilayahnya luas sampai Serayu ([[Brebes]]), padahal wilayah kerajaan mereka tidak sampai ke [[Bekasi]] dan [[Karawang]].
Pangeran Wirakusuma mulai menaikan harga minyak per Chen Tong (1/8 Teko) dengan harga 10 keping perak, yang mana sebelumnya hanya 3 keping perak, hal itu dilakukan untuk menekan
Kapal-kapal dagang Portugis yang biasanya sampai 16, itu tersisa hanya dua kapal portugis yang berlabuh di Betawi akibat konflik. Hernique Leme memindahkan kantor dagangnya ke Siam (Thailand) pada 5 Juli 1522, namun Portugis kembali mendirikan kantor di sebelah timur betawi dengan maskapai kapal yang berbeda pasca konflik lokal berakhir.
Pada 22 Agustus 1522, Pangeran Wirakusuma mengambil tindakan
Raden Fatah sebagai penguasa [[Kabupaten Demak|Demak]] meminta Sultan Wirakusuma untuk [[Feodalisme|memfeodalisme]] sumber daya alam Kesultanan Dermayu dari bangsa-bangsa pendatang. Harapan Pangeran Wirakusuma juga demikian, bahwa sumber daya alam dermayu sebaikannya hanya di perjual belikan kepada penduduk di nusantara, namun ia juga tidak ingin kehilangan bisnis minyak mentah dengan [[Dinasti Ming]] sebagai pemasukan ekonomi utama Kesultanan Dermayu.
Pada tanggal 1 September 1522 Pangeran Wirakusuma mulai menjatuhkan harga nilai uang perak dengan logam Maas. Setelahnya Mata uang Maas dermayu digunakan untuk nilai tukar jual beli benda dan perak hanya digunakan sebagai pemesanan. Hal itu juga mempengaruhi
Pada tanggal 23 Agustus 1522 Prajurit Kesultanan Dermayu menyerang Surawisesa bersama prajuritnya di daerah Betawi dekat Banten. Serangan itu adalah kebencian pribadi dari diri Pangeran Wirakusuma terhadap Surawisesa, karena telah melakukan fitnah besar di daerah Pasundan, yang mana Surawisesa mengatakan, bahwa orang-orang Dermayu adalah orang terkutuk.
Baris 275 ⟶ 273:
Tindakan Surawisesa itu juga diketahui oleh Raden Fatah di Demak, bahwa Surawisesa memainkan politik fitnah seperti memigrasi suku sunda di Banyumas yang kemudian orang-orang surawisesa itu mengaku-mengaku memiliki batas wilayah kerajaan sunda sampai Banyumas. Hal itu mengapa terdapat kehadiran Raden Fatah dan prajurit dari Demak menyerang orang-orang Surawisea di Betawi dan Galuh Kawali.
Selebihnya Pangeran Wirakusuma pasca Surawisesa terbunuh di Betawi, ia mulai menyerang
Pasca perang telah usai, beberapa tuntutan seperti dari Palembang yang sebelumnya memiliki perjanjian dengan Pangeran Wirakusuma akan menjadikan daerah mereka sebagai Kesultanan jika membantu kesultanan dermayu. Pangeran Hadi Samudra salah satu putra dari Pangeran Wirakusuma menjadi penguasa di Palembang untuk mengubah Kerajaan menjadi Kesultanan Palembang.
Baris 286 ⟶ 284:
Tahta Pangeran Wirakusuma mulai diturunkan kepada Pangeran Koesumawijaya sebagai Sulthonul Koesumawijaya atau Sultan Dermayu III, ia juga putra kedua dari Pangeran Wirakusuma. Nama Koesumawijaya adalah pemberian dari Nyi Mas Ratu Ilir sebagai ibunya atau istri Sultan Wirakusuma.
Sejak kecil teman-temannya menjuluki Pangeran Koesumawijaya ini sebagai Pangeran Kowi, nama singkatnya. Pangeran Koesumawijaya mulai menjabat dari tahun
Pada kepemimpinan Sultan Kowi ini sangat sedikit catatan lama Dermayu tentangnya. Hal itu juga sangat sulit untuk membuka sejarah Kesultanan Dermayu era kepemimpinan Pangeran Koesumawijaya ini, akan tetapi terdapat empat Carik Braja dalam naskah jawa kuno Kanzi yang menceritakan tentangnya.
Baris 294 ⟶ 292:
Para bajak laut menguasai jalur rempah atau sutra dengan membuntuti kapal dagang dan beberapa barang dicuri komoditasnya. Terakhir kali para bajak laut terlihat di perairan Champa antara Thailand dan Kamboja. Disana mereka memasang bom yang bisa mengapung di permukaan air laut untuk menenggelamkan kapal dagang yang melintasi jalur, namun ingga saat ini belum terdapat kabar kejadian penenggelaman kapal dagang dermayu oleh bajak laut.
Di tahun 1550, dalam catatan lama naskah Kartamaya yang ditemukan di daerah Kertasmaya Indramayu, naskah itu menyebutkan Syeikh Syarifi Hidayatullah seorang ulama dari Mesir membawa 98 Ulama asal Kesultanan Dermayu untuk mengislamkan penduduk Kerajaan Pakungwati ([[cirebon]]), yang sebelumnya Kiyai Sangkan asal Kerajaan Sunda Pajajaran menyebarkan ajaran agama islam mendapat penolakan oleh penduduk tersebut dan Syeikh Syarif Hidayatullah adalah ulama yang berhasil mengislamkan penduduk Cirebon. 98 Ulama asal Kesultanan Dermayu beberapa diantaranya dimakamkan di Gunung Jati.
Dalam catatan lama Banten juga menyebutkan Syeikh Syarif Hidayatullah memigrasi lebih dari 11 Keluarga Ulama asal Kesultanan Dermayu ke Banten. Para Ulama asal Dermayu (nama lama Indramayu) diberi tanah oleh penduduk Banten untuk menjadi Guru. Keluarga Ulama itu mendirikan kademangan bernama desa Dermayon di Banten dan menjadi cikal bakal lahir Kesultanan Banten.
Dalam kurun waktu tahun 1550 masehi, itu artinya sama dengan era kepemimpinan Sulthonul Koesumawijaya dengan Dinasti Samudra di Kesultanan Dermayu.
Dalam catatan lama dari Naskah Jawa Kuno Gumi Hwang, Wamsakoesumawijaya (masa Kusumawijaya), lebih dari 200 Ulama asal Dermayu diboyong oleh Syeikh Syarif Hidayatullah untuk membantu Kerajaan Pakungwati memerangi Kerajaan Galuh Kawali, yang mana Syeikh Syarif Hidayatullah meminta bantuan kepada Sulthonul Wazir Syah Koesumawijaya (Kowi).
Terdapat tokoh Raden Aria Kemuning saudara kandung Sultan Koesumawijaya yang diangkat menjadi anak angkatnya Syeikh Syarif Hidayatullah dan Raden Aria Kemuning juga menjadi panglima perang saat itu.
=== Sejarah Migrasi Dermayu ke Bekasi ===
Pada eranya ini awal mula terjalinnya sosial antara Dermayu dengan Betawi terutama wilayah Bekasi. Berawal dari orang-orang Muhazirin Dermayu yang bermigrasi ke sebelah barat sungai Citarum atau mendiami wilayah Bekasi pada tahun 1550 masehi, disana mereka mendiami di daerah Kemejing, Banchong, Pilar dan Cikarang.
Pengaruh Dermayu (Indramayu) pada penduduk Bekasi terletak pada kehidupan sosial dan ethnis atau suku, yang mana keturunan Dermayu di Bekasi identik dengan kelopak mata sipit dan kulit kuning. Dalam kehidupan sosial orang Dermayu yang bermigrasi ke Bekasi adalah mayoritas laki-laki dan besar kemungkinan mereka juga menikahi penduduk pribumi betawi Bekasi.
Dahulu kala orang-orang Dermayu (Indramayu) ketika merantau sering dijuluki sebagai pecinan, dikarenakan memiliki kelopak mata sipit. Hingga keturunan orang Indramayu di Bekasi juga memiliki ciri tersebut. Pada tahun 1965-an beberapa keluarga keturunan orang Indramayu di daerah Banchong dan Pilar Bekasi ditemukan. Mereka menyebutkan kakek buyutnya dari Dermayu, juga keturunan Dermayu (Indramayu) banyak tersebar di daerah Cikarang, Pilar, Banchong, Kemejing hingga Muara Gembong.
Pengaruh Demayu cukup mencolok terutama pada Bahasa, yakni :
{| class=''wikitable sortable'' width=''100%''
!Dermayu <br /> (Indramayu)
!Bekasi
!Indonesia
|-
|Bagen
|Bagen
|Mau aja atau Biarin aja
|-
|Ora
|Ora
|Tidak
|-
|Medit
|Medit
|Pelit
|-
|Ontong
|Ontong
|Jangan
|-
|Puguh
|Puguh
|tentu
|-
|Madang
|Madang
|Makan Siang
|-
|Jember
|Jember
|Menjijikan
|-
|Kapiran
|Kapiran
|Percuma
|-
|Papagan
|Kepapagan
|Berpapasan
|-
|Ilok
|Ilok
|Sering
|-
|Ongkoh
|Ongkoh
|Santai saja atau Itu Juga
|-
|Gedig
|Gedig
|Pukul
|-
|Gawean
|Gawean
|Pekerjaan
|-
|Kukuban
|Kukuban
|Berselimut
|-
|Nyekel
|Nyekel
|Memegang
|-
|Angot
|Angot
|Kumat atau Kambuh
|-
|Eretan
|Getek, Eretan
|Rakit
|-
|Beleguran
|Beleguran
|Suara Ledakan
|-
|Gableg
|Gableg
|Punya
|-
|Sasak
|Sasak
|Jembatan
|-
|Pulo
|Pulo
|Pulau
|-
|Damar
|Damar
|Lampu
|-
|Murub
|Murub
|Menyala
|-
|Karang
|Karang
|Hutan atau Rumput Belukar.
|-
|Pilar, Pilaran
|Pilar
|Batas, Penyanggah atau alat pukul.
|-
|}
Selain itu terdapat beberapa nama desa di [[Kabupaten Bekasi]] yang menggunakan [[Bahasa Jawa Indramayu|Bahasa Jawa Dermayu]], misalnya daerah ''Ban Chong'' di Bekasi, yang mana nama ''Ban Chong'' adalah kata yang berasal dari Bahasa Jawa Indramayu artinya ''Teras Rumah'' atau ''Balkon''. Kata ''Kemejing'' juga sama berasal dari Indramayu artinya ''Pohon Kemejing'', namun masih banyak lagi yang ditemukan di daerah [[Bekasi]].
Tidak hanya Bekasi yang dipengaruhi oleh Dermayu, namun sebaliknya, yang mana ketika keturunan-keturunan orang Dermayu (Indramayu) di daerah Bekasi, beberapa keturunan mereka ada juga yang tinggal di daerah Indramayu. Mereka juga mempengaruhi Kultur masakan asal Bekasi di Dermayu, seperti ''Jengkol'' atau dalam bahasa jawa Indramayu disebut ''Jering''. Masakan Jengkol sudah masuk di Indramayu abad ke 16 masehi-an dan masakan itu bukan berasal dari Indramayu, melainkan berasal dari Bekasi.
Migrasi kaum laki-laki Dermayu ke daerah Bekasi itu terjadi di era Sulthonul Wazir Syah Koesumawijaya (Kowi) sekitar tahun 1550, sebab di abad ke 16 masehi ini awal mula penduduk di pulau jawa terbilang modern, maksudnya disini Batu yang diganti menggunakan Kertas untuk media penulisan.
=== Raden Surawerdhinata ===
Sulthonul Wazir Syah Koesumawijaya tahtanya digantikan oleh Raden Surawerdhinata (Sura Muda), ia mulai menjabat tahun 1572. Raden Surawerdhinata dikenal juga dengan nama panggilan ''Sawerdhi''. Pada era kepemimpinannya, ia memigrasi penduduk dari daerah Nunukan Kalimantan untuk menjadi buruh pertanian.
