Sungai Brantas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Pasca kemerdekaan: penambahan info
Memindahkan sebagian isi ke artikel Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
Baris 96:
Pada dekade 1950-an, infrastruktur yang telah dibangun di Sungai Brantas mulai menua dan kurang terawat, karena kurangnya dana yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia pada saat itu. Banjir besar yang terjadi pada tahun 1954 dan 1955 juga makin memperburuk kondisi infrastruktur yang telah ada.<ref name="jica4"/> Pengamatan lebih teliti terhadap sifat dan perilaku Sungai Brantas kemudian dilaksanakan oleh [[White Engineering]] asal [[Amerika Serikat]] mulai tahun 1954, dan empat tahun kemudian, White Engineering pun menghasilkan sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur yang diberi judul ''Brantas Plan''. Pengamatan tersebut lalu diperdalam dengan survei yang dilaksanakan oleh [[Sogreah]] asal [[Prancis]] dan [[Nippon Koei]] asal [[Jepang]], yang kemudian menghasilkan ''Overall Development Plan'' bagi Sungai Brantas pada tahun 1961.<ref name="bbws">{{Cite web|url=https://sda.pu.go.id/balai/bbwsbrantas/assets/uploads/files/profil_balai_bbws_brantas_2021_1667150483_fe3d977a2a40779fdcda.pdf|title=Profil BBWS Brantas|publisher=PPID BBWS Brantas|first=|last=|date=2021|language=id|access-date=4 Januari 2023}}</ref><ref name="pws"/> Rencana induk tersebut menyimpulkan bahwa pengendalian banjir di Sungai Brantas akan dilakukan dengan cara membangun bendungan di bagian hulu, mengendalikan banjir di anak Sungai Brantas, mengendalikan pasir di lereng [[Gunung Kelud]], meningkatkan daya gelontor pasir di bagian hilir, serta mengelola pemanfaatan air Sungai Brantas secara menyeluruh dan terpadu.<ref name="bbws"/>
 
Dengan rencana induk tersebut, pengembangan Sungai Brantas pun mulai dilakukan dengan prinsip "satu sungai, satu rencana, dan satu manajemen terpadu" yang dilaksanakan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kebijakan pemerintah dari waktu ke waktu. Berbeda dengan pengembangan infrastruktur di [[Sungai Citarum]] yang dilakukan pada saat yang hampir bersamaan, untuk pengembangan infrastruktur di Sungai Brantas, pemerintah sengaja tidak menggunakan jasa kontraktor asing, sehingga hanya menggunakan jasa konsultan pengawas asing. Oleh karena itu, selama proses pembangunan, juga dilakukan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan agar para pekerja dapat menyelesaikan pembangunan. Sehingga setelah pengembangan infrastruktur di Sungai Brantas selesai, para pekerja tersebut diharapkan mampu mengerjakan proyek-proyek lain yang serupa di seluruh Indonesia.<ref name="surjono">{{cite report |author= Ir. Surjono|date= 26 Agustus 1969 |title= Menguasai dan Memanfaatkan Kali Brantas|url=https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/adminkms/post/20200721142749__F__1969_Menguasai_dan_Memanfaatkan_Kali_Brantas.pdf|publisher= Proyek Induk Serbaguna Kali Brantas |access-date=23 Januari 2022}}</ref> Pengembangan pun menghasilkan sejumlah prasarana pengairan. Manfaat pembangunan antara lain pengendalian banjir 50 tahunan di sungai utama yang mengurangi luas genangan seluas 80.000 hektar; irigasi untuk sawah seluas 345.000 hektar, yang mana 83.000 hektar di antaranya berupa irigasi teknis langsung dari sungai induk (2,5 miliar m³ per tahun); energi listrik sebanyak 1.000 GWh per tahun; serta suplai air baku untuk industri sebanyak 130 juta m³ per tahun dan air baku untuk rumah tangga sebanyak 240 juta m³ per tahun. Pengembangan dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut:
 
Pengembangan pun menghasilkan sejumlah prasarana pengairan. Manfaat pembangunan antara lain pengendalian banjir 50 tahunan di sungai utama yang mengurangi luas genangan seluas 80.000 hektar; irigasi untuk sawah seluas 345.000 hektar, yang mana 83.000 hektar di antaranya berupa irigasi teknis langsung dari sungai induk (2,5 miliar m³ per tahun); energi listrik sebanyak 1.000 GWh per tahun; serta suplai air baku untuk industri sebanyak 130 juta m³ per tahun dan air baku untuk rumah tangga sebanyak 240 juta m³ per tahun. Pengembangan dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut:
 
==== Tahap pertama (1959 - 1972) ====
Baris 121 ⟶ 119:
 
== Pengelolaan infrastruktur ==
Pada awal dekade 1970-an, saat berkunjung ke lokasi pembangunan [[Bendungan Selorejo]], Menteri Pekerjaan Umum saat itu, Ir. [[Sutami]], berpendapat bahwa sebuah organisasi otonom kedepannya harus didirikan untuk mengoperasikan dan memelihara infrastruktur yang telah selesai dibangun oleh "Badan Pelaksana [[Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Brantas" (biasa disingkat menjadi "Proyek Brantas")]]. Pendapatnya didasarkan pada fakta bahwa:<ref name="proyek"/>
# Infrastruktur di Sungai Brantas dikembangkan dengan prinsip "satu sungai, satu rencana, dan satu manajemen terpadu", sehingga sebaiknya dikelola oleh orang-orang yang memahami dan hidup dengan prinsip tersebut.
# Jika infrastruktur yang telah selesai dibangun diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum setempat, sepertinya tidak ada cukup dana dan tenaga untuk mengoperasikan dan memeliharanya.
Baris 141 ⟶ 139:
Pada tanggal 12 November 1980, bukannya diintegrasikan ke dalam salah satu perusahaan konstruksi milik negara yang telah ada, pemerintah ternyata lebih memilih untuk menjadikan organisasi konstruksi dari Proyek Brantas sebagai modal untuk mendirikan sebuah perusahaan konstruksi baru yang diberi nama [[Brantas Abipraya]]. Sedangkan organisasi rekayasa dan konsultansi kemudian diintegrasikan ke dalam [[Indra Karya]], dan pembangkit listrik yang ada di sepanjang Sungai Brantas diserahkan ke PLN.
 
Sebagaimana yang telah diperkirakan sebelumnya, badan pengembangan proyek baru dapat dibentuk pada tanggal 12 Februari 1990 dengan nama [[Jasa Tirta I]], tetapi lingkup pekerjaannya dibatasi pada pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur yang telah selesai dibangun, sementara infrastruktur yang sedang dan akan dibangun tetap dikelola oleh [[Proyek Brantas]].<ref name="proyek">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 10) | publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = 240 - 244| language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_10.pdf}}</ref> yang kemudian berevolusi menjadi "Balai Besar Wilayah Sungai Brantas" (biasa disingkat menjadi "BBWS Brantas").
 
Infrastruktur besar di Wilayah Sungai Brantas yang dikelola oleh [[Jasa Tirta I]] antara lain: