Sejarah Indramayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Mengganti halaman dengan '{{copyvio}} #ALIH Kabupaten Indramayu#Sejarah' Tag: Penggantian Pengembalian manual |
Perbaiki kesalahan konten. Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1:
{{One source|date=Februari 2022}}
{{Copyvio}}
Pada sejarah di Indramayu sendiri terdapat beberapa sejarah yang berbeda pada setiap massanya seperti : Sejarah Kesulthonul Nagarigung Dermayu, Sejarah Karesidenan Indramayu dan Sejarah Kabupaten Indramayu.
== Sebelum Indramayu Berdiri ==
[[Berkas:Srivijaya Empire id.svg|thumb|Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya]]
Berawal dari [[Kerajaan Sriwijaya]] yang memperluas wilayah kekuasaannya di nusantara, yang mana Kerajaan Sriwijaya ini berhasil menduduki seluruh pulau jawa di abad ke 9 masehi hingga abad ke 13 masehi.
[[Berkas:Singhasari Kingdom map.jpg|thumb|Kekuasaan Pamalayu Kerajaan Singhasari]]
Pada abad ke 13 masehi [[Kerajaan Singhasari]] mulai melakukan perluasaan wilayah dengan Pamalayu di selatan pulau jawa dan dipesisir utara pulau jawa dari [[Surabaya]], [[Gresik]], [[Tuban]], [[Jepara]], [[Demak]], [[Pekalongan]], [[Pemalang]], [[Tegal]], [[Brebes]], [[Cirebon]], [[Kuningan]], [[Indramayu]], [[Majalengka]], [[Subang]] dan [[Karawang]].
[[Kerajaan Singhasari]] mulai digantikan oleh [[Kerajaan Majapahit]], yang mana wilayah kekuasaan Singhasari di nusantara menjadi kekuasaan Majapahit abad ke 14 masehi. Pada tahun 1351 masehi Prabu Hayam Wuruk membagi wilayah kekuasaannya menjadi 14 administratif kerajaan bawahan<ref>{{Cite web|last=|title=Kerajaan vasal Majapahit.net|url=https://idsejarah.net/|access-date=2020-2-12}}</ref> <ref>{{Cite web|last=|title=Kerajaan-kerajaan vasal Majapahit|url=https://sinergipapers.com/|access-date=2022-23-8}}</ref>atau vasal yakni :
* Kerajaan Daha.
* Kerajaan Wengker.
* Kerajaan Matahun.
* Kerajaan Lasem.
* Kerajaan Pajang.
* Kerajaan Paguhan.
* Kerajaan Kahuripan.
* Kerajaan Singhasari.
* Kerajaan Mataram.
* Kerajaan Wirabhumi.
* Kerajaan Pawanukan.
{{Infobox former country
| today = {{Flag|Republik Indonesia}}
| conventional_long_name = Kerajaan Manukan{{small|{{nobold|<br />"kerajaan pawanukan"}}}}
| common_name = Kerajaan Manukan
| image_flag = Bendera Kerajaan Dermayu.jpg
| image_map = Map of Manukan or Pawanuhan Kingdom.png
| map_caption = Wilayah resmi Kerajaan Manukan
| capital = [[Losarang, Indramayu]]
| official_languages = [[Bahasa Jawa Indramayu]] dan [[Bahasa Melayu]]
| ethnic_groups = {{unbulleted list|51,5% [[Suku Jawa]] <br /> 48,5% [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa Dermayu]]}}
| religion = {{ublist|list_style=line-height:1.3em;|class=nowrap|64,3% [[Kong Hu Chu]] <br /> 25,7% [[Islam]] <br /> 10,0% [[Hindu]]}}
| government_type = Monarky
| status = Kerajaan bawahan <br /> [[Kerajaan Majapahit]]
| coa_size = 130px
| life_span = 1351-1470
| year_start = 1351
| image_map_size = 500px
| image_map_caption = Wilayah resmi Kerajaan Manukan
| image_map2_size = 500px
| image_map2_caption = Pembagian administratif
| title_leader = Maharaja
| year_leader1 = 1351-1367
| leader1 = Putri Swardhani <br /> (Bhatara Manukan I)
| leader2 = Raden Bagus Genthong <br /> (Bhatara Manukan II)
| year_leader2 = 1367-1394
| leader3 = Raden Angling Darma <br /> (Bhatara Manukan III)
| year_leader3 = 1394-1424
| leader4 = Raden Arya Damar <br /> (Bhatara Manukan IV)
| year_leader4 = 1424-1447
| leader5 = Rajanandaneswari <br /> (Dyah Sudharmini) <br /> (Bhatara Kembang Jenar)
| year_leader5 = 1447-1470
| p1 = Kerajaan Majapahit
| s1 = Kerajaan Kembang Jenar
| flag_p1 = Flag of the Majapahit Empire.svg
| flag_p2 = Bendera Kerajaan Dermayu.jpg
| p2 = Kerajaan Manukan
| image_coat = Symbol of the Dermayu Crow.png
| image_map2 = Administratif Majapahit Kingdom id.png
}}
[[Kerajaan Majapahit|Kerajaan Pawanukan]] (Manukan) didirikan oleh Putri Swardhani pada tahun 1351 masehi dan sekaligus menjadi Raja Manukan I. Letak kepemerintahaan Kerajaan Manukan berada di [[Losarang, Indramayu]]. Putri Swardhani adalah anak dari Dyah Rajasaduhita Iswari atau Bhatara Pajang dari pernikahannya dengan Raja Singhawardhana atau Bhatara Paguhan. Putri Swardhani juga adik dari Prabu Wikramawardhana atau Bhatara Mataram dan Dyah Rajasaduhita Iswari (Dyah Nertaja) adalah adik dari Maharaja Hayam Wuruk.
Putri Swardhani turun tahta menggantikan neneknya Tribhuwana Tunggal Dewi sebagai mantan Raja Majapahit dan juga pernah menjabat sebagai Bhatara Kahuripan sehingga Putri Swardhani menggantikan neneknya sebagai Raja Kahuripan serta tahtanya di Kerajaan Manukan digantikan oleh Raden Bagus Genthong yang sebelumnya menjabat sebagai senopatinya Putri Swardhani. Ia menjabat dari tahun 1367 sampai 1394 masehi.
Era Raden Bagus Genthong bisa dikatakan sebagai awal mulanya ditemukannya bijih tembaga di Kerajaan Manukan terutama di daerah Terisi dan Gantar. Disana masih terdapat bekas mulut goa tambang tembaga era Raden Bagus Genthong.
Tembaga digunakan untuk mengganti bahan pembuatan Khong (gentong) yang terbuat dari tanah liat, oleh karena itu bijih tembaga dibutuhkan untuk bahan baku pembuatan beberapa peralatan rumah tangga seperti Khong (gentong) yang awal mulanya digunakan untuk menampung air, memasak makanan, menyimpan beras dan menyimpan koin, maka di jaman Raden Bagus Genthong yaitu Khong dirubah menjadi Khong tembaga dengan sebutan Dangdang Tembaga.
Selain itu wajan yang terbuat dari tanah liat atau yang digunakan untuk memasak dan rebus makanan, wajan tanah liat di rubah menjadi wajan tembaga. Di Indramayu sendiri wajan tembaga sekarang hanya digunakan untuk membuat makanan dodol khas dermayu.
Kemudian Raden Bagus Gentong digantikan oleh putranya yang bernama Raden Angling Darma sebagai Bhatara Manukan III, ia menjabat dari tahun 1394 sampai 1442 masehi.
===Masuknya Agama Islam Di Indramayu===
Pada saat dipimpin oleh Raden Angling Darma, yang mana agama Islam mulai masuk ke Indramayu dari tahun 1394 masehi melalui tokoh Syeikh Subaqir yaitu seorang Ulama asal Persia ([[Iran]]) yang datang ke [[Indramayu]] untuk mengenalkan dan menyebarkan agama Islam pada penduduk.
Syeikh Subaqir hidup menetap di Gumi Hwang atau [[Sukagumiwang, Indramayu|Sukagumihwang, Indramayu]] dan mengangkat Rakinem sebagai muridnya, yang mana Rakinem sendiri adalah seorang penduduk pribumi suku jawa Gumi Hwang (sukagumihwang, Indramayu). Ia juga menjadi seorang Ulama Indramayu pertama dan tahun 1411 masehi tokoh Ulama dari Kerajaan Siam ([[Thailand]]) yaitu Syeikh Dzatul Khafi dan Syeikh Hasanuddin datang ke kediaman Syeikh Rakinem dan Syeikh Subaqir di desa Bondan, Sukagumihwang, Indramayu.
Syeikh Dzatul Khafi dan Syeikh Hasanuddin menyebarkan ilmu Hadis agama Islam di penduduk Indramayu tahun 1412 masehi. Adik dari Syeikh Rakinem yaitu Nyi Mas Ratu Kenchana Wungu dinikahi oleh Syeikh Dzatul Khafi dengan maskawin berupa Masigid Darusajiddin Bodan yang dibangun pada tahun 1414 masehi. Dari pernikahaan Syeikh Dzatul Khafi dengan Nyi Mas Ratu Kenchana Wungu dikaruniai tiga anak yaitu :
* Kiyai Panjunan.
* Kiyai Abdullnurakim.
* Nyi Ageng Muara.
Ketiga anaknya itu lahir dan dewasa di Sukagumihwang, Indramayu. Pada saat mereka dewasa mereka hidup perpindah-pindag untuk menyebarkan agama islam ke luar wilayah Indramayu, begitu juga dengan Syeikh Subaqir yang pergi ke daerah Jawa Tengah.
Pada tahun 1442 masehi tahta Raden Angling Darma diganti oleh Raden Aria Damar, ia juga menikahi Xiu Ban Chi anak dari Nyi Mas Ratu Junti atau Nyi Mas Ratu Pandan Sari atas pernikahannya dengan Syeikh Ban Tong atau Tan Go Hwat.
Syeikh Ban Tong ini adalah anak dari Syeikh Hasanuddin seorang ulama asal Kerajaan Siam (Thailand) yang lama tinggal di Sukagumihwang, Indramayu, namun Syeikh Hasanuddin setelah Syeikh Ban Tong menikahi Nyi Mas Ratu Junti anak seorang ulama desa Tegalsari [[Juntinyuat, Indramayu]], kemudian Syeikh Hasanuddin pergi untuk menyebarkan agama islam di Karawang dan Cirebon.
Dari pernikahaan Syeikh Ban Tong dengan Nyi Mas Ratu Ratu Juntinyuat, keduannya dikaruniai seorang putri bernama Xiu Ban Chi atau Siu Ban Chi. Pada saat Kerajaan Manukan digabung menjadi satu dengan Kerajaan Kembang Jenar, yang mana Raden Aria Damar digantikan Dyah Sudharmini atau Rajanandaneswari tahun 1447 masehi dan Raden Aria Damar<ref>{{Cite web|last=|title=Naskah Jawa Kuno Dermayu pada masa Majapahit|url=https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-cirebon2015-trk05a.html#ad-image-0/|access-date=2015}}</ref> membawa keluargannya termasuk Xiu Ban Chi ke [[Kota Palembang|Palembang]].
[[Berkas:Map of the Subordinate Kingdom of Majapahit.png|thumb|Era Kerajaan Kembang Jenar]]
Pada tahun 1470 masehi Pangeran Cakrabuana melarikan diri dari [[Pakwan Pajajaran|Kerajaan Pajajaran]] bersama dengan penduduknya ke [[Kabupaten Indramayu|Indramayu]] (Kerajaan Kembang Jenar) dan mereka belajar agama islam kepada Syeikh Rakinem, Syeikh Dzatul Kahfi dan Syeikh Hasanudin di [[Sukagumiwang, Indramayu|Sukagumihwang, Indramayu]]. Pangeran Cakrabuana juga mendirikan sebuah desa bernama kademangan Pakungwati dan sekaligus menjadi desa Sunda pertama di Kerajaan Manukan atau Kerajaan Kembang Jenar.
===Raden Khalif Aria Wirasamudra===
Pada tahun 1467 masehi Putra Raden Jaka Samudra atau Syeikh Abdull Faqih yaitu Raden Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra) mulai pergi dari padepokan Tidar ([[Magelang]]) dan pergi bersama Syeikh Subaqir ke Manukan (Indramayu) di Gumi Hwang (Sukagumihwang, Indramayu).
Raden Khalif mulai membuka hutan untuk mendirikan kademangan di sin dong. Di sin dong atau disebelah barat dari sungai bengawan manukan (cimanuk) Raden Khalif mendirikan desa bernama Dermayu. Selain mendirikan sebuah desa, ia juga mendirikan sebuah bangun masigid sapu angin sekaligus padepokan atau yang sekarang dikenal sebagai Masjid Baiturrahman di sin dong.
Sebenarnya desa sin dong adalah desa penduduk ethnis tionghoa yang sudah lama hidup menetap diutara, namun sebagian besar wilayah Kerajaan Manukan ini masih dipenuhi beberapa hutan seperti hutan jati, rinsom, penjalin, alang-alang, siwalan, kelapa dan beberapa jenis pohon lainnya. Hutan-hutan yang masih tersisa itu dipangkas semua oleh Raden Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra) dan lahan hutan yang terbuka itu diserahkan kepada penduduk manukan (Indramayu) untuk sebuah pekerjaan.
Dari sini semua penduduk manukan (Indramayu) menjunjung Raden Khalif Aria Wirasamudra sebagai Raja Manukan. Syeikh Subaqir sebagai gurunya Raden Khalif, ia mengetahui hal itu dan mulai meminta Raden Khalif ikut pergi ke samudra pasai bersama dirinya.
Di samudra pasai atau aceh terdapat ulama-ulama asal Turki yang sudah berketurunan termasuk Sultan Aceh. Syeikh Subaqir menginginkan Raden Khalif dinobatkan sebagai Sulthonul oleh Sultan Pasai, karena Raden Khalif adalah cucu dari Syeikh Maulana Ishaq (Ki Ageng Bagelen) bin Syeikh Husain Jamaluddin (Jamaluddin Al-Akbar) ulama Rusia yang tinggal di Jawa Timur.
Raden Khalif dinobatkan sebagai Sulthonul Khalifatull Samrudra oleh Sultan Pasai. Setelah itu Syeikh Subaqir dan Raden Khalif kembali pulang ke Manukan (Indramayu) untuk membangun Kasulthonul Nagarigung Dharmayu.
== Kesultanan Dermayu ==
{{Infobox former country
| demonym = [[Jawa Barat]]
| today = {{Flag|Indonesia}}
| conventional_long_name = Kasulthonul Nagarigung Dharmayu {{small|{{nobold|<br/> ''Kesultanan Dermayu''}}}}
| common_name = Kesultanan Dermayu
| image_flag = Flag of the Sultanate of Dermayu.jpg
| image_map = Kraton Dermajoe_1926.jpg
| capital = [[Indramayu|Dermayu]]
| coordinates = {{coord|107|52|E|6|15|S|display=title,inline}}
| official_languages = [[Bahasa Jawa Indramayu|Bahasa Jawa Dermayu]]
| ethnic_groups = {{unbulleted list|56,8% [[Suku Jawa]] <br /> 34,2% [[Tionghoa-Indonesia]] <br /> 12,0% [[Suku Bugis]] <br />10,8% [[Suku Melayu]]}}
| religion = {{ublist|list_style=line-height:1.3em; |class=nowrap|97,3% [[Islam]]{{efn|Disamping agama Islam pada penduduk Dermayu (Indramayu) terdapat juga penduduk Tionghoa Dermayu yang masih beragama Kong Hu Chu}}<br /> 12,7% [[Kong Hu Chu]]}}
| government_type = [[Monarki]]
| empire = Kesultanan Dermayu
| year_start = 07 Oktober 1478
| life_span = 1478 - 1770
| year_end = 1770
| flag_size = 120px
| coa_size = 100px
| image_map_size = 700px
| image_map_caption = Keraton Dermayu era Sulthonul Sostro Warjoyo
| image_map2_caption = Wilayah Kekuasaan Dermayu pada puncak Kejayaannya <br /> pada masa perang tahun 1678
{{small|{{plainlist|style=padding-left:2.0em; text-align: left|
*{{Legend|#008000|Wilayah Utama Dermayu}}
*{{Legend|#55c255|Wilayah Utama Dermayu}}
*{{Legend|#a5dfa5|Wilayah Cangkupan Dermayu}} }}}}
| title_leader = Sulthonul
| year_leader1 = 1478-1510
| leader1 = '''Raden Khalif Aria Wirasamudra''' <br /> (wiralodra)
| year_leader2 = 1510-1543
| leader2 = '''Raden Wirakusuma''' <br /> (Pangeran Wirakusuma)
| year_leader3 = 1543-1572
| leader3 = '''Raden Koesumawijaya''' <br /> (Pangeran Kowi)
| year_leader4 = 1572-1618
| leader4 = '''Raden Surawedhinata''' <br /> (Pangeran Sura Muda)
| year_leader5 = 1618-1638
| leader5 = '''Raden Suramenggali''' <br /> (Pangeran Menggali)
| year_leader6 = 1638-1655
| leader6 = '''Raden Suramenggala''' <br /> (Pangeran Menggala)
| year_leader7 = 1655-1678
| leader7 = '''Raden Syama'un''' <br /> (Pangeran Semaun)
| year_leader8 = 1678-1686
| leader8 = '''Raden Kertawijaya'''<br /> (Pangeran Kertawijaya)
| year_leader9 = 1686-1718
| leader9 = '''Raden Keristal''' <br /> (Pangeran Kristal)
| year_leader10 = 1718-1748
| leader10 = '''Raden Wiradhibrata''' <br /> (Pangeran Wiradhibrata)
| title_deputy = Prawira
| year_deputy1 = 1478-1500
| deputy1 = Kiyai Ageng Jebug Angrum
| year_deputy2 = 1500-1529
| deputy2 = Raden Sutajaya
| year_deputy3 = 1529-1550
| deputy3 = Raden Aria Kemuning
| type_house1 = '''Kepala Pajak'''
| house1 = '''Kiyai Ngabehi Prawiralodra''' <br /> (prawirasecapa)
| type_house2 = '''Mentri Pagirikan'''
| house2 = '''Pangeran Angasara''' <br /> (wamsa Ming)
| event_start = Pembentukan Awal
| event1 = Negeri Berdaulat
| date_event1 = 7 Oktober 1478
| event2 = Kemaritiman
| legislature = '''Mentri Syahbandar'''
| date_event2 = 15 November 1510
| event3 = Konflik Batavia
| date_event3 = 21 Agustus 1522
| event4 = Konflik Pelabuhan
| date_event4 = 12 Januari 1523
| event5 = Kedudukan Demak
| date_event5 = 5 April 1523
| event6 = Kedudukan Mataram
| date_event6 = 17 September 1628
| p1 = Kesultanan Dermayu
| s1 = Kesultanan Mataram
| flag_p1 = Symbol of the Muncar Kelana.png
| s2 = Kesultanan Palembang
| s3 =
| flag_type = Bendera
| year_leader11 = 1748-1770
| leader11 = '''Raden Marangali''' <br /> (Pangeran Marangali)
| flag_s2 =
| image_coat = Symbol of the Muncar Kelana.png
| footnotes = Luas wilayah resmi kesultanan Dermayu hanya meliputi Indramayu, Majalengka, Kuningan dan Gebang.
| image_map2 = Peta Kekuasaan Kesultanan Dermayu 1686.png
| image_map2_size = 700px
| flag_s1 = Flag of the Sultanate of Mataram.svg
}}
'''Kesultanan Dermayu'''<ref>{{Cite web|last=|title=Kesultanan Dermayu|url=https://docdro.id/1gbETS8/|access-date=2022-30-12}}</ref><ref>{{Cite web|last=|title=Kesultanan Dermayu.id.scribd|url=https://www.scribd.com/document/617079116/Kesultanan-Dermayu/|access-date=2022-30-12}}</ref> dikenal pula '''Dermayu''' adalah nama umum [[Indramayu]] antara tahun 1470 dan 1770, ketika Raden Khalif Aria Wirasamudra dan Syeikh subaqir (Ulama) yang ia dirikan negeri ini dengan sistem [[Kesultanan]]. Di bawah kepemerintahan Raden Khalif Aria Wirasamudra, Dermayu diubah menjadi negeri [[Totaliterisme|totaliter]] dan hampir semua aspek kehidupan dikendalikan oleh pemerintah. Nama resmi negeri ini adalah '''''Sulthonul Dermayu Nagarigung''''' ([[Dermayu, Sindang, Indramayu|Negeri Kesultanan Dermayu]]) sampai 1770.
Raden Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra) ditunjuk sebagai [[Sultan|Sulthonul]] oleh ulama dan masyarakat manukan (Indramayu), namun Raden Khalif baru menerima legalisir sebagai WazirSulthonul Khalif Syah pada 7 Oktober 1478 berupa pemberian pedang khaligrafi dari Sulthan Selim Khan Kesultanan Turky. Raden Khalif resmi menjadi sultan pertama dermayu dengan menggabungkan jabatan dan kekuasaan maritim. Seluruh kekuasaan yang terpusat pada diri Raden Khalif dan titahnya menjadi hukum tertinggi. Sultan bukanlah sebuah badan terkoordinasi yang bekerja sama, tetapi sekumpulan faksi atau mentri yang berjuang untuk memperoleh kekuasaan dan meraih dukungan Sultan Khalif. Di tengah-tengah [[Depresi Hebat]], Raden Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra) memulihkan kesetabilan ekonomi dan mengakhiri pengangguran massal melalui kebijakan pembukaan hutan menjadi lahan pertanian dan [[ekonomi campuran]].
