Kawasan [[Ujung Kulon]] pertama kali dijelajahi oleh seorang ahli [[botani]] [[Jerman]], [[Franz Wilhelm Junghuhn|F. [[Junghuhn]], pada tahun [[1846]], untuk keperluan mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan [[flora]] dan [[fauna]] Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilimiahilmiah beberapa tahun kemudian. Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya gunung[[Gunung Krakatau]] pada tahun [[1883]]. Namun kemudian kedahsyatan letusan [[Krakatau]] yang menghasilkan gelombang [[Tsunamitsunami]] setinggi kurang lebih 15 meter, telah memporak-porandakan tidak hanya pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi juga menimpa satwa liar dan vegetasi yang ada. Meskipun letusan Krakatau telah menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwaliar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat.
Perkembangannya kemudian, beberapa areal berhutan ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, secara berurutan.