Kuda gipang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Saibawar (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor
Saibawar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 3:
 
== Asal mula ==
Bermula ketika [[Kerajaan Negara Daha|Kerajaan Daha]] di Banjar dibantu oleh [[kesultanan Demak]] dalam kemelut perang perebutan tahta, yang dimana pihak KesultanaKesultan Demak memberikan syarat kepada Pangeran Samudera sebagai pewaris tahta kerajaan Daha sebagai penerus yang sah untuk masuk agama islam, menjalankan sistem kesultanan dan hingga pada masuknya budaya Jawa seperti Wayang Kulit, Gamelan, tarian keraton dan Kuda Lumping yang dibawa oleh prajurit Ponorogo yang tergabung dalam pasukan Kesultanan Demak saat di Banjar.<ref>{{Cite journal|last=Khairuzzaini|first=NIM 07 234 422|date=2011-03-09|title=ISLAMISASI KERAJAAN BANJAR ( Analisis Hubungan Kerajaan Demak dengan Kerajaan Banjar Atas Masuknya Islam di Kalimantan Selatan )|url=https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6901/|language=en|publisher=UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}}</ref>
 
Karena di Jawa kuda lumping dimasyarakat Jawa disebut [[Jaran kepang|Jaran Kepang]], maka di Banjar disebut dengan ''Kuda Gepang'' yang merupakan [[bahasa Banjar]] untuk keperluan Dakwah Islam kepada masyarakat Banjar yang seperti dilakukan oleh [[Sunan Kalijaga|Sunan Kali Jaga]] di [[Jawa Tengah]] dan [[Bathara Katong|Bathoro Katong]] di [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]]. Maka di Banjar dakwah Islam menggunakan ''eblek'' anyaman kuda dilakukan oleh [[Lambung Mangkurat]] alias [[Raden Sekar Sungsang]] alias [[Maharaja Sari Kaburungan]] yang diutus [[Sunan Giri]] untuk menyebarkan dakwah agama Islam di [[Kalimantan Selatan]].