Dengan belanja kesultanan dermayu melebihi pendapatan, era Sultan Khalif ini mampu menggalakan pekerjaan umum, termasuk pembangunan pelabuhan pasekan, pelabuhan teluk kerimun, pelabuhan juntinyuat, pembuatan batik dermayon, pembangunan tanggul untuk jalan raya dan kemaritiman. Pulihnya ekonomi [[Indramayu|Dermayu]] meningkatkan kepopuleran Kesultanan Dermayu di nusantara. Kemaritiman menjadi bagian dari ideologi Raden Khalif ini. Perdagangan bebas dianggap oleh Raden Khalif sebagai sumber ekonomi utama.
=== Pelabuhan Dermayu ===
Menurut peta pulau Jawa yang dibuat orang Portugis pada abad ke-16 masehi muara sungai Cimanuk<ref>{{Cite web|last=|title=Jalur Rempah Internasional catatan Johaness Jansson dan Tome Pires 1498-1513.kemdikbud|url=https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/|access-date=2021-1-21}}</ref> dan pelabuhan Kesultanan Dermayu diperkirakan berada di sebelah hilir atau sedikit dari desa Pagirikan sekarang. Kehadiran tiga desa: Pabean, Pagirikan dan Pasekan memberi petunjuk bahwa disanalah lokasi pelabuhan Kesultanan Dermayu pada abad 16 masehi.
Nama Pabean berasal dari kata '''bea''', maksudnya '''bea cukai''', nama Pagirikan berasal dari kata '''girik''' artinya surat izin untuk keluar masuk daerah pelabuhan, sedang desa Pasekan berasal dari kata '''pasek''' artinya tempat penimbunan barang-barang yang akan bongkar muat di kapal. Itu penjelasan dari W.J.S Purwadarminta, Bahusastra Jawa, J.B. Wolters, Groningen, Batavia, 1937, hal. 34-145, 75.
[[File:Hubungan Kesultanan Turky di Nusantara.jpg|thumb|Hubungan Kesultanan Dermayu dengan Turki dalam Peta Surat sekitar tahun 1850]]
Raden Khalif mulai mengatur komoditif barang yang akan di naik turunkan di kapal dagang dermayu untuk penjualan. Komoditif andalan dermayu adalah minyak kayu putih, buah mangga dermayu, beras putih, beras ketan hitam, beras ketan putih, beras merah, gula putih, gula tebu, belekutak (cumi-cumi), tongkol (tuna), rajungan (kepiting), pasir besi, bahan besi, dandang tembaga, wajan tembaga, tekel keramik, keramik, kain batik dermayon, kayu rinsom, batu bata, bubuk rempah, bubuk belanggur (mesiu), kerupuk kulit ikan, kelapa, benang kain, tanur sembur tembaga, genting, jeruk junti, garam laut (non sodium), urang pletok (lobster), kacang, kayu manis, bijih logam garam laut dan komoditif lainnya.
Raja lebar daun VII sebagai penguasa palembang mulai menjalin hubungan dagang dengan dermayu, selain itu Raja lebar daun ke VII ini keturunan tionghoa [[Dinasti Ming|dinasti ming]] dan putri Raja lebar daun ke VII yang bernama Nyi Mas Ratu San Xian (san dong) dinikahi oleh Raden Khaif. Dari pernikahaan Raden Khalif dengan Nyi San Xian, mereka dikaruniai seorang putra bernama Raden wirakusuma atau pangeran wirakusuma.
[[Berkas:Hurup Pegon di Makam Pangeran Indramayu.jpg|thumb|Makam 25 Pangeran Senopati Palembang di Kesultanan Dermayu.]]
Raja lebar daun juga mengutus para senopatinya sebanyak 25 pangeran senopati palembang untuk sabda guru ke sulthonul khalif, dikarenakan putri penguasa palembang tinggal di dermayu.
=== Raden Wirakusuma ===
[[Berkas:Nasab Sultan Dermayu.jpg|size=130px]]
Kepemerintahan Sulthan Khalif diturunkan kepada putranya Pangeran Wirakusuma sebagai sultan dermayu yang kedua dan ia menjabat dari tahun 1510. Ia juga menikahi Nyi Mas Ratu Ilir putri dari Raden Husyahin (Kussen) [[Demak]]. Sultan Wirakusuma juga mulai memigrasi para pengrajin Batik Lasem untuk menjadi guru seni batik dermayu atau dermayon.
Pada era kepemimpinannya ini bisa dikatakan awal mulanya ditemukan ladang minyak bumi di Kesultanan Dermayu, yang mana sumur minyak bumi itu ditemukan di Desa Sukaperna tahun sekitar 1512 masehi ([[Sukaperna, Tukdana, Indramayu|Sukaperna, Tukdanan, Indramayu]]). Menurut naskah jawa kuno gumi hwang yang merujuk pada Sultan Dermayu pertama atau Sulthonul Khalif Aria Wirasamudra mengucapakan suatu kalimat, bahwa disebutkan '''Akan Ada Cahaya yang Menyala Tanpa Damar (Getah)'''. Ucapannya itu benar-benar nyata terjadi di era kepemimpinan putranya yaitu Suthonul Wirakusuma.
Minyak Bumi yang masih mentah itu di tahun 1512 juga ditemukanya teknologi untuk pemisah minyak dengan belerang yaitu dengan tehnik suling menggunakan Tanur Lanseng (lanzheng). Kesultanan Dermayu berhasil menjadi Kerajaan kaya pasca ditemukannya sumur minyak itu dan minyak bakar menjadi komoditas andalan Dermayu.
Terdapat juga produk dari kejeniusan orang Dermayu yaitu menciptakan sebuah Damar (lampu) yang menggunakan bahan bakar minyak di dalam Tanur Cemprong dengan Deles (serat kelapa dan kain). Bemda itu dinamakan dengan Damar Cemprong atau Cempor asal Kesultanan Dermayu. Dari hal itu Pangeran Wirakusuma dijuluki sebagai Sultan Lenga Lantung atau Sultan Minyak Mentah.
Pada tahun 1511, satu kapal dagang Maskapai Perdagangan Portugis yaitu Hernique Leme berlabuh di [[Pagirikan, Pasekan, Indramayu|Pagirikan]], sebuah pelabuhan kesultanan dermayu. Itu menjadi kali pertama kapal dagang Portugis masuk ke wilayah Dermayu, yang mana mereka sedang mencari tempat berdagang di pulau jawa.
Satu awak kapal, sekaligus saudagar besar Portugis, Hernique Leme, diperkenankan bertemu penguasa Dermayu atau Sultan Wirakusuma. Dalam kesempatan itu mereka meminta izin mendirikan kantor dagang Portugis di Kota Dermayu untuk menjual beberapa komoditas andalannya, namun permintaan izin tersebut ditolak. Portugis hanya memiliki komoditas Kain dan Keramik, yang mana barang tersebut sudah banyak berhamburan pada beberapa pasar dan ditambah dengan komoditas kain sutra dari [[Dinasti Ming]] di Kesultanan Dermayu.
Pangeran Wirakusuma mulai menaikan harga minyak per Chen Tong (1/8 Teko) dengan harga 10 keping perak, yang mana sebelumnya hanya 3 keping perak, hal itu dilakukan untuk mengatasi krisis penduduk. Pangeran Wirakusuma juga mulai mengendalikan Kerajaan Palembang dan Jambi terutama mengendalikan minyak.
Pada 22 Agustus 1522, Pangeran Wirakusuma mengambil tindakan untuk mengatur kapal dagang bangsa luar di Pasekan, yang mana mereka tidak bisa menaik turunkan barang tanpa perizinan penguasa dermayu, pasca menaikan harga minyak yang dinilai gagal oleh Pangeran Wirakusuma, menurut Raden Fatah yang diundang ke Dermayu untuk menghadiri pembahasan untuk membuka pelabuhan baru di Betawi, ia juga ikut berpendapat, bahwa menaikan harga minyak justru menimbulkan kekacauan penduduk yang tidak bersalah.
Raden Fatah sebagai penguasa [[Kabupaten Demak|Demak]] meminta Sultan Wirakusuma untuk [[Feodalisme|memfeodalisme]] sumber daya alam Kesultanan Dermayu dari beberapa bangsa pendatang. Harapan Pangeran Wirakusuma juga demikian, bahwa sumber daya alam dermayu sebaikannya hanya di perjual belikan kepada penduduk di nusantara, namun ia juga tidak ingin kehilangan bisnis minyak mentah dengan [[Dinasti Ming]] sebagai pemasukan ekonomi utama Kesultanan Dermayu.
Pada tanggal 1 September 1522 Pangeran Wirakusuma mulai menjatuhkan harga nilai uang perak dengan logam Maas. Setelahnya Mata uang Maas dermayu digunakan untuk nilai tukar jual beli benda dan perak hanya digunakan sebagai pemesanan.
=== Pangeran Koesumawijaya (Kowi) ===
Tahta Pangeran Wirakusuma mulai diturunkan kepada Pangeran Koesumawijaya sebagai Sulthonul Koesumawijaya atau Sultan Dermayu III, ia juga putra kedua dari Pangeran Wirakusuma. Nama Koesumawijaya adalah pemberian dari Nyi Mas Ratu Ilir sebagai ibunya atau istri Sultan Wirakusuma.
Sejak kecil teman-temannya menjuluki Pangeran Koesumawijaya ini sebagai Pangeran Kowi, nama singkatnya. Pangeran Koesumawijaya mulai menjabat dari tahun 1543. Pada kepemimpinannya, Pangeran Wirakusuma sebagai ayahnya dijadikan sebagai Wirapati. Tujuan itu untuk membimbing Pangeran Koesumawijaya agar ahli dalam Maritim.
Pada kepemimpinan Sultan Kowi ini sangat sedikit catatan lama Dermayu tentangnya. Hal itu juga sangat sulit untuk membuka sejarah Kesultanan Dermayu era kepemimpinan Pangeran Koesumawijaya ini, akan tetapi terdapat empat Carik Braja dalam naskah jawa kuno Kanzi yang menceritakan tentangnya.
Sultan Koesumawijaya mengganti '''Dinasti Sapu Angin''' (kemudi kapal laut) pendahulunya menjadi '''Dinasti Medhangi Samudra''' yang bersimbol Perahu Perang. Simbol itu memiliki makna Perang dagang di laut asia. Sebab di eranya ini kerajaan-kerajaan di asia sangat sibuk dengan memerangi kapal-kapal bajak laut yang masuk wilayah perairan nusantara.
Para bajak laut menguasai jalur rempah atau sutra dengan membuntuti kapal dagang dan beberapa barang dicuri komoditasnya. Terakhir kali para bajak laut terlihat di perairan Champa antara Thailand dan Kamboja. Disana mereka memasang bom yang bisa mengapung di permukaan air laut untuk menenggelamkan kapal dagang yang melintasi jalur, namun ingga saat ini belum terdapat kabar kejadian penenggelaman kapal dagang dermayu oleh bajak laut.