Pada tahun menjelang akhir jabatannya, ia memigrasi [[Suku Bugis]] dari Sulawesi Selatan dan Barat. Tindakan migrasi Suku Bugis ke Dermayu dilakukan berawal dari hubungan bisnis seperti Kayu Jati Putih asal Sulawesi, kayu jati putih juga digunakan oleh Kesultanan Dermayu untuk membuat Kotak Gula sebagai wadah komoditas dagang Dermayu.
Pasca pohon Rangdu sebagai bahan baku utama dalam pembuatan kotak gula atau wadah gula merah, keberadaan pohon Rangdu yang mulai langka menjadikan para Industri Gula di Kesultanan Dermayu menggantinya dengan Kayu Jati Putih asal Sulawesi dan Suku Bugis yang sengaja di migrasi oleh Wazir Syah Sawerdhi, mereka adalah ahli dalam pembuatan bahan baku perkakas rumah. Terdapat juga diantara dari mereka yang berprofesi sebagai ahli kelautan di Filipina, kemungkinan besar Suku Bugis lah yang menjadi guru maritim dermayu untuk menaklukan Pasifik di era Sawerdhi.
== Raden Suramenggala dan Menggali ==
Tahun 1618 sebagai tahun pergantian tahta Sulthonul Wazir Syah Werdhinata yang diturunkan kepada Putranya Raden Suramenggala dan Raden Suramenggali sebagai patihnya. Kedua putranya dilahirkan oleh Nyi Ratu Inten Ayu atas pernikahannya dengan Syah Werdhinata, yang mana kedua putranya itu memiliki fisik kembar.
Pada saat mereka dewasa, Raden Suramenggala atau dikenal pula dengan Syah Mansyur Benggala, ia menjadi penerus tahta ayahnya, sedangkan Suramenggali menjadi Pangeran Senopati Dermayu. Sulthonul Syah Suramenggala menikahi Siti Pembayun anak seorang Ulama dari Demak. Di satu sisi ''Dinasti Medhangi Samudra'' di ganti oleh Syah Suramenggala menjadi ''Dinasti Gagak Singhalodra''.
=== Wamsa Mataram Islam ===
Di satu sisi lainnya ini sekitar tahun 1628 masehi, Kesultanan Mataram Islam pada kepemimpinan Sulthonul Ageng Hanyakrakusuma mengirim putranya yaitu Pangeran Purbaya untuk pergi ke Dermayu. Pangeran Purbaya meminta daerah Kesultanan Dermayu terbuka terhadap Mataram, yakni tujuan Mataram Islam ingin daerah Dermayu sebagai markas militernya untuk menyerang VOC di Betawi dan bersedia menjadi bagian bawahan Mataram.
Pangeran Purbaya membawa Sulthonul Syah Suramenggala ke Mataram untuk bertemu Sulthonul Ageng Hanyakrakusuma, disana keduanya melakukan perjanjian, yang mana Dermayu akan menjadi kerajaan bawahan atau administratif dari Mataram, namun Mataram tidak diperbolehkan untuk melakukan perkawinan pada keturunan Raja Dermayu dengan Mataram.
Migrasi penduduk Mataram ke Dermayu terjadi ditahun 1628, mereka berasal dari [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], [[Boyolali]], [[Kediri]] dan [[Sleman, Yogyakarta]]. Diantara dari penduduk tersebut, terdapat tokoh Raden Sulandhono yang menjadi guru besar Telik Sendi di Dermayu seperti lahirnya Tari Topeng Kelana Dermayu, yang mana tari topeng tersebut adalah Ciptaan Raden Sulandhono asal Mataram Islam.
Budaya Telik Sendi digunakan sebagai mata-mata mataram di betawi, namun terdapat ciri Tari Topeng Kelana Mataram dengan Tari Topeng Kelana Dermayu, keduanya dibedakan berdasarkan Bentuk Topeng dan Batik. Topeng Kelana Mataram ciptaan Raden Sulandhono memiliki Topeng Kelana ''bermata lebar'' atau ''Besar'' dengan warna ''topeng merah'', sedangkan Topeng Kelana Dermayu ''bermata sipit'' dan memiliki warna ''topeng putih''.
== Sejarah Nama Daerah ==
|