Bahasa Jawa Indramayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 33:
Dalam hal Bahasa Jawa Indramayu ini tergolong sama dengan [[Bahasa Jawa Banyumasan]], hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa naskah kuno yang ditemukan dari berbagai plosok di Indramayu masih menggunakan aksara jawa kuno yang berhasil diterjemahkan oleh Ki Tarka Sutarharja <ref>{{Cite web|last=|title=Ki Tarka Sutarharja|url=http://www.manassa.id/2018/04/ki-tarka-sutaraharja-penerjemah-naskah.html?m=1/|access-date=2018-4}}</ref>.
 
Suku jawa di pulau jawa meliputi wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewah Yogyakarta, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Cilegon dan Kota Serang <ref>{{Cite web|last=|title=suku jawa di Indonesia|url=https://www.gramedia.com/literasi/mengenal-asal-usul-dan-adat-istiadat-5-suku-terbesar-di-jawa/|access-date=2021}}</ref>.
Perbedaan yang mencolok dari kebudayaan masyarakat [[Indramayu]] dengan kebudayaan masyarakat [[Jawa Barat]] pada umumnya terdapat pada bahasa yang digunakan.<ref name="dasuki-1977>{{cite book|author1=Dasuki, H. A.|author2=Sardjono, J. P.|author3=Sumardjo|author4=Djamara|title=Sejarah Indramayu|year=1977|publisher=Pemerintah Kabupaten Derah Tingkat II Indramayu|location=Indramayu|pages=359}}</ref> Sebagian besar masyarakat Indramayu menggunakan bahasa Jawa Indramayu sebagai bahasa daerahnya meskipun di beberapa [[kecamatan]] seperti [[Lelea, Indramayu|Kecamatan Lelea]] dan [[Kandanghaur, Indramayu|Kecamatan Kandanghaur]] ada juga yang menggunakan [[bahasa Sunda]].
 
Perbedaan yang mencolok dari kebudayaan masyarakat [[Indramayu]] dengan kebudayaan masyarakat [[Jawa Barat]] pada umumnya terdapat pada bahasa yang digunakan.<ref name="dasuki-1977>{{cite book|author1=Dasuki, H. A.|author2=Sardjono, J. P.|author3=Sumardjo|author4=Djamara|title=Sejarah Indramayu|year=1977|publisher=Pemerintah Kabupaten Derah Tingkat II Indramayu|location=Indramayu|pages=359}}</ref> Sebagian besar masyarakat Indramayu menggunakan bahasa Jawa Indramayu sebagai bahasa daerahnya meskipun di beberapa [[kecamatan]] seperti [[Lelea, Indramayu|Kecamatan Lelea]] dan [[Kandanghaur, Indramayu|Kecamatan Kandanghaur]] ada juga yang menggunakan [[bahasa Sunda]] sejak migrasi penduduk Tegalkalong Sumedang di tahun 1678 yang saat itu warga dan pangeran panembahan dari sumedang pergi ke Indramayu untuk perlindungan dari musibah ketika Dermayu (Indramayu) dipimpin oleh Pangeran Kertawijaya<ref>{{Cite web|url=|title=pangeran sumedang|url=https://jabar.tribunnews.com/2021/04/26/ini-masjid-tertua-di-sumedang-ada-cerita-tragedi-berdarah-saat-idul-fitri-tahun-1678/|access-date=2021-4-26}}</ref> dan jaman pengungsian<ref>{{Cite web|last=|title=pemberontakan DII|url=https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-013380111/jawa-barat-zaman-mengungsi-migrasi-warga-kala-pemberontakan-ditii-dan-bandung-lautan-api?_gl=1%2Aj15uy6%2A_ga%2AclgwTkhpVGpVdk9aUmxzUk1KNm8tM2VScVFrVU1UNGdtck1nNHI3RnBoQ0g5RDVvdFF2bWdiT1ZGYVVudkNaaw..&page=4/|access-date=2022-1-3}}</ref><ref>{{Cite web|last=|title=Perjanjian Renville dan migrasi militer|url=https://www.ruangguru.com/blog/kerugian-indonesia-pada-perjanjian-renville/|access-date=2017-10-5}}</ref>.
Pada dasarnya bahasa Jawa yang dipertuturkan di Indramayu dan sekitarnya merupakan bagian dari rumpun dialek [[bahasa Jawa]].<ref name="kasim-2020">{{cite book|last=Kasim|first=Supali|title=Bahasa Jawa Indramayu: Latar Sosiolingustik, Dialektiktologi, Politisasi & Pemertahanan Bahasa|year=2020|publisher=Rumah Pustaka|location=Indramayu|pages=188|isbn=9786237788652}}</ref> Masyarakat Indramayu umumnya dapat berbicara dalam dua bahasa dengan baik atau dapat saling mengerti walaupun mereka masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda.<ref name="dahuri-2004>{{cite book|last1=Dahuri|first1=Rokhimin|last2=Irianto|first2=Bambang|last3=Arovah|first3=Eva Nur|title=Budaya Bahari-Sebuah Apresiasi di Cirebon|year=2004|publisher=PNRI|location=Jakarta|pages=103|isbn=9793747064}}</ref>
 