Di tahun 1550, dalam catatan lama naskah Kartamaya yang ditemukan di daerah Kertasmaya Indramayu, naskah itu menyebutkan Syeikh Syarifi Hidayatullah seorang ulama dari Mesir membawa 98 Ulama asal Kesultanan Dermayu untuk mengislamkan penduduk Kerajaan Pakungwati ([[cirebon]]), yang sebelumnya Kiyai Sangkan asal Pajajaran menyebarkan ajaran agama islam mendapat penolakan oleh penduduk tersebut dan Syeikh Syarif Hidayatullah adalah ulama yang berhasil mengislamkan penduduk Cirebon. 98 Ulama asal Kesultanan Dermayu beberapa diantaranya dimakamkan di Gunung Jati.
Dalam catatan lama Banten juga menyebutkan Syeikh Syarif Hidayatullah memigrasi lebih dari 11 Keluarga Ulama asal Kesultanan Dermayu ke Banten. Para Ulama asal Dermayu (nama lama Indramayu) diberi tanah oleh penduduk Banten untuk menjadi Guru. Keluarga Ulama itu mendirikan kademangan bernama desa Dermayon di Banten dan menjadi cikal bakal lahir Kesultanan Banten. Dalam kurun waktu tahun 1550 masehi, itu artinya sama dengan era kepemimpinan Sulthonul Koesumawijaya dengan Dinasti Samudra di Kesultanan Dermayu.
Dalam catatan lama dari Naskah Jawa Kuno Gumi Hwang, Wamsakoesumawijaya (masa Kusumawijaya), lebih dari 200 Ulama asal Dermayu diboyong oleh Syeikh Syarif Hidayatullah untuk membantu Kerajaan Pakungwati yang memiliki masalah dengan Kerajaan Galuh Kawali, yang mana Syeikh Syarif Hidayatullah meminta bantuan kepada Sulthonul Wazir Syah Koesumawijaya (Kowi).
Terdapat tokoh Raden Aria Kemuning saudara kandung Sultan Koesumawijaya yang diangkat menjadi anak angkatnya Syeikh Syarif Hidayatullah.
=== Sejarah Migrasi Dermayu ke Bekasi ===
Pada eranya ini awal mula terjalinnya sosial antara Dermayu dengan Betawi terutama wilayah Bekasi. Berawal dari orang-orang Muhazirin Dermayu yang bermigrasi ke sebelah barat sungai Citarum atau mendiami wilayah Bekasi pada tahun 1550 masehi, disana mereka mendiami di daerah Kemejing, Banchong, Pilar dan Cikarang.
Pengaruh Dermayu (Indramayu) pada penduduk Bekasi terletak pada kehidupan sosial dan ethnis atau suku, yang mana keturunan Dermayu di Bekasi identik dengan kelopak mata sipit dan kulit kuning. Dalam kehidupan sosial orang Dermayu yang bermigrasi ke Bekasi adalah mayoritas laki-laki dan besar kemungkinan mereka juga menikahi penduduk pribumi betawi Bekasi.
Dahulu kala orang-orang Dermayu (Indramayu) ketika merantau sering dijuluki sebagai pecinan, dikarenakan memiliki kelopak mata sipit. Hingga keturunan orang Indramayu di Bekasi juga memiliki ciri tersebut. Pada tahun 1965-an beberapa keluarga keturunan orang Indramayu di daerah Banchong dan Pilar Bekasi ditemukan. Mereka menyebutkan kakek buyutnya dari Dermayu, juga keturunan Dermayu (Indramayu) banyak tersebar di daerah Cikarang, Pilar, Banchong, Kemejing hingga Muara Gembong.
Pengaruh Demayu cukup mencolok terutama pada Bahasa, yakni :
{| width="" wikitable sortable'' 100%''
!Dermayu <br /> (Indramayu)
!Bekasi
!Indonesia
|-
|Bagen
|Bagen
|Mau aja atau Biarin aja
|-
|Ora
|Ora
|Tidak
|-
|Medit
|Medit
|Pelit
|-
|Ontong
|Ontong
|Jangan
|-
|Puguh
|Puguh
|tentu
|-
|Madang
|Madang
|Makan Siang
|-
|Jember
|Jember
|Menjijikan
|-
|Kapiran
|Kapiran
|Percuma
|-
|Papagan
|Kepapagan
|Berpapasan
|-
|Ilok
|Ilok
|Sering
|-
|Ongkoh
|Ongkoh
|Santai saja atau Itu Juga
|-
|Gedig
|Gedig
|Pukul
|-
|Gawean
|Gawean
|Pekerjaan
|-
|Kukuban
|Kukuban
|Berselimut
|-
|Nyekel
|Nyekel
|Memegang
|-
|Angot
|Angot
|Kumat atau Kambuh
|-
|Eretan
|Getek, Eretan
|Rakit
|-
|Beleguran
|Beleguran
|Suara Ledakan
|-
|Gableg
|Gableg
|Punya
|-
|Sasak
|Sasak
|Jembatan
|-
|Pulo
|Pulo
|Pulau
|-
|Damar
|Damar
|Lampu
|-
|Murub
|Murub
|Menyala
|-
|Karang
|Karang
|Hutan atau Rumput Belukar.
|-
|Pilar, Pilaran
|Pilar
|Batas, Penyanggah atau alat pukul.
|-
|}
Selain itu terdapat beberapa nama desa di [[Kabupaten Bekasi]] yang menggunakan [[Bahasa Jawa Indramayu|Bahasa Jawa Dermayu]], misalnya daerah ''Ban Chong'' di Bekasi, yang mana nama ''Ban Chong'' adalah kata yang berasal dari Bahasa Jawa Indramayu artinya ''Teras Rumah'' atau ''Balkon''. Kata ''Kemejing'' juga sama berasal dari Indramayu artinya ''Pohon Kemejing'', namun masih banyak lagi yang ditemukan di daerah [[Bekasi]].
Tidak hanya Bekasi yang dipengaruhi oleh Dermayu, namun sebaliknya, yang mana ketika keturunan-keturunan orang Dermayu (Indramayu) di daerah Bekasi, beberapa keturunan mereka ada juga yang tinggal di daerah Indramayu. Mereka juga mempengaruhi Kultur masakan asal Bekasi di Dermayu, seperti ''Jengkol'' atau dalam bahasa jawa Indramayu disebut ''Jering''. Masakan Jengkol sudah masuk di Indramayu abad ke 16 masehi-an dan masakan itu bukan berasal dari Indramayu, melainkan berasal dari Bekasi.
Migrasi kaum laki-laki Dermayu ke daerah Bekasi itu terjadi di era Sulthonul Wazir Syah Koesumawijaya (Kowi) sekitar tahun 1550, sebab di abad ke 16 masehi ini awal mula penduduk di pulau jawa terbilang modern, maksudnya disini Batu yang diganti menggunakan Kertas untuk media penulisan.
=== Raden Surawerdhinata ===
Sulthonul Wazir Syah Koesumawijaya tahtanya digantikan oleh Raden Surawerdhinata (Sura Muda), ia mulai menjabat tahun 1572. Raden Surawerdhinata dikenal juga dengan nama panggilan ''Sawerdhi''. Pada era kepemimpinannya, ia memigrasi penduduk dari daerah Nunukan Kalimantan untuk menjadi buruh pertanian.
Pada tahun menjelang akhir jabatannya, ia memigrasi [[Suku Bugis]] dari Sulawesi Selatan dan Barat. Tindakan migrasi Suku Bugis ke Dermayu dilakukan berawal dari hubungan bisnis seperti Kayu Jati Putih asal Sulawesi, kayu jati putih juga digunakan oleh Kesultanan Dermayu untuk membuat Kotak Gula sebagai wadah komoditas dagang Dermayu.
Pasca pohon Rangdu sebagai bahan baku utama dalam pembuatan kotak gula atau wadah gula merah, keberadaan pohon Rangdu yang mulai langka menjadikan para Industri Gula di Kesultanan Dermayu menggantinya dengan Kayu Jati Putih asal Sulawesi dan Suku Bugis yang sengaja di migrasi oleh Wazir Syah Sawerdhi, mereka adalah ahli dalam pembuatan bahan baku perkakas rumah. Terdapat juga diantara dari mereka yang berprofesi sebagai ahli kelautan di Filipina, kemungkinan besar Suku Bugis lah yang menjadi guru maritim dermayu untuk menaklukan Pasifik di era Sawerdhi.
=== Raden Suramenggala dan Menggali ===
Tahun 1618 sebagai tahun pergantian tahta Sulthonul Wazir Syah Werdhinata yang diturunkan kepada Putranya Raden Suramenggala dan Raden Suramenggali sebagai patihnya. Kedua putranya dilahirkan oleh Nyi Ratu Inten Ayu atas pernikahannya dengan Syah Werdhinata, yang mana kedua putranya itu memiliki fisik kembar.
Pada saat mereka dewasa, Raden Suramenggala atau dikenal pula dengan Syah Mansyur Benggala, ia menjadi penerus tahta ayahnya, sedangkan Suramenggali menjadi Pangeran Senopati Dermayu. Sulthonul Syah Suramenggala menikahi Siti Pembayun anak seorang Ulama dari Demak. Di satu sisi ''Dinasti Medhangi Samudra'' di ganti oleh Syah Suramenggala menjadi ''Dinasti Gagak Singhalodra''.
=== Wamsa Mataram Islam ===
Di satu sisi lainnya ini sekitar tahun 1628 masehi, Kesultanan Mataram Islam pada kepemimpinan Sulthonul Ageng Hanyakrakusuma mengirim putranya yaitu Pangeran Purbaya untuk pergi ke Dermayu. Pangeran Purbaya meminta daerah Kesultanan Dermayu terbuka terhadap Mataram, yakni tujuan Mataram Islam ingin daerah Dermayu sebagai markas militernya bersedia menjadi bagian bawahan Mataram.
Pangeran Purbaya membawa Sultan Suramenggali ke Mataram untuk bertemu Sulthonul Ageng Hanyakrakusuma, disana keduanya melakukan perjanjian, yang mana Dermayu akan menjadi kerajaan bawahan atau administratif dari Mataram, namun Mataram tidak diperbolehkan untuk melakukan perkawinan pada keturunan Raja Dermayu dengan Mataram.
Raden Suramenggala (benggala) diutus untuk mengabdi ke Mataram dan disana menjadi punggawa dalem Sultan Ageng Hanyakrakusuma, selain Suramenggali juga bekerja sebagai pengemudi Andong pribadi Sultan Ageng Hanyakrakusuma.
Migrasi penduduk Mataram ke Dermayu terjadi ditahun 1628, mereka berasal dari [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], [[Boyolali]], [[Kediri]] dan [[Sleman, Yogyakarta]]. Diantara dari penduduk tersebut, terdapat tokoh Raden Sulandhono yang menjadi guru besar Telik Sendi di Dermayu seperti lahirnya Tari Topeng Kelana Dermayu, yang mana tari topeng tersebut adalah Ciptaan Raden Sulandhono asal Mataram Islam.
