Hijab: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah terjemahan dari en:Hijab Tag: Suntingan visualeditor-wikitext pranala ke halaman disambiguasi |
Penghapusan bagian tanpa penjelasan |
||
Baris 19:
==Dalam Islam==
===Al-Qur'an===▼
==Asal-usul perintah berhijab==
Awalnya istri-istri Nabi Muhammad tidak berhijab, dan tidak pula Sang Nabi memerintahkan istri-istri beliau untuk mengenakannya. Pada suatu saat, [[Umar bin Khattab]] menyarankan agar [[Muhammad|Nabi Muhammad]] menghijabi istri-istri beliau, tetapi hal itu tidak dihiraukan oleh Sang Nabi. Di zaman Nabi Muhammad, jika istri-istri beliau ingin [[buang air besar]], mereka keluar pada waktu malam menuju tempat buang hajat yang berupa tanah lapang dan terbuka bernama Al-Manasi. Mengetahui hal tersebut, Umar yang begitu antusias agar ayat hijab diturunkan pun menunggu ketika salah satu istri Nabi akan buang air besar, yang mana pada saat itu adalah Saudah, lalu Umar berseru kepadanya,''"Sungguh kami telah mengenalmu wahai Saudah!"''. Takut akan hal itu terulang, Saudah pun melaporkan hal tersebut kepada Nabi. Dan tidak lama berselang ayat hijab pun diturunkan. Dan istri-istri Nabi kembali diizinkan untuk buang air besar.<ref>{{Cite web|title=Hadits Shahih Al-Bukhari No. 143 - Kitab Wudlu|url=https://www.hadits.id/hadits/bukhari/143|website=Hadits.id|archive-url=https://web.archive.org/web/20210717144826/https://www.hadits.id/hadits/bukhari/143|archive-date=2021-07-17|dead-url=yes|access-date=2021-07-17}}</ref><ref>{{Cite web|title=Sahih Muslim 2170d|url=https://sunnah.com/muslim:2170d|website=Sunnah.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20210719055654/https://sunnah.com/muslim:2170d|archive-date=2021-07-19|dead-url=yes|access-date=2021-07-19}}</ref><ref>{{Cite web|title=Sahih al-Bukhari 146|url=https://sunnah.com/bukhari:146|website=Sunnah.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20210719055325/https://sunnah.com/bukhari:146|archive-date=2021-07-19|dead-url=yes|access-date=2021-07-19}}</ref>
▲===Ayat Al-Qur'an mengenai hijab===
Ayat-ayat Al-Qur'an tentang aturan busana tidak menggunakan istilah hijab, melainkan kata ''khimār'' (penutup kepala<ref name="haj">{{cite book|author=Samira Haj|year=2008|title=Reconfiguring Islamic Tradition: Reform, Rationality, and Modernity|publisher=[[Stanford University Press]]|page=134|trans-title=Mengonfigurasikan Kembali Tradisi Islam: Reformasi, Rasionalitas, dan Modernitas|url-status=live}}</ref><ref name="worldwideenc" />) dan [[jilbāb]] (busana atau jubah).<ref name="El Guindi" />{{refn|group=nb|Istilah hijab digunakan dalam Al-Qur'an dengan arti "tirai" atau "sekat"; ayat-ayat yang menggunakan kata ini (seperti Al-Araf 7:46 dan Al-Ahzab 33:53) tidak terkait dengan aturan busana.<ref name=worldwideenc>{{cite encyclopedia|title=Islam: A Worldwide Encyclopedia|entry=Hijab|publisher=[[ABC-CLIO]]|year=2017|editor=Cenap Çakmak|page=595|trans-title=Islam: Ensiklopedia Sedunia}}</ref><ref name="El Guindi"/>}} Kira-kira 6 ayat memerintahkan wanita bagaimana cara berjalan dan berbusana di publik;<ref name="Bucar, Elizabeth 2012">Bucar, Elizabeth, The Islamic Veil. (Kerudung Islami) Oxford, England: Oneworld Publications , 2012.</ref> ulama Islam tidak dapat sepakat bagaimana ayat-ayat tersebut diaplikasikan. Beberapa orang mengatakan bahwa penutup kepala wajib digunakan; ada juga orang yang mengatakan bahwa penutup kepala tidak wajib digunakan.<ref name=":18">{{cite web|last1=Nomani|first1=Asra Q.|last2=Arafa|first2=Hala|date=December 21, 2015|title=As Muslim women, we actually ask you not to wear the hijab in the name of interfaith solidarity|url=https://www.washingtonpost.com/news/acts-of-faith/wp/2015/12/21/as-muslim-women-we-actually-ask-you-not-to-wear-the-hijab-in-the-name-of-interfaith-solidarity/|website=[[Washington Post]]|trans-title=As Muslim women, we actually ask you not to wear the hijab in the name of interfaith solidarity|quote=Namun dalam interpretasi dari abad ke-7 hingga sekarang, teolog, dari ulama Maroko Fatima Mernissi sampai Khaled Abou El Fadl dari UCLA, dan Leila Ahmed dari Harvard, Zaki Badawi dari Mesir, Abdullah al Judai dari Iraq dan Javaid Ghamidi dari Pakistan, jelas menetapkan bahwa wanita Muslim tidak wajib menutupi rambutnya. (But in interpretations from the 7th century to today, theologians, from the late Moroccan scholar Fatima Mernissi to UCLA’s Khaled Abou El Fadl, and Harvard’s Leila Ahmed, Egypt’s Zaki Badawi, Iraq’s Abdullah al Judai and Pakistan’s Javaid Ghamidi, have clearly established that Muslim women are not required to cover their hair.)}}</ref>
|