Suku Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Galanjar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Galanjar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: menghilangkan bagian [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 130:
 
Dengan mengambil pendapat [[Idwar Saleh]] tentang inti suku Banjar, maka percampuran suku Banjar dengan orang Ngaju/serumpunnya (Kelompok Barito Barat) yang berada di sebelah barat Banjarmasin ([[Kalimantan Tengah]]) dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Kuala juga. Di sebelah utara [[Kalimantan Selatan]] terjadi percampuran suku Banjar dengan orang Maanyan/serumpunnya (Kelompok Barito Timur) seperti Dusun, Lawangan dan [[suku Pasir]] di [[Kalimantan Timur]] yang juga ber[[bahasa Lawangan]], dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Batang Banyu. Percampuran suku Banjar di [[tenggara]] [[Kalimantan]] yang banyak terdapat suku Bukit kita asumsikan sebagai Banjar Pahuluan.
 
== Suku Banjar Perantauan ==
[[Berkas:Floating Market Lok Baintan, Lok Baintan Port.JPG|jmpl|240px|Suasana pasar rakyat di [[Pasar Terapung Lok Baintan]]. Pada zaman dahulu saudagar Banjar melakukan perdagangan interinsuler maupun perdagangan inter-kontinental.]]
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Schepen_van_de_KPM_langs_de_kade_aan_de_Martapura-rivier_Bandjermasin_TMnr_60040614.jpg|jmpl|240px|Sejak tahun 1882 mulai dibukanya perluasan jalur pelayaran kapal KPM (Koninklijk Paketvaart Maatshappij) melintasi Singapura - Surabaya - Bawean - Banjarmasin - Pulau Laut - Samarinda.]]
[[Berkas:Banjarnese distribution map.png|300px|kiri|jmpl|Peta penyebaran suku bangsa Banjar di berbagai daerah.]]
 
=== Pulau Kalimantan ===
 
{{Pie chart
| thumb = right
| caption = Etnik/Bahasa di regional [[Kalimantan (wilayah Indonesia)]] Tahun 2010
| label1 = Banjar
| value1 = 26.24
| color1 = Green
| label2 = [[Suku Dayak|Dayak]]
| value2 = 21.78
| color2 = Purple
| label3 = [[Suku Jawa|Jawa]]
| value3 = 18.18
| color3 = Black
| label4 = [[Orang Melayu Indonesia|Melayu]]
| value4 = 11.51
| color4 = Yellow
| label5 = [[Suku Bugis|Bugis]]
| value5 = 7.22
| color5 = Brown
| label6 = [[Suku Madura|Madura]]
| value6 = 3.04
| color6 = Violet
| label7 = [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]
| value7 = 2.98
| color7 = Red
| label8 = [[Suku Kutai|Kutai]]
| value8 = 2.01
| color8 = Blue
| label9 = [[Suku Sunda|Sunda]]
| value9 = 1.15
| color9 = Grey
| label10 = [[Suku Batak|Batak]]
| value10 = 0.64
| color10 = Magenta
| label11 = Suku-suku lain
| value11 = 5.26
| color11 = Pink
}}
 
Suku Banjar populasi terbesar di regional [[Kalimantan (wilayah Indonesia)]] menurut Sensus BPS tahun 2010 merupakan 26,24% penduduk:
{| class="wikitable sortable"
|-
! Suku Bangsa
! [[Kalimantan Barat]] <ref>[[Kalimantan Barat#Suku Bangsa|Kalimantan Barat - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Tengah]] <ref>[[Kalimantan Tengah#Suku Bangsa|Kalimantan Tengah - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Selatan]] <ref>[[Kalimantan Timur#Suku Bangsa|Kalimantan Selatan - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kalimantan Timur]] dan [[Kalimantan Utara]] <ref>[[Kalimantan Timur#Suku Bangsa|Kalimantan Timur - Suku Bangsa]]</ref>
! Jumlah
! Keterangan
|-
| Suku Banjar
| style="text-align: right;" | 14.430{{br}} (0,33%)
| style="text-align: right;" | 464.260{{br}} (21,03%)
| style="text-align: right;" | 2.686.627{{br}} (74,34%)
| style="text-align: right;" | 440.453{{br}} (12,45%)
| style="text-align: right;" | 3.605.770{{br}} (26,24%)
| Suku Banjar juga terdapat di [[Sabah]], [[Sarawak]] dan [[Brunei]]
|}
 