Budaya Telik Sendi digunakan sebagai mata-mata mataram di betawi, namun terdapat ciri Tari Topeng Kelana Mataram dengan Tari Topeng Kelana Dermayu, keduanya dibedakan berdasarkan Bentuk Topeng dan Batik. Topeng Kelana Mataram ciptaan Raden Sulandhono memiliki Topeng Kelana ''bermata lebar'' atau ''Besar'' dengan warna ''topeng merah'', sedangkan Topeng Kelana Dermayu ''bermata sipit'' dan memiliki warna ''topeng putih''.
Tahun 1634 Sultan Suramenggali menikahi Siti Pembayun anak Ulama Demak dan dari pernikahannya itu dikaruniai putra bernama Raden Syama'un, sedangkan Raden Suramenggala di Mataram menikahi penduduk surakarta keturunan tionghoa dan dikaruniai putra Raden Kertawijaya. Sekitar tahun 1638 tahta Suramenggali digantikan oleh Suramenggala sebagai Singhalodra II, ia membawa keluarganya ke Dermayu.
==== Raden Syahma'un (Syeikh Syama'un) ====
Tahun 1655 tahta Sultan Suramenggala diturunkan kepada Pangeran Syama'un sebagai Sulthonul Syahma'un dan Dinasti Gagak Singhalodra diganti dengan dinasti lama dermayu yaitu Dinasti Sapu Angin. Raden Syama'un yang telah lama tinggal di Demak terutama mendalami ilmu agama islam dan menjadi seorang Ulama sebagai Syeikh Syama'un.
Ia mengharamkan segala penyimbolan lukisan hewan hidup atau benda hidup pada Kesultanan Dermayu, meskipun burung gagak termasuk hewan yang disebutkan dalam Al-Qur'an, bahwa penggunaan bentuk mirip atau persis di haramkan oleh Syeikh Syama'un karena terdapat hukum dalam Islam. Syama'un menggunakan Dinasti Sapu Angin era Dinasti Dermayu pertama yang memiliki simbol benda mati untuk penyimbolan.
Syama'un adalah tokoh yang dikenal dengan nama lain Mbah Buyut Semaun, sejak kecil Syamaun belajar memperdalam agama islam di Demak dan menjadi Ulama dengan nama Syeikh Syama'un. Syama'un dari Demak pulang ke Dermayu melalui laut menggunakan kotak kayu.
Pada saat Syama'un bertahta di Kesultanan Dermayu, Sultan Hamengkurat I menyerahkan wilayah pesisir utara pulau jawa pada tiga pemimpin daerah untuk berdaulat dari Mataram Islam, seperti Dermayu, Jepara dan Tuban.
Sultan Syama'un yang baru menerima kedaulatan dari Mataram Islam, ia mengatur ulang para jajarannya, seperti Raden Rangga Gempol dan adiknya dari Sumedang yang sudah lama tinggal di Dermayu utusan Mataram untuk menjadi Syah Bandar di Kesultanan Dermayu.
Rangga Gempol bersama adiknya dipulangkan ke Sumedang dan ia mendengar kabar dari Sultan Syama'un di Dermayu, bahwa Dermayu didaulatkan dari Mataram untuk mengurangi beban kerajaannya. Rangga Gempol yang mendengar kabar itu, ia membangun Kerajaan Sumedang Larang dan menobatkan dirinya sebagai Raja yang berdaulat dari Mataram.
Secara sejarah Dermayu dengan Sumedang dalam catatan lama Sumedang terdapat tali keluarga antara Dermayu dengan Sumedang, yang mana Syeikh Dzatul Khafi seorang ulama dari Siam ([[Thailand]]) menikahi Nyi Mas Ratu Kencana Wungu seorang warga Dermayu ([[Indramayu]]), bahwa mereka adalah buyutnya Raja Sumedang. Hal itu mengapa Geusan Ulun tahun 1579 menggunakan Bahasa Jawa dalam nama Sumedang sebagai pendiriannya.
=== Wangsakerta (Masa Kertawijaya) ===
Pada Idhul Fitri hari Jum'at 15 November 1678, Sultan Syama'un wafat ketika mengadiri sholat Idhul Fitri di Dadap. Tahta kepemerintahan di Kesultanan Dermayu digantikan oleh ponakannya yaitu Raden Kertawijaya putra dari Raden Suramenggala (Benggala), akan tetapi karena Sultan Syama'un lebih dahulu wafat sebelum menobatkan Raden Kertawijaya sebagai penerus Syah Sultan Dermayu ke VIII.
Raden Kertawijaya membutuhkan penobatan secara resmi untuk menjabat sebagai Sultan Dermayu, Raden Keristal anak dari Sultan Syama'un membawa Raden Kertawijaya ke Mataram untuk mendapatkan penobatan resmi dari Sultan Mataram dan Sultan Hamengkurat ke II menobatkan Raden Kertawijaya sebagai Sultan Kartawijaya atau Sultan Anom (sultan muda).
Raden Kertawijaya secara resmi menjadi Sultan Dermayu ke VIII tahun 1678 dan mengganti Dinasti Sapu Angin menjadi Dinasti Indrawijaya, oleh karena itu Raden Kertawijaya juga dikenal sebagai Sulthonul Syah Indrawijaya.
Sultan Kertawijaya adalah tokoh pencipta naskah Wangsakerta, kata ''Wangsa'' berasal dari bahasa jawa dermayu yaitu kata ''Hwamsa'' yang artinya ''Masa'', sedangkat ''Kerta'' atau ''Karta'' merujuk pada Kertawijaya dan maksud dari ''Wangsakerta'' adalah ''Masa Kertawijaya'' atau ''Masa Kepemerintahan Kertawijaya''.
== Sejarah Nama Daerah ==
Dermayu adalah nama lama dari [[Indramayu]], nama Dermayu memang lebih dikenal dari pada nama Indramayu yang dinilai terlalu rumit dan panjang ketika diucapkan. Sebenarnya Dermayu dengan Indramayu itu memiliki sejarah yang berbeda pendiriannya.
Nama Dermayu berasal dari dua kosa kata yakni kata Darma atau Derma artinya Dermaga atau dalam bahasa indonesia adalah pelabuhan, sedangkan kata Ayu berasal dari kata Rahayu, yang mana artinya adalah Ketentraman, Keasrian, Kedamaian dan Kecantikan. Akan tetapi yang dimaksudkan disini arti dermayu adalah Pelabuhan yang Tentram dan Asri, yang mana pada massanya daerah Dermayu (Indramayu) dikenal sebagai bangsa kelautan. Hal itu bisa diteliti pada simbol sapu angin (delapan penjuru mata angin atau Kemudi Kapal Laut) yang digunakan Sulthonul Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra ke I) pada Dinasti Kasulthonul Nagarigung Darmayu.
Ada juga yang berpendapat bahwa nama Dharmayu berasal dari kata Dharma Buddha dan kata Ayu berasal dari kata Yuan yang merujuk pada Dinasti Yuan Tiongkok, yang mana artinya Dharma Yuan atau Dermayuan.
Semua pendapat itu memanglah masuk akal dan wajar, namun diperlukan catatan lama dari pihak yang berhubungan antara sejarah hubungan Dermayu dan Dinasti Yuan di Tiongkok atau setidaknya rujukan. Untuk saat ini arti Dermayu memiliki arti Pelabuhan, selain itu juga daerah ini dahulu lebih dikenal memiliki beberapa pelabuhan abad ke 15 masehi wangsa Dermayu seperti Pelabuhan Teluk Kerimun di Losarang, Pasekan , Juntinyuat dan Serayu (Brebes).
Sedangkan untuk nama Indramayu sendiri berawal dari Putra Raden Suramenggali atau Dinasti Singhalodra (anak Sulthonul Syah Werdhinata atau wiralodra ke IV) yaitu Pangeran Kertawijaya (Sulthonul Kertawijaya atau wiralodra ke VIII) yang diangkat menjadi Bupati Solo (Surakarta) oleh Kangjeng Ageng Sulthonul Hamengkurat I (mataram islam) Kangjeng Ageng Sulthonul Hamengkurat II mengangkat Pangeran Kertawijaya sebagai Sulthonul Kertawijaya atau Sulthonul Hanom Kapingsetunggal (sultan muda I).
pada tahun 1678 masehi untuk menjadi pengganti Sulthonul Syama'un (dinasti wiralodra ke VII) di Kesulthonul Nagarigung Dermayu (pasal Mataram Islam) sekaligus sebagai awal mula wangsakerta (Sulthonul Kertawijaya) atau Dinasti Indrawijaya, hingga dilanjutkan ke Sulthonul Wiradhibrata sebagai Sulthonul Dermayu IX tahun 1686, sedangkan Kertawijaya pergi ke timur dan mendirikan Kantor Pemajegan (pajak) Kanoman (kemudahan) di lemahwunguk Kadipaten Gebang (cirebon).
Nama Dinasti Indrawijaya dari pangeran kertawijaya (wiralodra ke VIII) ini juga yang kemudian dinobatkan sebagai nama Karesidenan Indramajoe (Indramayu) tahun 1812 era Thommas Raffles.
== Karesidenan Indramayu ==
Pasca Sulthonul Marangali (wiralodra ke XI) meninggal tahun 1770 masehi dan Kesultanan Dermayu berada dalam kekuasaan Hindia-Belanda sekaligus memutus Dinasti Kepemerintahan Sultan Dermayu.
Di tahun 1817 Thommas Raffles mulai membentuk beberapa Karesidenan di pulau jawa. Karesidenan adalah bentuk kepemerintahaan [[Kota]] (pemukiman besar) yang memiliki beberapa Kadipaten (Kabupaten) dan Kawedanan (setara Kecamatan) di dalamnya. Pada pulau jawa bagian barat terdapat 9 Karesidenan di dalam Provincie West-Java (Jawa Barat) yakni :
[[Berkas:Peta Pulau Jawa 38 Karesidenan Jawa & Madura 1930.jpg|size=500px|Peta Karesidenan di Pulau Jawa]]
# Karesidenan Indramajoe (Indramayu).<ref>Karesidenan Indramajoe adalah ''Pemerintah Kota atau Residentie dan bukan Bupati''</ref>
# Karesidenan Buitenzorg (Bogor).
# Karesidenan Batavia (Betawi atau Jakarta).
# Karesidenan Bantam (Serang).
# Karesidenan Cheribon (Cirebon).
# Karesidenan Krawang (Purwakarta).
# Karesidenan West-Priangan (Sukabumi).
# Karesidenan Midd-Priangan (Bandung).
# Karesidenan Oost-Priangan (Tasikmalaya).
[[Berkas:Karesidenan Indramayu.jpg|thumb|Peta Karesidenan Indramayu]]
Pada saat dibentuknya Karesidenan<ref>Karesidenan artinya ''lebih tinggi dari Kadipaten atau setara dengan Kota'' ""</ref> , pihak keturunan Sultan Dermayu XI melakukan gugatan kepada Thommas Raffles di Batavia (Jakarta), bahwa Indramayu dirugikan dalam pembentukan Provincie West-Java yang mana wilayah Pemanukan, Gebang dan Kuningan sebelumnya wilayah dari Kesultanan Dermayu, tiba-tiba Gebang dan Kuningan dimasukan ke dalam wilayah Karesidenan Cherribon (Cirebon) dan Pamanukan juga dahulunya wilayah Kesultanan Dermayu, kemudian di masukan ke dalam Karesidenan Purwakarta atau Krawang dan jelas itu menjadi sebuah kerugian bagi Indramayu.
