Terowongan Neyama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Terowongan Neyama 1: penambahan info |
k →Terowongan Neyama 1: memperjelas |
||
Baris 28:
Setelah terowongan, [[Parit Raya]], [[Bendung Bendo]], dan [[Pintu Air Kendal]] selesai dibangun pada tahun 1961, luas dua rawa tersebut di musim hujan berkurang menjadi hanya 13.600 hektar, padahal sebelumnya dapat mencapai 28.000 hektar.<ref name="clap"/> Di musim kemarau, luas dua rawa tersebut juga berkurang dari 3.000 hektar menjadi 1.500 hektar. Hanya setahun setelah terowongan selesai dibangun, hasil pertanian di sana pun meningkat sebesar US$2 juta. [[Malaria]] juga hampir tidak pernah terjadi lagi, sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Pejabat pemerintah Indonesia pun terkesan dengan teknologi yang digunakan pada pembangunan terowongan, sehingga kemudian mengarah pada pengembangan sejumlah infrastruktur lain di sepanjang Sungai Brantas.<ref name="jica4">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 4)| publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = 44 - 48| language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_04.pdf}}</ref>
Setelah terowongan selesai dibangun, masyarakat juga menjadi berminat untuk makin memperkecil luas Rawa Bening dan Rawa Gesikan. Secara swadaya, masyarakat pun membuat saluran-saluran air untuk menghubungkan dua rawa tersebut ke terowongan, sehingga pada tahun 1976, telah tergali saluran drainase sepanjang 20 kilometer. Dengan selesainya pembangunan saluran drainase tersebut, luas dua rawa tersebut di musim hujan berkurang dari 13.600 hektar menjadi hanya 8.000 hektar, yang mana 4.120 hektar di antaranya hanya tergenang air selama 14 hari per tahun, sehingga oleh masyarakat juga dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.<ref name="clap"/>
=== Terowongan Neyama 2 ===
|