==== Kalimantan Timur dan Utara ====
 
Sebelum masa Kesultanan Banjar berhubungan dengan VOC Belanda sekitar 1606, pada saat itu Kesultanan Banjar merupakan negara maritim di mana pedagang-pedagang Banjar sudah melakukan hubungan niaga dengan kawasan selatan Filipina ([[Karasikan]]/Banjar Kulan), Brunei, Cochin Cina/Campa, sehingga kawasan timur Kalimantan merupakan perlintasan jalur perdagangan orang-orang Banjar sejak berabad-abad yang lalu. Sejak itulah orang Banjar/Kesultanan Banjar melebarkan teritorialnya ke daerah rantau [[Kalimantan Timur]] atau disebut juga ''negeri-negeri di atas angin'' di dalam [[Hikayat Banjar]].
 
Selain orang Kutai dan Dayak, pemukim lain yang dikategorikan pendatang dan dominan di beberapa desa di Mahakam Tengah yaitu orang Banjar dan Bugis. Di beberapa desa seperti halnya di Muara Muntai dan Muara Kaman, beberapa keluarga orang Banjar bahkan telah bermukim semenjak ratusan tahun yang lalu. Mereka pun banyak yang sudah beranak pinak dan tidak mengetahui lagi kampung asal leluhur mereka di Kalimantan Selatan. Mereka sering disebut atau menyebutkan diri sebagai Banjar Kutai yang artinya orang Banjar yang telah menjadi Kutai, atau Kutai Banjar yang berarti perkampungan di Kutai yang berdialek Banjar.<ref name="Magenda48">{{cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|year=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PP1&dq=kalimantan&pg=PT19#v=onepage&q&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|publisher=Equinox Publishing|isbn=6028397210|pages=48|language=en}} ISBN 978-602-8397-21-6</ref><ref>https://123dok.com/document/y4ejk7rq-dinamika-kehidupan-di-tanah-banjar-pada.html</ref>
 
Di Kalimantan Timur, eksistensi Orang Banjar sudah terjalin semenjak masa pemerintahan Kesultanan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah (1595-1620). Dengan bala bantuan dari Kerajaan Demak, Kesultanan Banjar terus melebarkan pengaruhnya ke Paser, Kutai, dan Berau. Perjanjian yang ditanda tangani antara Pieter Pietarsz (utusan VOC) dengan [[Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura]], Raja Kutai Kartanegara dalam tahun 1635 memuat antara lain bahwa perdagangan bebas hanya dibolehkan antara Kerajaan Kutai dengan orang-orang Banjar dan Belanda saja.<ref name="Scheltema">{{cite book
| url= http://books.google.co.id/books?id=z_A_AAAAYAAJ&dq=pangoran%20Ady%20Patty%20Cinom%20Pansgy%20Amodappa%20Ingh%20Martapoera&pg=PA32#v=onepage&q=pangoran%20Ady%20Patty%20Cinom%20Pansgy%20Amodappa%20Ingh%20Martapoera&f=false
| language= nl
| first= Ludovicus Carolus Desiderius
| last= van Dijk
| title= Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China
| publisher= Scheltema
| year= 1862
}}</ref> Semenjak itulah pedagang-pedagang asal Banjar mulai mendominasi sebelum kedatangan migrasi orang Bugis pada tahun 1638-1654 dan jatuhnya Makasar ke tangan Belanda tahun 1667.
 
Kekalahan pangeran Antasari dan jatuhnya Kesultanan Banjar ke tangan Belanda dalam perang Banjar yang berlangsung dari tahun 1859-1863, menyebabkan para pengikut Pangeran Antasari dan bangsawan Kesultanan Banjar lain yang tidak mau tunduk dengan Belanda memilih pergi dan menetap di daerah lain termasuk Kesultanan Kutai, Paser dan Berau. Selain melaui pesisir pantai, mereka juga menembus jalan darat dan bermukim di sekitar danau-danau besar di bagian tengah Sungai Mahakam. Atas ijin Sultan Aji Muhammad Sulaiman, empat bangsawan dari Banjar yaitu [[Pangeran Perbatasari]], Pangeran Singa Menteri, Pangeran Nata dan Pangeran Surya Nata bersama pengikutnya diperkenankan menetap di Tenggarong. Selanjutnya Pangeran Nata lebih memilih bermukim di Muara Pahu yang saat itu diperintah oleh Raden Mara Jelau turunan dari Raden Baroh yang dahulunya merupakan kerajaan otonom kecil di Hulu Mahakam. Secara spontan orang-orang Banjar berdatangan untuk berdagang, mencari ikan dan mengumpulkan hasil hutan terutama rotan dan karet di daerah Mahakam. Pada saat Kesultanan Kutai di pimpin Aji Amidin gelar Pangeran Mangku Negoro, orang-orang Banjar dari Amuntai dan Nagara sengaja didatangkan dan disediakan tempat di Danau Jempang dan Melintang. Mereka membawa bibit ikan sepat dan biawan untuk ditaburkan di danau-danau tersebut. Hingga kini kedua jenis ikan tersebut merupakan komoditas penting hasil tangkapan nelayan di Mahakam Tengah.
 
Kepandaian orang Banjar dalam berdagang dan memperkenalkan kebudayaan Islam-Banjar sedikit banyak memberi pengaruh terhadap penyebaran Islam dan perkembangan bahasa Melayu dialek Banjar sebagai bahasa pergaulan dan perdagangan. Melalui kepandaian berdagang inipula penyebaran orang Banjar terus berkembang dan bahkan hingga membentuk perkampungan-perkampungan Banjar baru yang terus berlanjut hingga kini.
 
Mata pencaharian Orang Banjar di Kalimantan Timur sangat bervariatif. Mereka yang bermukim di desa-desa adalah bertani dan nelayan perairan darat (sungai dan danau). Sebagian lagi hidup sebagai pedagang, pegawai, dan pekerja di perusahaan. Pemanfaatan lahan rawa dan perairan sungai serta danau di Kaltim untuk pertanian sawah dan perikanan banyak dilakukan oleh pemukim Orang Banjar. Mereka ada yang telah menetap permanen selama beberapa generasi dan sebagiannya lagi sebagai pendatang musiman yang datang untuk mencari ikan, berdagang, tambang emas tradisional dan bekerja di sektor lain. Di dalam perdagangan, orang-orang Banjar melakukannnya secara berkelompok sesuai daerah asal. Mereka berdagang hingga daerah pedalaman dengan memperdagangkan berbagai kebutuhan pokok sembako, elektronik, hasil pertanian dan hasil hutan.
 
Pemukiman Orang Banjar di sekitar Mahakam Tengah banyak dijumpai di sekitar di Kecamatan Muara Muntai, Muara Kaman, dan beberapa desa di Kahala dan Muara Wis. Di daerah ini Orang Banjar telah bermukim lama dan terus bertambah dengan pendatang pemukim musiman dari Banjar lainnya. Di kecamatan lain mungkin juga terdapat orang Banjar, tetapi jumlahnya sedikit dan kebanyakan sebagai pendatang baru.
 
Di Muara Muntai dan Muara Kaman, pemukim Banjar yang telah lama telah bercampur baur dengan penduduk lokal orang Kutai. Sedangkan pendatang baru atau musiman sering kali mengelompok tersendiri dalam pemukiman yang terkonsentrasi. Di daerah ini dan di sekitar danau Jempang dan Melintang, Orang Banjar bukan saja memperkenalkan budidaya ikan model keramba dan jaring apung, tetapi juga memperkenalkan teknik penangkapan ikan modern lainnya yang destruktif seperti alat setrum, potasium, dan pukat harimau.<ref>http://bioma.or.id/wp-content/uploads/2015/11/Dok_02_Sosekbud_Bioma.pdf {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171118033445/http://bioma.or.id/wp-content/uploads/2015/11/Dok_02_Sosekbud_Bioma.pdf |date=2017-11-18 }} Tipologi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Di Mahakam Tengah</ref>
 