Keturunan Sultan Dermayu XI (Sulthonul Marangali) yang masih utuh menyebutkan kepada Thommas Raffles, bahwa kebanyakan orang-orang itu tidak banyak ikut perang melawan Portugis, VOC, Hindia-Belanda dan yang kebanyakan melawan mereka adalah orang-orang dari Banten, Bogor Timur, Bekasi, Dermayu, Sumedang, Jawa Tengah, Daerah Istimewah Yogyakarta dan Jawa Timur di pulau jawa yang mana orang-orang Indramayu mencatatnya.
Pihak keturunan Sultan Dermayu XI saat itu mengajukan usulan kepada Thommas Raffles, yang mana lebih baik Karesidenan Indramajoe (Indramayu) di gabung dengan Prov. Midd-Java (jawa tengah), hal itu agar wilayah Pemanukan, Gebang dan Kuningan masih berada dalam wilayah Karesidenan Indramajoe (Indramayu), sebab Kadipaten Pemanukan adalah wilayah bagian penting Kesultanan Dermayu, yang mana daerah itu adalah pelabuhan lama era Kerajaan Kembang Jenar dan juga markas militer dermayu sebagian besarnya berada di pemanukan.
Kadipaten Gebang adalah wilayah bagian penting Kesultanan Dermayu dimasa lalu, yang mana daerah itu terdapat tambang batu andesit untuk membuat semen yang sudah dibangun oleh Raden Sutajaya seorang mentri Pemajegan atau pajak Kesultanan Dermayu era kepemerintahaan Sultan Wirakusuma (wiralodra ke II).
Raden Sutajaya adalah putra dari Kiyai Ageng Jebug Angrum seorang mentri pemajegan Dermayu tahun 1478 sampai 1510 masehi era Sultan Khalif Aria Wirasamudra (wiralodra ke I), selain itu Raden Sutajaya juga pernah menjadi perwira perang Dermayu wangsa Sultan Wirakusuma, yang mana Kesultanan Demak saat itu membutuhkan bantuan prajurit dari Kesultanan Dermayu karena Kesultanan Demak dilanda peperangan agama, setelahnya ia diangkat oleh Sultan Wirakusuma menjadi Mentri Palebuhan Serayu (brebes) yang masih wilayah dari Kesultanan Dermayu di timur dan sekaligus Raden Sutajaya menjadi Bupati Gebang pertama di Kadipaten Gebang Kesultanan Dermayu. Raden Sutajaya juga hanya mantu dari Raja di Kerajaan Pakungwati (cirebon).
Kadipaten Kuningan juga wilayah bagian penting Kesultanan Dermayu dimasa lalu, yang mana daerah ini mampu mencukupi kebutuhan bahan Kayu Jati purba di penduduk Kesultanan Dermayu untuk Produksi bahan banguan seperti membuat rumah, membuat kebutuhan perkakas rumah tangga yang terbuat dari kayu jati dan kebutuhan lainnya. Daerah ini didirikan oleh Pangeran Aria Kemuning yaitu anak Sultan Wirakusuma atas pernikahaanya dengan Nyi Mas Ratu Ilir (anak Raden Husyahin). Ia juga menjadi perwira perang Kesultanan Dermayu dimasa lalu dan ia diangkat menjadi anak angkat Syeikh Syarif Hidayatullah pasca Kerajaan Pakungwati (cirebon) perang dengan Kerajaan Galuh Kawali di Ciamis, yang mana Syeikh Syarif Hidayatullah meminta bantuan Sultan Wirakusuma berupa Prajurit dari Kesultanan Dermayu dan lebih dari 200 prajurit terbunuh yang sebagian besarnya adalah para ulama asal dermayu.
Usulan penggabungan Karesidenan Indramajoe (Indramayu) ke dalam Prov. Midd-Java (jawa tengah) ditolak oleh Thommas Raffles karena Prov. Midd-Java (jawa tengah) sudah memiliki 20 Karesidenan di dalamnya atau terlalu banyak, namun kebijakan Thommas Raffles mengistimewahkan daerah Karesidenan Indramajoe, yang mana daerah Indramayu hanya bisa dipimpin oleh penduduk pribuminya (Jawa dan Tionghoa) saja sebagai Resident (pemerintah) dan Thommas Raffles tidak turut ambil bagian dalam pengaturan proyek atau pekerjaan di Indramayu, sedangkan karesidenan lain di Prov. West-Java berada dalam kendali Thommas Raffles sepenuhnya seperti orang pribumi tidak diperbolehkan menjadi Resident dan tidak berhak mengatur proyek tanpa persetujuan Thommas Raffles.
Pada saat itu keturunan Sultan Marangali yang masih tersisa menunjuk Ing. Burger untuk menjadi Resident pertama di Karesidenan Indramayu. Ing. Burger adalah seorang Insinyur Mesin keturunan Indramayu Jerman yang juga memiliki istri asal Indramayu. Semasa hidupnya ia adalah pendiri perusahaan mesin bernama Seban (Sedot Banyu) di Jatibarang Indramayu, selain itu ia juga memproduksi mesin kendaraan lainnya seperti Mesin Mobil Grandongwagen (mobil asal Indramayu), Mesin Kereta (Maschinspoorwagen), Mesin Slip (mesin pemisah kulit padi) dan Mesin generator untuk pembangkit listrik untuk kegiatan las (welding).
[[File:Grandong Indramayu.jpg|thumb|mobil buatan Indramayu]]
Ing. Burger yang tiba-tiba ditunjuk sebagai Resident karena pendidikannya yang tinggi dan dipercaya juga oleh penduduk Indramayu, ia bersedia menjadi Resident pertama Indramayu untuk mengikuti tantangan politik demi kabaikan semua penduduk Indramayu, meskipun sebelumnya ia hanya ahli dalam bidang mesin dan tidak mengerti dalam dunia politik.
Di era kepemerintahaan Ing. Burger inilah lahirnya jalan-jalan penghubung dari Jatibarang ke Kadipaten, dari Jatibarang ke Karangampel, dari Losarang ke Sumedang, dari Terisi ke Subang, dari Bongas ke Wates Kediri dan Perlebaran jalan tanggul menjadi Jalan Van Tura (Pantura) yang mana penduduk Indramayu bisa terhindar dari kerja paksa yang marak terjadi di pulau jawa tahun 1812 masehi.
Ing. Burger juga membentuk ulang beberapa daerah administratif di wilayah Karesidenan Indramayu, yang mana sebelumnya Karesidenan Indramayu memiliki 7 Kawedanan dan itu dirubah oleh Ing. Burger dari 7 Kawedanan menjadi 3 Kadipaten dan 5 Kawedanan di Karesidenan Indramayu yakni :
# [[Indramayu|Kota Indramayu]] (Ibu Kota Resident).
# [[Jatibarang, Indramayu|Kadipaten Jatibarang]].
# [[Karangampel, Indramayu|Kawedanan Karangampel]].
# [[Losarang, Indramayu|Kadipaten Losarang]].
# [[Sindang, Indramayu|Kawedanan Sin Dong]] (nama lama sindang).
# [[Kandanghaur, Indramayu|Kawedanan Karangawor]] (nama lama Kandanghaur).
# [[Haurgeulis, Indramayu|Kawedanan Luwungmalang]] (nama lama Haurbaougeulis atau suku bugis).
# [[Jatiwangi, Majalengka|Kawedanan Jatiwangi]] (sekarang bagian dari Majalengka).
# [[Majalengka|Kadipaten Majalengka]] (sekarang bagian dari Majalengka).
Pada saat Inggris mulai digulingkan oleh Hindia-Belanda, daerah-daerah bentukan administratif era kepemerintahan Thommas Raffles itu diambil alih sepenuhnya oleh Hindia-Belanda.
Karesidenan Indramayu mulai berganti menjadi Kesultanan Indramayu pasca terjadi pemberontakan penduduk Indramayu ([[Tionghoa-Indonesia|Dermayu-Tionghoa]]) terhadap kepemerintahaan Hindia Belanda yang mulai tidak mutualisme. Pemberontakan itu dimotori oleh Raden Jalari (keturunan marangali) dan Syeikh Syafiuddin asal Kawedanan Karangampel Indramayu dan dari pemberontakan itu Kesultanan Indramayu berdiri kembali dengan nama Dinasti yang berbeda yakni Dinasti Purbadinegara, yang mana Raden Jalari menjadi Sulthonul Purbadinegara kapingsetunggal (ke 1), namun Kesultanan Indramayu hanya kerajaan bawahan dari Hindia-Belanda.
== Sejarah KAART ==
Pada tahun 1940 kepemerintahaan Hindia-Belanda membentuk BriefKaart atau Surat Post dan nomor kendaraan yakni daerah Karesidenan Indramajoe dan Karesidenan Cheribon dikelompokan menjadi satu kode BriefKaart, namun tidak menjadi satu kepemerintahaan melainkan hanya soal Briefkaart yang sama dengan Nomor Kendaraan wilayah tersebut yakni KAART E atau Plat E, yang mana meliputi daerah [[Indramayu]], [[Kota Cirebon|Cirebon]], [[Majalengka]], [[Kuningan]] dan [[Ciamis]], hingga pasca merdeka daerah-daerah tersebut masih menggunakan KAART E atau Plat E sebagai nomor kendaraan, kecuali [[Ciamis]] yang dikelompokan dengan [[Tasikmalaya]].
== Sejarah Kabupaten Indramayu ==
[[Berkas:Seal of Indramayu Regency.svg|thumb|Lambang Kabupaten Indrmayu]]
Kabupaten Indramayu secara resmi berdiri pada tahun 1948 yang ditandai berakhirnya dinasti purbadinegara yang mulai menggunakan politik [[Demokrasi]] sebagai bentuk kepemerintahaan Indramayu pasca menanda tangani perjanjian Sulthonul Murjani dengan [[Ir. Sukarno]] di Keraton Dermayu tahun 1948.
Dalam perjanjian itu yang mana Sultan Murjani sebagai Sultan Purbadinegara V sekaligus sultan terakhir dermayu menanda tangani penghentian politik dinasti diganti dengan demokrasi terpimpin oleh Presiden Sukarno-Hatta dan mengakui Kedaulatan Republik Indonesia diatas para raja atau sultan di seluruh nusantara.
Presiden Sukarno datang ke Indramayu bersama Moh. Hatta, Jendral Nasution dan Ma. Sentot di tahun 1948 pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Keduanya banyak membaca buku-buku karya dari orang-orang Indramayu tentang politik, pemberontakan, perlawan, serangan terhadap penjajah, komik, lukisan, penemuan, pertambangan emas, sumur minyak, komoditif masa lalu dermayu dan karya lainnya, namun yang Sukarno-Hatta sukai adalah buku karya dari Sultan Purbadinegara Kapingkalih (II) atau Raden Rolat tentang '''Nasionalisme''' dan '''Kewilayanisme''' (Regionalisme) yang diterbitkan pada tahun 1921 di Indonesia.
