Latto-latto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Han4299 (bicara | kontrib)
Han4299 (bicara | kontrib)
Baris 352:
Latto-latto sendiri berasal dari [[Bahasa Makassar]] yaitu ''lattoʼ'' yang bermakna suara letuk atau retak (mis. pada suara jentikan jari, kelereng yang jatuh, atau memecahkan buah pinang)<ref name=":2">{{Cite book|last=Cense|first=A. A.|collaboration=Abdoerrahim|date=1979|title=Makassaars-Nederlands woordenboek / A. A. Cense in samenwerking met Abdoerrahim ; met Nederlands-Makassars register en voorwoord door, J. Noorduyn|location=’s-Gravenhage|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=9024723205|pages=383|url-status=live}}</ref>. Kata ''lattoʼ'' masih kognat dengan kata [[Bahasa Indonesia]] ''letuk''<ref>{{Cite web|title=letuk|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/letuk|website=KBBI Daring|access-date=2023-01-11}}</ref> yang merupakan dari turunan [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia]] ''*lətuk'', turunan [[Bahasa Proto-Austronesia|Proto-Austronesia]] ''*-tuk₂/*tuquk?<ref name="ACD">{{cite web|last1=Blust|first1=Robert|last2=Trussel|first2=Stephen|date=2010|title=*-''tuk''₂|url=https://acd.clld.org/formsets/Root-30116|website=Austronesian Comparative Dictionary|publisher=Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology|access-date=7 Januari 2023}}</ref><ref name=":3">{{cite book|last=Mills|first=Roger Frederick|year=1975|title=Proto South Sulawesi and Proto Austronesian Phonology|publisher=University of Michigan|page=734}}</ref>.'' Untuk daerah penutur Bahasa Bugis, lebih dikenal dengan istilah ''kettoʼ-kettoʼ <ref name=":811">{{Cite web|last=Rustam|first=Rasmilawanti|date=3 Januari 2023|title=Bahasa Makassar Latto-latto Viral Akibat Permainan Clakers Ball, Ini Artinya|url=https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6496442/bahasa-makassar-latto-latto-viral-akibat-permainan-clakers-ball-ini-artinya#:~:text=%22Kalau%20dalam%20bahasa%20dia%20reduplikasi,latto%2Dlatto%2C%22%20jelasnya.|website=www.detik.com|access-date=8 Januari 2023}}</ref>''. Sama dengan bahasa Makassar, kata ''kettoʼ-kettoʼ'' dalam bahasa Bugis merupakan bunyi onomatopeia. Secara etimologi, kata ''kettoʼ'' masih kognat dengan kata Bahasa Indonesia ''ketuk'' yang yang merupakan dari turunan [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia]] ''*kətuk'', yang juga merupakan turunan [[Bahasa Proto-Austronesia|Proto-Austronesia]] ''*-tuk₂/*tuquk?<ref name="ACD" /><ref name=":3" />''.
 
Dari segi pengucapan, kedua bahasa bahasa tersebut terdapat geminasi konsonan tt [t:] dan [[Konsonan letup celah-suara|hentian glotal]] [ʔ]. Kehadiran geminasi konsonan pada [[Rumpun bahasa Sulawesi Selatan|Rumpun Bahasa Sulawesi Selatan]] salah satu cirinya merupakan realisasi kehadiran bunyi ê pepet "/ə/" pada vokal sebelumnya misalnya dari kata [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Proto-Melayu-Polinesia]] ''*gənəp'' [gənəp] akan menjadi ''*gənnəp'' [gən:əp] dalam [[Rumpun bahasa Sulawesi Selatan|Proto-Sulawesi Selatan]]<ref name="mills">{{Cite book|last=Mills|first=Frederick Roger|date=1975|title=Proto South Sulawesi and proto Austronesian phonology|location=Ann Arbor, MI|publisher=University of Michigan|isbn=|page=52-53|pages=|url-status=live}}</ref>, begitu pula kata Proto-Melayu-Polinesia ''*lətuk'' dan ''*kətuk'' akan direalisasikan menjadi ''*ləttuk'' dan ''*kəttuk'' pada Proto-Sulawesi Selatan. Hampir semua bahasa pada Rumpun Sulawesi Selatan, bunyi *ə (e pepet) dalam Proto-Sulawesi Selatan direalisasikan menjadi /a/ (''*ləttok'' menjadi ''lattoʼ'' dalam Bahasa Makassar), kecuali Bugis yang masih mempertahankan bunyi e pepet tersebut (*kəttok menjadi ''kettoʼ'' [kəttoʔ] dalam Bahasa Bugis). Namun pada beberapa dialek bahasa Bugis, terdapat absensi kehadiran bunyi /ə/, misalnya pada dialek Sawitto, yang otomatis akan menyebut ''kettoʼ'' [kəttoʔ] menjadi ''kattoʼ'' [kattoʔ]. Pada kata yang diakhiri [[konsonan letup]] seperti *-p, *-t, *-k, akan direalisasikan sebagai bunyi [[Hentian glotal|kentian glotal]] pada bahasa Makassar dan Bugis, misalnya *''gənəp pada'' Proto-Melayu Polinesia akan direalisasikan menjadi ''gannaʼ'' (Makassar) ''genneʼ'' [gənnəʔ] . ''Kattoʼ-kattoʼ'' dalam bahasa Makassar merujuk objek yang berbeda dari bahasa Bugis, yaitu [[pentungan]].
 
Pada bahasa Makassar, terdapat pula kata ''kattoʼ'', namun secara semantik sedikit berbeda dengan ''kettoʼ'' dalam bahasa Bugis. Bunyi ''kattoʼ'' dalam bahasa Makassar intensitasnya masih lebih besar dan merdu seperti bunyi ketukan pada kayu atau bambu (terdapat bunyi sela udara yang menghasilkan gema). Maka dari itu ''Kattoʼ-kattoʼ'' dalam bahasa Makassar merujuk pada objek yang berbeda, yaitu [[pentungan]], bukan latto-latto.
 
Penamaan ''Lattoʼ-lattoʼ (Makassar) atau Katto'-Katto' (Bugis)'' masih didasarkan pada [[onomatope]] dengan merujuk pada suara atau bunyi yang dihasilkan pada mainan tersebut bunyi seperti tok-tok (berdetak-detak)<ref name=":811" />.Kata ''lattoʼ-lattoʼ'' awalnya hanya umum bagi penutur [[Bahasa Makassar]], dan untuk daerah lain mempunyai istilahnya masing-masing, seperti tek-tek, etek-etek, toki-toki dll.