Papua Barat Daya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menghapus Masjid_Hidayatullah,_masjid_tertua_di_Papua_Barat_Daya_yang_didirikan_pada_tahun_1505_M.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh [[:c:User: |
Afif Brika1 (bicara | kontrib) |
||
Baris 68:
=== Masa Kolonial ===
[[File:KITLV_A1042_-_Caterpillar_tractor_op_de_weg_van_Kasim_naar_Sel%C3%A9_bij_Salawati_in_West-Nieuw-Guinea,_KITLV_140548.tiff|jmpl|kiri|Traktor Caterpillar di jalan Kasim-Sele yang digunakan untuk eksplorasi migas tahun 1930-an]]
[[Berkas:Doom Island 1955.jpg|jmpl|kiri|Pulau Doom di tahun 1955]]▼
Kesultanan Tidore jatuh ke tangan [[Belanda]] di abad ke-17 sehingga seluruh kekuasaan Tidore termasuk Pulau Papua bagian barat dimasukkan ke wilayah [[Hindia Belanda]]. Pada masa Hindia Belanda, Papua dianggap memiliki nilai ekonomis yang kecil dibandingkan pulau lainnya sehingga cenderung dilupakan. Namun Pemerintah Belanda menyadari bahwa penjajahan Papua dapat mencegah bangsa Eropa lain mendekati pulau lainnya di Hindia Belanda yang mengganggu [[pasar monopoli|monopoli perdagangan]] terutama rempah-rempah di [[Kepulauan Maluku]]. Sampai akhir abad ke-19 komoditas utama di Papua adalah budak dan bulu [[cenderawasih]].<ref>{{Cite book|title=THE DYNAMICS OF THE WESTERN NEW GUINEA (IRIAN BARAT) PROBLEM|url=https://www.papuaerfgoed.org/id/BK/1000/14|last=Bone|first=Robert|publisher=Cornell University|location=Ithaca, NY|year=1958}}</ref> Awal abad ke-20, bangsa Eropa mulai menemukan tanda-tanda potensi mineral di Papua. Tahun 1935, ''[[Nederlandsch Nieuw Guinee Petroleum Maatschappij]]'' (NNGPM) didirikan untuk melakukan eksplorasi migas. Akhirnya minyak berhasil ditemukan di berbagai tempat misalnya di Klamono dan Selat Sele (selat antara Pulau Papua dan Pulau Salawati), keduanya berada di wilayah Kabupaten Sorong.<ref>{{Cite journal|title=Delaying the 'Discovery' of Oil in West New Guinea|journal=The Journal of Pacific History|url=https://www.jstor.org/stable/25161079|last=Poulgrain|first=Greg|issue=2|volume=34|publisher=Taylor & Francis Ltd.|year=1999}}</ref>
Pada awal abad ke-20, Belanda membagi Pulau Papua menjadi beberapa ''afdeeling''. Salah satunya adalah ''Afdeeling Noord Nieuw Guinea'' (Nugini Utara) yang berpusat di Manokwari. ''Afdeeling'' tersebut dibagi menjadi beberapa ''onderafdeeling'', salah satunya adalah ''onderafdeeling'' Sorong yang berpusat di [[Pulau Doom]]. Belanda kemudian membangun perkantoran, gereja dan pemukiman serta menata perkotaan di pulau ini sehingga menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan. Penduduk yang hidup di waktu itu menceritakan bagaimana Pulau Doom terang benderang di malam hari padahal Sorong masih gelap gulita.<ref name="Kompas">{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/08/04/21294133/Menelusuri.Kota.Tua.Ala.Belanda|title=Menelusuri Kota Tua Ala Belanda|date=2008-08-04|access-date=2022-11-19|website=kompas.com|last=Genthong|first=Aryo Wisanggeni}}</ref>
▲[[Berkas:Doom Island 1955.jpg|jmpl|kiri|Pulau Doom di tahun 1955]]
Papua jatuh ke tangan Jepang di tahun 1942. Wilayah ini menjadi salah satu lokasi pertempuran pada [[Perang Dunia II]]. Tentara sekutu dibawah Jenderal [[Douglas MacArthur]] menerapkan strategi [[lompat pulau]] atau ''island hopping'' dengan memutus rantai logistik Jepang. Pasukan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|sekutu]] satu persatu menguasai pesisir utara Papua dimulai dari Jayapura, Biak, dan pulau-pulau selanjutnya hingga terakhir di Sausapor yang berada di Kabupaten Tambrauw. Sekutu mengirimkan mata-mata untuk mencari tempat yang cocok untuk mendarat dan kemudian pantai Sausapor dipilih. Sausapor yang pertahanannya lemah berhasil dikuasai oleh pasukan sekutu pada [[Pertempuran Sansapor|Operasi Globetrotter]] bulan Juli-Agustus 1944. Lapangan terbang kemudian dibangun di Sausapor sehingga menjadi markas sekutu untuk menyerang Maluku dan Filipina. Pasukan Jepang di Manokwari dan Sorong yang terputus dari unit lainnya melarikan diri ke hutan dan sembunyi hingga perang usai. Operasi Sausapor menandai bebasnya Papua dari Jepang. Sausapor sekarang banyak terdapat bekas peninggalan perang tersebut.<ref>{{Cite book|title=Sausapor Saksi Sejarah Perang Dunia II di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Baral|url=https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=826|last=Parera|first=Ana, M.F.|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-12-8|location=Yogyakarta|last2=Usmany|first2=Desy|last3=Saberia|first3=Saberia|last4=Sinaga|first4=Rosmaida|year=2013}}</ref>▼
[[Berkas:LandingAtSansapor.jpg|jmpl|ka|Pasukan sekutu mendarat di Sausapor, Tambrauw bulan Juli 1944]]
▲Papua jatuh ke tangan Jepang di tahun 1942. Wilayah ini menjadi salah satu lokasi pertempuran pada [[Perang Dunia II]]. Tentara sekutu dibawah Jenderal [[Douglas MacArthur]] menerapkan strategi [[lompat pulau]] atau ''island hopping'' dengan memutus rantai logistik Jepang. Pasukan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|sekutu]] satu persatu menguasai pesisir utara Papua dimulai dari Jayapura, Biak, dan pulau-pulau selanjutnya hingga terakhir di Sausapor yang berada di Kabupaten Tambrauw. Sekutu mengirimkan mata-mata untuk mencari tempat yang cocok untuk mendarat dan kemudian pantai Sausapor dipilih. Sausapor yang pertahanannya lemah berhasil dikuasai oleh pasukan sekutu pada [[Pertempuran Sansapor|Operasi Globetrotter]] bulan Juli-Agustus 1944. Lapangan terbang kemudian dibangun di Sausapor sehingga menjadi markas sekutu untuk menyerang Maluku dan Filipina. Pasukan Jepang di Manokwari dan Sorong yang terputus dari unit lainnya melarikan diri ke hutan dan sembunyi hingga perang usai. Operasi Sausapor menandai bebasnya Papua dari Jepang. Sausapor sekarang banyak terdapat bekas peninggalan perang tersebut.<ref>{{Cite book|title=Sausapor Saksi Sejarah Perang Dunia II di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Baral|url=https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=826|last=Parera|first=Ana, M.F.|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-12-8|location=Yogyakarta|last2=Usmany|first2=Desy|last3=Saberia|first3=Saberia|last4=Sinaga|first4=Rosmaida|year=2013}}</ref>
=== Pasca Kolonial ===
|