Pada dasarnya bahasa Jawa yang dipertuturkan di Indramayu dan sekitarnya merupakan bagian dari rumpun dialek [[bahasa Jawa]].<ref name="kasim-2020">{{cite book|last=Kasim|first=Supali|title=Bahasa Jawa Indramayu: Latar Sosiolingustik, Dialektiktologi, Politisasi & Pemertahanan Bahasa|year=2020|publisher=Rumah Pustaka|location=Indramayu|pages=188|isbn=9786237788652}}</ref> Masyarakat Indramayu umumnya dapat berbicara dalam duasatu bahasa denganyaitu baikBahasa atauJawa dapatDialek saling mengertiIndramayu walaupun mereka masing-masing menggunakanhidup bahasadalam 5 kelompok yang berbeda.<ref name="dahuri-2004>{{cite book|last1=Dahuri|first1=Rokhimin|last2=Irianto|first2=Bambang|last3=Arovah|first3=Eva Nur|title=Budaya Bahari-Sebuah Apresiasi di Cirebon|year=2004|publisher=PNRI|location=Jakarta|pages=103|isbn=9793747064}}</ref>, seperti Suku Jawa, Suku Tionghoa, Suku Betawi, Suku Bugis dan Suku Sunda.
=== Asal usul ===
Arya Wiralodra sebagai pendiri Indramayu menjadi tonggak awal digunakannya bahasa Jawa di Indramayu.<ref name="kasim-2020"/> Ia diketahui memiliki beberapa julukan di antaranya Pangeran Gagak Wiralodra, Pangeran Darmawijaya dan Pangeran Indrawijaya. Arya Wiralodra adalah putra Adipati Singalodra penguasa Bagelen dari [[Jawa Tengah]].<ref name="prawiradiredja-2005>{{cite book|last=Prawiradiredja|first=Mohammed Sugianto|title=Cirebon: Falsafah, Tradisi, dan Adat Budaya|year=2005|publisher=PNRI|location=Jakarta|pages=39-41|isbn=9793747161}}</ref> Dalam Babad Dermayu koleksi [[Museum Sri Baduga]], diriwayatkan bahwa Arya Wiralodra adalah tokoh yang gagah berani dan memiliki senjata pusaka bernama Cakra Udaksana.<ref name="manasa-2008>{{citation|author=Tim Peneliti-Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa) Jawa Barat|title=Babad Dermayu|year=2008|publisher=Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga|location=Bandung|pages=211}}</ref> Arya Wiralodra dinilai sebagai sosok pemimpin ideal yang menjadi kebanggaan masyarakat Indramayu. Hal ini dibuktikan dengan pemeliharaan situs peninggalan Arya Wiralodra beserta keturunannya yang masih dirawat dengan baik bahkan direvitalisasi beberapa kali dengan biaya yang cukup besar.
 