Sukarno dan Hatta tidak menampik menyebutkan bahwa Kesultanan Dermayu adalah memiliki ilmu Politik yang begitu maju dan hal itu sangat pantas, jika penduduk Dermayu (Indramayu) banyak tercatat oleh kepemerintahan Hindia-Belanda tentang peperangan penduduk Kesultanan Dermayu melawan mereka di masa lalu dari abad ke 16 hingga abad ke 20 masehi, karena nasionalisme pada penduduk dermayu (indramayu) yang mempertahankan wilayah mereka secara daerah (regional) dan itu mengapa Kesultanan Dermayu ini terkenal kuat.
Moh. Hatta juga membaca buku karya dari penduduk peranakan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa Dermayu]] tentang kemerdakaan Dermayu tahun 1944 yang merdeka dari Jepang oleh tokoh Dr. Raden Murjani sebagai Sultan Purbadinegara V tahun 1944, namun Moh. Hatta sangat berharap bahwa politik dinasti kesultanan dermayu diganti dengan demokrasi terpimpin untuk Indramayu dan semua keturunan sultan-sultan dermayu menjadi sebagai simbol kebudayaan dermayu.
Dr. Raden Murjani sendiri tidak mempermasalahkan tentang politik demokrasi yang digunakan oleh daerah Indramayu dan ia juga berpendapat, bahwa ia sebagai keturunan sultan-sultan dermayu masih punyak hak untuk menjadi pemerintah dermayu dengan cara dipilih melalui bakat serta bukan berdasarkan golongan-golongan tertentu, yang mana penduduk indramayu juga bisa menjadi pemerintah Indramayu dengan demokrasi dan itu untuk kebaikan semua penduduk Indramayu meskipun keturunan sultan dermayu menjadi simbol budaya dermayu.
Dr. Raden Murjani sendiri juga memuji Sukarno-Hatta tentang ''Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia'' dalam pancasila yang diutamakannya untuk membangun negari dengan kesetaraan semua penduduk tanpa memandang golongan tertentu. Dr. Raden Murjani mulai menanda tangani surat perjanjian penghentian politik dinasti yang diganti dengan politik demokrasi di keraton dermayu tahun 1948 dan sekaligus menjadi Dinasti Purbadinegara sebagai Dinasti Dermayu yang terakhir serta menjadi Simbol Kebudayaan Dermayu.
Presiden Sukarno dan Moh. Hatta bersama Jendral Nasution mulai pamit dari Dermayu menuju ke Stasiun Jatibarang dan disana beliau menandai suatu tempat dekat stasiun kereta api jatibarang Indramayu sebagai simbol tugu kemerdekaan dari kayu jati, yang mana tugu kayu jati itu di Jatibarang bukan semerta-merta sebagai napak tilas Presiden Sukarno-Hatta dan Jendral Nasution, namun tugu itu adalah simbol kedaulatan suatu daerah yang dahulunya lebih dahulu merdeka sebelum negara Indonesia berdiri dan tidak semua daerah di Indonesia memiliki tugu yang didirikan oleh Sukarno-Hatta, oleh karena itu tugu di jatibarang Indramayu itu adalah satu-satunya simbol Tugu Kemerdekaan Indonesia yang sengaja dibuat oleh Sukarno-Hatta, Jendral Nasution dan Ma. Sentot sebagai simbol pendirian negara Indonesia.
'''Kebijakan M. I. Syafiuddin'''
Kemudian di Keraton Dermayu, bahwa M.I. Syafiuddin kebingungan tentang bentuk kepemerintahaan, yang mana harus menggunakan sistem Kota atau Kabupaten untuk daerah Indramayu itu. Sebenarnya Dr. Raden Murjani lebih menginginkan Indramayu itu dibentuk sebagai kepemerintahan Kota, karena Indramayu juga dulu adalah Karesidenan (Kota) dan juga sistem Kota untuk membangun putaran ekonomi lebih cepat dari pada putaran ekonomi kabupaten tergolong lambat, namun kendalanya saat itu tahun 1948 jumlah populasi penduduk di Indramayu itu kurang dari 1 juta penduduk, sedangkan untuk menjadi Kota atau pemukiman besar dibutuhkan lebih dari 1 juta penduduk agar ekonomi dapat berputar dengan cepat.
Ditambah lagi pasca perang tahun 1945, yang mana penduduk Indramayu separuhnya mengalami kemiskinan hebat akibat perang berkepanjangan yang terjadi di Indramayu sampai ada keluarga yang makan dengan sega king (nasi aking). Selain itu angka pendidikan penduduk Indramayu tahun 1948 hanya sampai Kuliah Technik itupun anak orang kaya yang bisa pergi ke Jerman, sedangkan yang mencapai pendidikan SMA, SMP hanya keluarga kaya di Indramayu dan sebagian penduduk di Indramayu tidak tamat SD.
Menurut M.I. Syafiuddin, bahwa Indramayu menjadi daerah Kota itu percuma saja jika penduduknya masih berada dalam angka kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah bahkan tidak sekolah, itu hanya akan membuat nama Kota Indramayu saja yang terkenal tapi tidak dengan keterampilan yang dimiliki penduduk Indramayu.
M.I. Syafiuddin lebih memilih Indramayu ini menjadi Kabupaten, yang mana tingkat kabupaten tidaklah memalukan jika memiliki sedikit kekurangan dari pada memilih menjadi Kota akan lebih memalukan lagi jika memiliki angka kemiskinan tinggi. Indramayu hanya perlu meningkatkan mutualisme dalam pendidikan bagi anak penduduk Indramayu.
Perang dimasa lalu adalah masalah utama yang menjadi penyebab penduduk Indramayu tertinggal dalam dunia pendidikan, yang mana penduduk bangsa lain setiap harinya belajar bagaimana caranya membuat benda untuk dijual ke berbagai negara agar bisa menghasilkan uan dan membangun daerah serta negaranya agar bisa maju, sedang penduduk Indramayu saat itu sedang sibuk mengisi peluru dan menyuling minyak untuk menjadi peledak.
Jadi jelas itu adalah ketertinggalan yang nyata bagi penduduk Indramayu, oleh karena itu M.I. Syafiuddin lebih menekan penduduk Indramayu agar memandang pendidikan dan menyuruh anak-anak mereka pergi kesekolah untuk belajar agar bisa mengejar ketertinggalan pendidikan keterampilan dan membangun daerahnya menjadi maju, karena pemerintah hanya bisa mengarahkan dan membangun jalan serta sarana umum, namun tidak bisa membangun pekerjaan penduduk dengan keuangan negara yang bisa merugikan negara.
Jadi yang bisa membangun daerah Indramayu adalah masyarakatnya sendiri yang membangun Industri Swasta dan pekerjaan lainnya oleh keterampilannya.
M. I. Syafiuddin berpendapat jika penduduk Indramayu berpendidikan dan berketerampilan untuk membuat benda pastinya tidak akan sulit untuk mendirikan Industri Swasta karya buah tangannya sendiri.
Pada tahun 1958 masehi M.I. Syafiuddin mengirim surat kepada Presiden Sukarno di Ibu Kota lama Yogyakarta untuk mengirim guru [[Bahasa Jerman]] atau Deutschlehrer ke [[Indramayu]] dan terdapat guru [[bahasa jerman]] asal Austria yang hidup Surabaya. Pemuda-pemuda Indramayu setelah lama belajar kosa kata dan lulus ujian bahasa jerman di sebuah perusahaan resmi Kedutaan Besae Jerman yaitu Goethe-Institut di Jakarta, mereka dikirim untuk kuliah bidang perminyakan, perlogaman, möbel (mebel) di Jerman Barat dan Timur.
Setelah lama belajar di Jerman para anak muda Indramayu mulai satu-persatu pulang ke Indramayu membangun kedaerahnnya dan mendirikan Industri Kecil seperti membuat baud dan mur, membuat plat panduan (stainless stell), menjadi dokter ahli, membuat mesin penyedot air, mesin generator strüm, membuat mesin pemisah kulit padi, membuat mesin alat perontok padi (Grabagan), membuat paduan logam dari garam laut dan yang terakhir paling mengubah wajah Indonesia adalah penemuan tanur sembur modern yang terbuat dari plat paduan logam Garam laut pertama di Indonesia, yang mana plat tersebut memiliki sifat tahan karat serta tahan air laut yang dapat digunakan membangun tanur sembur untuk penyulingan perminyakan di sumur minyak Indramayu.
Pada tahun 1994 Insinyur-Insinyur mesin dan perminyakan asal Indramayu diminta oleh wakil presiden Indonesia yaitu Alm. [[B. J. Habibie|B. J. Habibi]] untuk membangun kilang minyak penyulingan modern untuk memproses minyak mentah dari tanur sembur modern termasuk technik hilirisasi. Kilang minyak itu bernama Kilang Minyak Balongan yang dikelola langsung oleh Perusahaan Minyak Negara Indonesia atau Pertamina dan menjadi kilang modern pertama di indonesia pada Jamannya. Pembangunan kilang minyak balongan ini juga terdapat tenaga kerja dari Jerman yang membantu Indramayu untuk menemukan titik atau sumber ladang minyak di daerah Indramayu tahun 1994.
Hasil pemrosesan minyak di kilang minyak balongan ini menghasilkan minyak Bensin yang berasal dari [[bahasa jerman]] yaitu ''Das Benzin'' atau minyak hasil sulingan yang lebih ringan kandungan belerangnnya. Kehadiran Benzin di Indonesia juga bertujuan untuk menghentikan jual beli minyak mentah yang lebih beresiko terhadap lingkungan.
Selain itu mesin perontok padi atau dalam bahasa jawa dermayu disebut Grabagan adalah mesin buatan asli anak muda Indramayu tahun 1977-an dan menjadi daerah dengan pertanian modern pertama di Indonesia. Biji Padi yang di Grabag menggunakan mesin itu bijih padinya tidak pecah dan jelas tidak mengurangi kualitas bijih padi, sedangkan daerah pertanian lain masih menggunakan Gebotan yang terbuat dari kayu, yang mana biji padi ketika di Gebot akan pecah dan tentunya mengurangi kualitas biji padi tersebut. Dari penemuan-penemuan jenius anak muda Indramayu dalam mesin untuk pertanian padi itu nama Indramayu dikenal sebagai Lumbung Beras berkualitas Internasional sejak tahun 1977 dan sampai sekarang.
Perusahaan-perusahaan yang masih memproduksi alat pertanian ini sudah mulai berkurang di Indramayu yang biasanya diproduksi oleh perusahaan Arjuna Ireng dan Schamin pasca pemberlakuan batasan pembelian logam minimal 1 Ton metrik, mereka mulai mengurangi angka produksinya dan mulai mengkonsep untuk menciptaan alat baru.
