Chaerul Saleh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah Konten
Detik-detik proklamasi: Menambah Konten
Baris 90:
Pada sidang [[Chuo Sangi-In|Chuo Sangi In]] ke VII, muncul usulan untuk pembentukan organisasi yang bertujuan mengikutsertakan pemuda. Gerakan ini disebut dengan Gerakan Rakyat Baroe yang rencananya akan dibentuk pada bulan Juli 1945.{{Sfn|Daradjadi|Ilham|2021|p=96}} Kemudian, pada tanggal 2 Juli 1945, Gerakan Rakyat Baru yang mengikutsertakan Chaerul, Sukarni, Diah, Hadi , Harsono, Wikana, Sudiro, Supeno, [[Adam Malik]] , [[S.K. Trimurti]], [[Sutomo]] dan [[Pandu Kartawiguna]] setelah disetujui oleh yang baru, Letnan Jenderal Y. Nagano sebagai Saikō Shikikan yang baru. Gerakan tersebut terdiri dari 80 orang yang berasal dari beragam latar belakang, yaitu Indonesia, Jepang, Tionghoa, Arab dan peranakan Eropa.{{Sfn|Poesponegoro|Notosusanto|1984|p=76}}
 
Penolakan Chaerul Saleh terus berlanjut dalam sidang Gerakan Rakyat Baru pada tanggal 16 Juli di gedung Chuo Sangi In di Pejambon saat mebahas bentuk kenegaraan. Golongan pemuda ingin mencantumkan kata - kata “ Republik Indonesia ” , di dalam Anggaran dasar, tapi usul ini ditolak oleh golongan tua, yaitu Soekarno, Hatta, [[Subardjo Surosarojo|Subarjo]], Yamin dan [[Abikoesno Tjokrosoejoso|Abikusno]]. Sebagai bentuk protes, para pemuda secara demonstratif meninggal kan sidang satu persatu setelah menyampaikan alasan penolakan mereka yang dimulai oleh Adam Malik. Chaerul pun turut menyampaikan aspirasinya dengan berkata " <blockquote>“Pemuda-pemuda menghendaki Negara Republik Kesatuan dan ingin merdeka sekarang juga! Siapa merintangi perjuangan kami, adalah penghalang dan pengkhianat!”. </blockquote>Di tengah konflik, pihak jepang mendatangi Soekarno dengan membisikkan sesuatu. Kemudian Soekarno mengatakan bahwa berdasarkan perintah [[Tokyo]], bentuk kenegaraan tidak boleh dibicarakans elama sidang sehingga pembicaraan bentuk kenegaraan ditangguhkan. Sebagai respons kemarahan ini, para pemuda meninggakan ruangan, yaitu Chaerul, B.M. Diah , Trimurti dan pemuda lainnya, kecuali Bung Tomo dan [[Moewardi]]. {{Sfn|Soewito|1992|p=26}} Pada tanggal 28 Juli 1945, Gerakan Rakyat Baru secara resmi dibentuk dengan turut serta menggabungkan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (1945)|Partai Masyumi]] dan Jawa Hokokai. Meskipun, di dalam gerakan ini, para pemuda tidak menjabat di posisi yang telah disediakan sebagai bentuk penolakan.<ref>{{Cite book|last=Taufiq|first=Fery|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=E6A9EAAAQBAJ&pg=PT34&dq=Gerakan+rakyat+Baroe+28+Juli+1945&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjK187bwp78AhWOTWwGHS_jAuQQ6AF6BAgLEAI|title=PEKIK TAKBIR BUNG TOMO Perjalanan Hidup, Kisah Cinta & Perjuangannya|publisher=Araska Publisher|isbn=978-623-7537-74-8|pages=35|language=id|url-status=live}}</ref>
 
Ia juga menjadi panitia [[Seinendan]] dan anggota Angkatan Muda Indonesia. Kemudian ia berbalik arah menjadi anti-Jepang dan ikut membentuk Barisan Banteng serta menjadi anggota [[Putera]] pimpinan [[Soekarno]], [[Hatta]], [[Ki Hajar Dewantoro]] dan [[Mas Mansyur|Kyai Haji Mas Mansyur]].<ref name=":1" />
 
== Detik-detik proklamasi ==
Pada masa-masa sebelum proklamasi, rumah Chaerul di Jalan Pegangsaan Barat menjadi lokasi pertemuan para pemuda untuk berdiskusi tentang perjuangan kemerdekaan. Untuk menghindari kecurigaan Jepang, tempat tersebut disamarkan jadi tempat latihan silat. Bahkan, mereka mengundang 2 pelatih silat untuk memperkuat penyamaran ini. Kemudian, pada tanggal 12 Juli 1945, Chaerul terpilih sebagai ketua [[Komite Van Aksi|Comite Van Actie]]. Semenjak jadi ketua, dia sering merencanakan situasi dan siasat untuk merebut kuasa Jepang.<ref>{{Cite book|last=Sarumpaet|first=Riris|date=2010|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/8380/1/SERI%20PENGENALAN%20TOKOH%20SEKITAR%20PROKLAMASI%20KEKERDEKAAN.pdf|title=Seri Pengenalan Tokoh: Sekitar Proklamasi Kemerdekaan|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|isbn=978-979-95807-2-6|pages=42-43|language=id|url-status=live}}</ref> Pada tanggal 14 Agustus 1945, kira-kira pukul 10 pagi kelompok pe muda mengadakan pertemuan di Kebun Binatang ( sekarang TIM ) yang waktu itu disebut Garden Hall di ruang billiard. Kemudian dengan pe nuh rasa tanggungjawab, para pemuda tersebut telah mengambil keputusan penting yakni : 1. Pemuda siap berjuang sampai titik darah penghabisan. 2. Persatuan total dari semua unsur dalam masyarakat. 3. Siap menjalani latihan secara intensif untuk membela tanah air.
 
