Sriwijaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Maulana.AN (bicara | kontrib) k Membalikkan revisi 22547201 oleh B0t ea00700ea (bicara) Tag: Pembatalan |
→Konflik luar negeri: Kami melindungi dari skandal dan sebuah hal Tidak Bersumber Tag: Menghilangkan referensi Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 233:
Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu, namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Pengaruh hindu-budha batu [[Prasasti Hujung Langit]] tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatra. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di Sumatra. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja Sriwijaya, [[Sri Cudamani Warmadewa]], berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul mundur tentara Jawa. Sriwijaya memperlihatkan kegigihan persekutuan mandalanya, bertahan dan berjaya memukul mundur angkatan laut Jawa.{{sfn|Munoz|2006|p=150}}
Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut-sebut berperan dalam menghancurkan [[Kerajaan Medang]] di Jawa. Dalam [[prasasti Pucangan]] disebutkan sebuah peristiwa ''Mahapralaya'', yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana ''Haji Wurawari'' dari ''Lwaram'', pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir [[Dharmawangsa Teguh]].<ref name="Muljana"/>{{sfn|Munoz|2006|p=151}}
|