== Hari Jadi Indramayu ==
[[Berkas:Seal of Indramayu Regency.svg|thumb|Lambang Kabupaten Indrmayu]]
Menurut Tim Panitia Peneliti Sejarah Kabupaten Indramayu bahwa hari jadi Indramayu jatuh pada tanggal [[7 Oktober]] [[1527]] yang telah disahkah pada sidang Pleno [[DPRD Kabupaten Indramayu|DPRD Kabupaten Daerah tingkat II Indramayu]] pada tanggal [[24 Juni]] [[1977]] dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah [[Kabupaten Indramayu|Kabupaten Daerah tingkat II Indramayu]].
Penetapan itu ditetapkan pada Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 1977 tentang Penetapan Hari Jadi Indramayu, dimana dalam Peraturan Daerah tersebut disebutkan bahwa hari jadi Indramayu ditetapkan jatuh pada tanggal [[7 Oktober]] [[1527]] yang jatuh pada hari Jumat Kliwon tanggal 1 Muharam 934 H. Dalam menentukan hari jadi tersebut tim panitia peneliti sejarah [[Indramayu]] berpegang pada sebuah patokan peninggalan jaman dulu dan atas dasar beberapa fakta sejarah yang ada, yaitu prasasti, penulisan-penulisan masa lalu, benda-benda purbakala/benda pusaka, legenda rakyat serta tradisi yang hidup ditengah-tengah masyarakat.
== Lisan Penduduk ==
Menurut Babad Dermayu penghuni partama daerah [[Indramayu]] adalah Raden Aria Wiralodra yang berasal dari Bagelen [[Jawa Tengah]] putra Tumenggung Gagak Singalodra yang gemar melatih diri olah kanuragan, tirakat dan bertapa.
Suatu saat Raden Wiralodra tapa brata dan semedi di perbukitan melaya di kaki gunung sumbing, setelah melampau masa tiga tahun ia mendapat wangsit “Hai wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari carilah lembah [[Sungai Cimanuk]]. Manakala telah tiba disana berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana, kelak tempat itu akan menjadi subur makmur serta tujuh turunanmu akan memerintan disana”.
Dengan didampingi Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana berangkatlah mereka ke arah barat untuk mencari [[Sungai Cimanuk]]. Suatu senja sampailah mereka di sebuah sungai, Wiralodra mengira sungai itu adalah Cimanuk maka bermalamlah disitu dan ketika pagi hari bangun mereka melihat ada orang tua yang menegur dan menanyakan tujuan mereka. Wiralodra menjelaskan apa maksud dan tujuan perjalanan mereka, tetapi orang tua itu berkata bahwa sungai tersebut bukan cimanuk karna cimanuk telah terlewat dan mereka harus balik lagi ke arah timur laut. Setelah barkata demikian orang tarsebut lenyap dan orang tua itu menurut riwayat adalah Ki Buyut Sidum, Kidang Penanjung dari Pajajaran. Ki Sidum adalah seorang panakawan tumenggung [[Sri Baduga Maharaja|Sri Baduga]] yang hidup antara tahun [[1474]] – [[1513]].
Kemudian Raden Wiralodra dan Ki Tinggil melanjutkan perjalanan menuju timur laut dan setelah berhari-hari berjalan mereka melihat sungai besar, Wiralodra berharap sungai tersebut adalah [[Ci Manuk|Cimanuk]] , tiba-tiba dia melihat kebun yang indah namun pemilik kebun tersebut sangat congkak hingga Wiralodra tak kuasa mengendalikan emosinya ketika ia hendak membanting pemilik kebun itu, orang itu lenyap hanya ada suara “Hai cucuku Wiralodra ketahuilah bahwa hamba adalah Ki Sidum dan sungai ini adalah [[Sungai Cipunegara]], sekarang teruskanlah perjalanan kearah timur, manakala menjumpai seekor Kijang bermata berlian ikutilah dimana Kijang itu lenyap maka itulah [[sungai Cimanuk]] yang tuan cari.”. Ki Sidum adalah seorang ulama besar dari Ligung Majalengka yang pulang berkelana dari Banten untuk pulang ke Ligung Majalengka kemudian bertemu dengan Raden Arya Wiralodra. dan Makom dan petilasannya ada di Desa Bantarwaru Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka.
Saat mereka melanjutkan perjalanan bertemulah dengan seorang wanita bernama Dewi Larawana yang memaksa untuk di persunting Wiralodra namun Wiralodra menolaknya hingga membuat gadis itu marah dan menyerangnya. Wiralodra mengelurkan Cakranya kearah Larawana, gadis itupun lenyap barsamaan dengan munculnya seekor Kijang. Wiralodra segera mengejar Kijang itu yang lari kearah timur, ketika Kijang itu lenyap tampaklah sebuah sungai besar. Karena kelelahan Wiralidra tertidur dan bermimpi bertemu Ki Sidum , dalam mimpinya itu Ki Sidum berkata bahwa inilah hutan Cimanuk yang kelak akan menjadi tempat bermukim.
Setelah ada kepastian lewat mimpinya Wiralodra dan Ki Tinggil membuat gubug dan membuka ladang, mereka menetap di sebelah barat ujung [[sungai Cimanuk]]. Pedukuhan Cimanuk makin hari makin banyak penghuninya. diantaranya seorang wanita cantik paripurna bernama Nyi Endang Darma. Karena kemahiran Nyi Endang dalam ilmu kanuragan telah mengundang Pangeran Guru dari [[Palembang]] yang datang ke lembah Cimanuk bersama 24 muridnya untuk menantang Nyi Endang Darma namun semua tewas dan dikuburkan di suatu tempat yang sekarang terkenal dengan “Makam Selawe”.
Untuk menyaksikan langsung kehebatan Nyi Endang Darma, Raden Wiralodra mengajak adu kesaktian dengan Nyi Endang Darma namun Nyi Endang Darma kewalahan menghadapi serangan Wiralodra maka dia meloncat terjun ke dalam [[Sungai Cimanuk]] dan mengakui kekalahannya. Wiralodra mengajak pulang Nyi Endang Darma untuk bersama-sama melanjutkan pembangunan pedukuhan namun Nyi Endang Darma tidak mau dan hanya berpesan, “Jika kelak tuan hendak memberi nama pedukuhan ini maka namakanlah dengan nama hamba, kiranya permohonan hamba ini tidak berlebihan karena hamba ikut andil dalam usaha membangun daerah ini”.
Untuk mengenang jasa orang yang telah ikut membangun pedukuhannya maka pedukuhan itu dinamakan “DARMA AYU” yang di kemudian hari menjadi “INDRAMAYU”.
Berdirinya pedukuhan Darma Ayu memang tidak jelas tanggal dan tahunnya namun berdasarkan fakta sejarah Tim Peneliti menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada jum’at kliwon, 1 sura 1449 atau 1 Muharam 934 H yang bertepatan dengan tanggal [[7 Oktober]] [[1527]].
== Catatan proses Indramayu lainnya ==
Cerita pedukuhan Darma Ayu adalah salah satu catatan sejarah daerah Indramayu namun ada beberapa catatan lainnya yang juga berkaitan dengan proses pertumbuhan daerah Indramayu antara lain:
* Berita yang bersumber pada Babad [[Cirebon]] bahwa seorang saudagar China beragama islam bernama Ki Dampu Awang datang ke [[Cirebon]] pada tahun [[1415]]. Ki Dampu Awang sampai di desa Junti dan hendak melamar Nyi Gedeng Junti namun ditolak oleh Ki Gedeng Junti, disini dapat disimpulkan bahwa [[Juntikebon, Juntinyuat, Indramayu|Desa Junti]] sudah ada sejak tahun 1415.
* Catatan dalam buku [[Cerita Purwaka Caruban Nagari|Purwaka Caruban Nagari]] mengenai adanya [[Babadan, Sindang, Indramayu|Desa Babadan]],dimana pada tahun [[1417]] M Sunan Gunung Jati pernah datang ke Desa Babadan untuk mengislamkan Ki Gede Babadan bahkan menikah dengan puteri Ki Gede Babadan .
* Di tengah kota [[Indramayu]] ada sebuah desa yang bernama [[Lemahabang, Indramayu, Indramayu|Desa Lemahabang]], nama itu ada kaitannya dengan nama salah seorang Wali Songo Syeikh Siti Jenar yang dikenal dengan nama Syeikh Lemah Abang, mungkin dimasa hidupnya ([[1450]] – [[1406]]) Syeikh Lemah Abang (Syekh Demak) pernah tinggal di desa tersebut atau setidak-tidaknya dikunjungi olehnya untuk mengajarkan agama islam.
Catatan lain pada tahun 1499 tentang perjalanan jalur rempah Johaness Johnsson dengan Tome Pires menyebutkan daerah Daramayo (Indramayu Sekarang) memiliki 4 pelabuhan besar yakni :
#Daramayo (Pasehkan).
#Lohsarang (Losarang).
#Amppal (Karangampel).
#Balanacc (Blanakan).
#Chesam (Ciasem).
#Chemao atau Chemayo (Cilamaya).
Dalam catatan jalur rempah Johaness Johnsson juga menyebutkan Kerajaan atau Kesultanan di pulau jawa pada tahun 1499 pada jalur rempahnya seperti :
#Sultanato de Bantam (Banten).
#Sultanato de Daramayo (Dermayu atau Indramayu).
#Sultanato de Damma (Demak).
Bukti lain di tahun 1351 masehi dalam piagam singosari tahun 1351 masehi oleh Hayam Wuruk juga tercatat dalam naskah kuno nagarakartagama majapahit, bahwa wilayah Indramayu dulunya sebuah kerajaan pawanukan atau manukan dalam kerajaan bawahan dan sebagai administratif dari Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Manukan (Indramayu) didirikan pada tahun 1351 masehi oleh Ratu Swardhani. Ratu Swardhani sendiri anak dari Raja Singa Wardhana (Bhre Paguhan) atas pernikahanya dengan Ratu Rani Pajang (Bhre Pajang).
[[Berkas:Situs Candi Majapahit Indramayu.jpg|jmpl|Candi peninggalan Majapahit di Indramayu yang di gali pada tahun 2019]]
Candi Sambimaya adalah peninggalan Kerajaan Majapahit di Indramayu di abad ke 14 masehi pada masa Sri Prabu Bathara Wijaya Hayam Wuruk dan Ratu Swardhani tahun 1351 Masehi.
[[Berkas:Candi Kesit Dermajoe.jpg|thumb|Candi Kesit yang di potret oleh Gerard pieter servatius (Resident van Indramajoe) tahun 1850 di daerah Tukdana, Indramayu Selatan]]
Candi Kesit terletak di daerah Indramayu selatan atau secara administratif berada pada kecamatan Tukdana. Candi Kesit adalah candi hindu budha yang dibangun pada masa Kerajaan Singhasari di tahun 1247 M di Indramayu.
Melihat bukti-bukti atau sumber di atas diperkirakan pada akhir abad XVI M daerah Indramayu sekarang atau sebagian dari padanya sudah dihuni manusia.
== Referensi ==
* {{reflist}}
* Sumber: Buku Sejarah Indramayu (cetakan ke 2) terbitan pemerintah Kabupaten DT II Indramayu
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
|