Haji Darip: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penyempurnaan Tag: mengubah tempat lahir Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
→Perjuangan kemerdekaan: Penyempurnaan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 25:
Tersebutlah Jami dan Sarosa yang menjebak dan membujuk KH. Darip agar pergi ke Jogjakarta untuk kembali dekat dengan Soekarno. Sejak januari 1946 ibukota memang pindah dari Jakarta ke Jogjakarta. Sarosa berangkat mendahului. Kemudian menyusul KH. Darip, Jami dan Entong, anak perawat kuda yang berumur 13 tahun. Ketika malam hari melewati hutan Jati, Sadang Purwakarta KH. Darip disergap Belanda. KH. Darip diikat erat dengan kabel listrik dan dibawa memakai mobil Jeep. Jami tidak terlihat ditangkap. Akhirnya KH. Darip menyadari bahwa ia dijebak dan dikhianati oleh Jami. Dari Sadang KH. Darip dibawa ke Jakarta kemudian dimasukkan ke sel Polisi I Kebayoran selama tiga hari lalu dipindah ke Ancol. Dalam kondisi tetap diikat dengan kabel listrik, KH. Darip disiksa dengan gagang senapan dan dipukul bertubi-tubi sampai akhirnya KH. Darip dijebloskan ke tahanan Glodok, Jakarta Kota (kini merupakan bagian dari pertokoan Harco) pada tahun 1948. Berita tertangkapnya KH. Darip sampai ke anak buahnya dan mereka sangat marah ternyata pimpinannya tertangkap karena dijebak dan dikhianati oleh Jami. Kemudian anak buahnya mencari-cari Jami hingga akhirnya Jami ditangkap dan tewas dibunuh oleh anak buah KH. Darip yang setia.
Saat dipenjara KH. Darip mengirim surat kepada Soekarno agar ia dibebaskan dari penjara. Konon surat tersebut diterima oleh Fatmawati, istri Soekarno di Istana Negara. Tetapi Soekarno tidak bisa membebaskan KH. Darip. Setelah penyerahan kedaulatan pada akhir Desember 1949, KH. Darip akhirnya dibebaskan dari penjara. Para anak buahnya menyambut KH. Darip diluar penjara dan membawa ke rumah Ghozali di Kebon Jahe kemudian ke Klender. Rumahnya di Klender sudah habis dibakar oleh Belanda saat ia di penjara. Lalu bersama-sama anak buahnya dan rakyat Klender secara gotong royong membuat rumah sederhana untuk KH. Darip.
Setelah penyerahan kedaulatan RI pada akhir Desember 1949, KH. Darip dibebaskan dari penjara. Pada Mei atau Juni 1950 KH. Darip dipanggil Soekarno ke Istana Cipanas. Ia dijemput oleh Letnan Ishaq Latief Hendraningrat. Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Menteri Pertahanan Hamengkubuwono. Soekarno menyambut dan memeluk KH. Darip sambil menangis. Soekarno lalu menjelaskan surat KH. Darip yang dikirimkan untuknya. Soekarno merasa yakin bahwa KH. Darip akan bebas dan tidak akan mati di penjara.▼
▲
Saat sedang memanasnya situasi negara dalam mengatasi pemberontakan DI/TII Kartosoewiryo, KH. Darip pernah menerima surat dari Soekarno yang diantarkan supirnya kerumah KH. Darip. Didalam isi surat itu Soekarno meminta tolong kepada KH. Darip untuk membantu mengatasi persoalan Kartosoewiryo, maka KH. Darip pun memenuhi permintaan Bung Karno itu. Seiring dengan masalah yang sedang dihadapi negara dibawah kepemimpinan Bung Karno itu, KH. Darip juga diminta oleh Soekarno untuk membantu mengatasi persoalan konfrontasi Malaysia, hanyasaja tidak dipenuhi KH. Darip karna pertimbangan keagamaan. Pada tahun 1965, saat terjadi pemberontakan G.30S PKI, rumah KH. Darip menjadi wadah berkumpulnya tentara RPKAD yang sedang menjalankan tugas membersihkan sisa-sisa anggota dan simpatisan PKI.
|