=== PerkembanganAsal usul ===
Arya Wiralodra sebagai pendiri Indramayu menjadi tonggak awal digunakannya bahasa Jawa di Indramayu.<ref name="kasim-2020"/> Ia diketahui memiliki beberapa julukan di antaranya Pangeran Gagak Wiralodra, Pangeran Darmawijaya dan Pangeran Indrawijaya. Arya Wiralodra adalah putra Adipati Singalodra penguasa Bagelen dari [[Jawa Tengah]].<ref name="prawiradiredja-2005>{{cite book|last=Prawiradiredja|first=Mohammed Sugianto|title=Cirebon: Falsafah, Tradisi, dan Adat Budaya|year=2005|publisher=PNRI|location=Jakarta|pages=39-41|isbn=9793747161}}</ref> Dalam Babad Dermayu koleksi [[Museum Sri Baduga|Museum Bandung]], diriwayatkan bahwa Arya Wiralodra adalah tokoh yang gagah berani dan memiliki senjata pusaka bernama Cakra Udaksana.<ref name="manasa-2008>{{citation|author=Tim Peneliti-Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa) Jawa Barat|title=Babad Dermayu|year=2008|publisher=Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga|location=Bandung|pages=211}}</ref> Arya Wiralodra dinilai sebagai sosok pemimpin ideal yang menjadi kebanggaan masyarakat Indramayu. Hal ini dibuktikan dengan pemeliharaan situs peninggalan Arya Wiralodra beserta keturunannya yang masih dirawat dengan baik bahkan direvitalisasi beberapa kali dengan biaya yang cukup besar.
Bahasa Jawa di Indramayu kian mengalami perkembangannya ketika kebijakan Mataram yang mengangkat pejabat-pejabat bawahannya untuk menjaga perbatasan di wilayah Cimanuk. Mereka juga diberi tugas untuk mengolah lumbung padi dan memproduksi beras.<ref name="kasim-2011>{{cite book|last=Kasim|first=Supali|title=Menapak Jejak Sejarah Indramayu|year=2011|publisher=Frame Publishing|location=Yogyakarta|pages=87|isbn=9786025557286}}</ref> Hal ini diperkuat dengan catatan dalam naskah [[Sanghyang Siksa Kandang Karesian]] bahwa orang Sunda baru mulai bercocok tanam paling cepat [[abad ke-16]] dan semakin berkembang pada [[abad ke-17]], karena mereka terbiasa berladang.<ref name="ekadjati-2005>{{cite book|first=Edi S.|last=Ekadjati|title=Kebudayaan Sunda-Zaman Pajajaran. Jilid II|year=2005|publisher=Pustaka Jaya|location=Bandung|pages=151|isbn=9794193348}}</ref> Kegiatan bersawah mulai dikenalkan oleh pasukan Mataram yang sengaja didatangkan ke Indramayu untuk mengolah lumbung padi dan memasok beras kepada pasukan Mataram yang sedang berperang melawan VOC di Batavia pada tahun 1628.<ref name="collier-1986>{{cite book|last1=Collier|first1=William L|last2=Sajogyo (peny.)|title=Budidaya Padi di Jawa|year=1986|publisher=Gramedia|location=Jakarta|pages=339}}</ref>
 
=== Perkembangan Bahasa ===
Pada [[abad ke-19]] pertanian dengan cara bersawah menjadi kegiatan utama masyarakat Indramayu secara umum karena hasilnya lebih menguntungkan.<ref name="collier-1986/> Bukti lebih lanjut dapat ditemukan dalam ''Dagh Register'' yang ditulis oleh VOC pada 9 Desember 1693, melaporkan adanya kegiatan pertanian padi yang dilakukan secara berturut-turut di wilayah Indramayu.<ref name="lubis-2003>{{cite book|author1=Lubis|author2=Herlina, Nina|author3=dkk|title=Sejarah Tatar Sunda. Jilid I|year=2003|publisher=Satya Historika|location=Bandung|pages=61|isbn=9799635365}}</ref> Sejak saat itu Indramayu menjadi daerah di pesisir utara Jawa yang memiliki area persawahan yang cukup luas. Hal ini yang mendorong masyarakat Indramayu lebih dahulu mengenal sistem bersawah dibanding dengan daerah pedalaman Jawa Barat yang masih bergantung dengan sistem berladang.<ref name="lombard-2005>{{cite book|last=Lombard|first=Denys|title=Nusa Jawa: Silang Budaya. Jilid I|year=2005|publisher=Gramedia Pustaka Utama|location=Jakarta|pages=23|isbn=9789796054527}}</ref> Meskipun di pesisir utara Jawa tidak terkena hujan musim kemarau, namun masyarakat Indramayu sudah lebih dahulu mengenal sistem irigasi sehingga penanaman padi tetap dapat dilakukan sepanjang tahun.<ref name="lombard-2005/>
Bahasa Jawa di Indramayu yaitu ''Bahasa Ngapak'' mengalami perkembangannya ketika kebijakan Mataram Islam mewajibkan penggunaan Bahasa Krama didalam bahasa jawa Indramayu <ref>{{Cite web|last=|title=naskah kuno Indramayu|url=https://cirebon.tribunnews.com/2021/07/05/sosok-ki-tarka-sutarahardja-filolog-dari-indramayu-yang-selamatkan-ratusan-naskah-kuno-telah-tiada/|access-date=2021-7-5}}</ref>.
 