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu dengan pengumuman oleh [[Clement Attlee]] dan [[Harry S. Truman|Harry S Truman]] bahwa Jepang melakukan [[Menyerahnya Jepang|kapitulasi]] yang diikuti pidato oleh Hirohito yang menyatakan " bahwa Jepang mengakhiri perlawanan". <ref>{{Cite book|date=1995|url=https://books.google.co.id/books?id=uPidw7VcZ34C&pg=RA4-PA55&dq=pppi+club+huis&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiwr4awjZf8AhWcTmwGHbDpC3kQ6AF6BAgCEAI|title=Dharmasena|publisher=Dharmasena|pages=12|language=id|url-status=live}}</ref> PadaSetelah tanggalpengumuman yangtersebut samapada saat jam 10 pagi, kelompok pemuda melakukan rapat di [[Taman Ismail Marzuki]] yang merupakan sebuah kebun binatang saat itu. Mereka mencapai beberapa keputusan penting: {{Sfn|Soewito|1992|p=28}}
 
# Pemuda siap berjuang sampai titik darah penghabisan.
# Persatuan total dari semua unsur dalam masyarakat.
# Siap menjalani latihan secara intensif untuk membela tanah air.
 
Langkah lanjutan yang dilakukan oleh para pemuda adalah mengadakan rapat di sebuah ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta yang sekarang menjadi [[Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia]] pada tanggal 15 Agustus 1945 di jam 8 malam. Rapat ini menghasilkan beberapa keputusan yang dipimpin oleh Chaerul :
 
# Mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan hari itu juga.
# Menunjuk Wikana, Darwis Karimoeddin, dan [[Subadio Sastrosatomo|Subadio]] untuk menemui Soekarno-Hatta dan menyampaikan keputusan rapat. Namun dengan catatan, kemerdekaan tidak diproklamasikan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
# Membagi tugas kepada mahasiswa, pelajar, dan pemuda di seluruh Jakarta untuk merebut kekuasaan dari Jepang.<ref>{{Cite web|last=Aisyah|first=Novia|date=14 Agustus 2021|title=Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang, Kronologi, dan Tokoh di Baliknya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5681477/peristiwa-rengasdengklok-latar-belakang-kronologi-dan-tokoh-di-baliknya|website=detikedu|language=id-ID|access-date=29 Desember 2022}}</ref>
 
Rapat ini dihadiri oleh Chaerul, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, [[Soebianto Djojohadikoesoemo]], [[Margono Djojohadikoesoemo]], Wikana dan G.S. Armansjah.{{Sfn|Soewito|1992|p=29}} Kemudian, Wikana dan Darwis pergi ke tempat tinggal Soekarno pada jam 10 malam untuk memberitahukan berita kapitulasi Jepang kepada Soekarno sekaligus mendesak Soekarno melakukan proklamasi segera.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=20 Mei 2019|title=Detik-Detik Proklamasi|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/detik-detik-proklamasi/|website=Museum Kepresidenan RI Balai Kirti|language=id|access-date=29 Desember 2022}}</ref> Namun, desakan ditolak keras oleh Soekarno dengan berkata<blockquote>" Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil- wakil PPKI besok” .{{Sfn|Poesponegoro|Notosusanto|1984|p=80}}</blockquote>Keputusan rapat tersebut disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa jaman Jepang (pukul 22.00 WIB) di rumah kediaman Ir . Sukarno, Pegangsaan Timur ( sekarang jalan Proklamasi) 56, Jakarta, Tuntutan Wikana agar Proklamasi di nyatakan oleh Ir . Sukarno pada keesokan harinya telah mene gangkan suasana karena ia juga menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan . Mendengar ancaman itu Ir . Sukarno menjadi marah dan melon tarkan kata- kata yang bunyinya kurang-lebih sebagai berikut: " Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil- wakil PPKI besok” .220 Ketegangan itu disaksikan oleh tokoh- tokoh nasionalis
 
Chaerul merupakan salah satu tokoh penting dibalik [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]. Bersama [[Sukarni]], [[Wikana]], dan pemuda lainnya dari Menteng 31, ia menculik [[Soekarno]] dan [[Hatta]] dalam [[Peristiwa Rengasdengklok]]. Mereka menuntut agar kedua tokoh ini segera membacakan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan Indonesia]]. Pada tahun 1946, Chaerul bergabung dengan Persatuan Perjuangan pimpinan [[Tan Malaka]]. Kelompok ini menuntut kemerdekaan 100% dan berdiri sebagai pihak oposisi pemerintah. Oleh karenanya pada tanggal 17 Maret 1946, beberapa tokoh kelompok ini ditangkap termasuk diantaranya Chaerul. Pada tanggal 6 Juli 1948, Tan Malaka mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner dan menunjuk Chaerul Saleh sebagai sekretaris pergerakan.