Hal itu diperkuat dengan beberapa naskah kuno yang ditemukan diseluruh desa di Indramayu yang menggunakan aksara kuno jawa<ref>{{Cite web|last=|title=Naskah Kuno Indramayu/|url=https://www.radarcirebon.tv/2022/03/27/indramayu-miliki-beragam-naskah-kuno/|access-date=2022-3-27}}</ref><ref>{{Cite web|last=|title=penerjemah naskah kuno Indramayu|url=http://www.manassa.id/2018/04/ki-tarka-sutaraharja-penerjemah-naskah.html?m=1/|access-date=2018-4}}</ref> dan terdapat naskah jawa kuno jaman [[Kerajaan Majapahit]] yang ditemukan di Karangawor (kandanghaur) di Indramayu<ref>{{Cite web|last=|title=naskah jawa kuno Majapahit di Indramayu|url=https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-cirebon2015-trk05a.html#ad-image-0/|access-date=2015}}</ref>, dan itu sebagai bukti sebelum Indramayu dimodernisasi oleh Mataram Islam dalam masuknya bahasa krama atau bahasa tingkatan.
Berkembangnya sistem pertanian yang terjadi di Indramayu tidak hanya membawa perubahan budaya tetapi juga bahasa.<ref name="dasuki-1977/> Hal ini yang mempengaruhi bahasa Jawa Indramayu lambat laun kian berkembang. Indramayu yang berada di wilayah perbatasan Sunda dan Jawa menjadikan penduduknya dapat memahami dua bahasa dengan baik walaupun dalam percakapan sehari-hari antar keduanya masing-masing saling menggunakan bahasanya tersendiri, namun tetap komunikatif.<ref name="kasim-2020"/>
 
== Kosakata ==
Baris 56:
! Dialek Tegal
! Dialek Pekalongan
! Dialek Gresik & Surabaya
! Dialek Banyuwangi
! Bahasa Indonesia
|-
| kita, reang, isun, ingsun.
| inyong, nyong
| enyong, nyong
| enyong, aku
| reang, aku
| isun, ingsun
| aku, saya
|-
| sira, dika, iraslira, sampean
| rika, ko
| rika, kowen
| sampean, kowe, sliramu
| sampean, awakmu
| awakmu
| kamu, kau
|-
| dewek, awake dewek
| golongan kita
| dewek
| dewek
| awak dewe
| dewe
| dewek
| kami
|-
| sira kabeh, golongan irasekabehane
| rika kabeh
| kowen kabeh
| kowe kabeh
| awakmu kabeh
| awakmu kabeh
| kalian
|-
| kienkiyen, ikiikih
| kiye, ikih
| kiye, ikih
| kiye, ikiikih
| Kiye, ikih
| kiye, ikih
| ini
|-
| kuenkuwen, iku, kuh
| kuwe, iku, koh
| kuwe, iku, koh
| kuwi, iku, kae
| iku, meriku
| iku
| itu
|-
| kene, mene
| kene, ngeneh
| kene, mene
| kene, mrene
| kene, rene
| kene, rene
| sini
|-
| kana, mana
| kana, menganah (nganah)
| kana, mana, mono
| kana, mrana, mrono
| kana, mrana
| kana, mrana
| sana
|-
| kepribenkepripun, kepriwen, kepriyenkepriben
| kepriwe, keprimen
| keprimen, kepriben
| kepriye, kepiye
| kepiye, piye
| kepiye, piye
| bagaimana
|-
| ora, belih, bli
| ora, dudu, sejen
| ora, dudu, bleh
| ora, dudu, sejen
| tidakora, bukanndak
| ora
| tidak
|-
| dudu
| dudu
| dudu
| dudu
| dudu
| dudu
| bukan
|-
| maning
| maning
| maning
| maning
| maning
| maning
| melakukan lagi
|-
| sejen
| liya
| liya
| liya
| sejen, liyo
| liyo
| beda
|-
| bengen
| mbiyen
| mbiyen
| mbiyen
| mbiyen
| bengen, bengeng
| jaman dahulu, dahulu
|-
| parek
| cedak, cedhak
| cedak, chidak
| cedak
| cedak, perek
| parek, perek
| dekat
|-
| langka, laka
| ora nana
| ora nana
| langka, laka
| ndak ono, gak ono
| ndak ono
| tidak ada
|-
| manjing, mlebu
| manjing, mlebu
| manjing, mlebu
| manjing, mlebu
| mlebu
| mlebu
| masuk
|-
|}