Suku Banjar membentuk 15 % dari populasi penduduk Kaltim dan terdapat seluruh [[kabupaten]] dan [[kota]] di Kaltim. Suku Banjar di Kaltim lebih banyak populasinya dibandingkan suku [[rumpun Dayak|Dayak]] maupun [[suku Kutai]]. Di [[Kota Samarinda]] dan [[Kota Balikpapan|Balikpapan]], suku Banjar merupakan kelompok etnik asal Kalimantan terbanyak di kedua wilayah kota tersebut.<ref>{{en}} {{cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|year=2010|url=http://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PP1&dq=kalimantan&pg=PT19#v=onepage&q&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|publisher=Equinox Publishing|isbn=6028397210|pages=18}}ISBN 978-602-8397-21-6</ref>
 
Menurut data statistik Kalimantan Timur 2002, Suku Banjar terdapat di Kota Samarinda (140.761 jiwa), Kota Balikpapan (63.010 jiwa), Kutai Kartanegara (57.506 jiwa), Paser (32.323 jiwa), Kutai Timur (11.380 jiwa), Berau (9.659 jiwa), Tarakan (8.766 jiwa), Kutai Barat (6.658 jiwa), Bontang (5.328 jiwa), Bulungan (3.315 jiwa), Nunukan (1.124 jiwa) dan Malinau (490 jiwa).<ref>http://www.adbi.org/files/2005.02.dp24.forestry.sector.indonesia.table.2.pdf</ref>
 
[[Migrasi]] suku Banjar (Batang Banyu) ke [[Kalimantan Timur]] terjadi tahun [[1565]], yaitu orang-orang [[Amuntai]] yang dipimpin [[Aria Manau]] alias [[Adji Tenggal]] (ayah [[Puteri Petung]]) dari [[Kerajaan Kuripan]] yang merupakan cikal bakal berdirinya [[Kerajaan Sadurangas]] di daerah [[Paser]], selanjutnya suku Banjar juga tersebar di daerah lainnya di [[Kalimantan Timur]]. Organisasi Suku Banjar di Kalimantan Timur adalah Kerukunan Bubuhan Banjar-Kalimantan Timur (KBB-KT).
 
==== Kalimantan Tengah ====
Kalimantan Tengah termasuk dalam wilayah Kesultanan Banjar. Daerah-daerah di sebelah barat dari muara sungai Barito hingga wilayah Kalimantan Tengah dan seterusnya sampai ke negeri Sambas di Kalimantan Barat disebut ''negeri-negeri di bawah angin'' dalam Hikayat Banjar. Sudah berabad-abad orang Banjar melakukan migrasi dan melebarkan teritorialnya ke daerah rantau Kalimantan Tengah, sehingga menjadikan suku Banjar sebagai kelompok etnik kedua terbanyak setelah suku Dayak ([[rumpun Dayak]]) di wilayah tersebut. Kalimantan Tengah juga menjadi hunian orang Banjar terbanyak kedua setelah Kalimantan Selatan.
 
Menurut sensus tahun 2000, Suku Banjar merupakan 24,20 % dari populasi penduduk dan sebagai suku terbanyak di Kalteng. Tahun 2000 (sebelum pemekran daerah), suku Banjar terdapat di Kabupaten Kapuas (40,5%), Palangkaraya (27,64%), Kotawaringin Timur (20,3%), Kotawaringin Barat (16,02%), Barito Selatan (10,5%) dan Barito Utara (2,56%).
 
Komposisi etnis di Kalteng berdasarkan sensus tahun 2000 terdiri suku Banjar (24,20%), [[Suku Jawa|Jawa]] (18,06%), [[Suku Ngaju|Ngaju]] (18,02%), [[Suku Dayak Sampit|Dayak Sampit]] (9,57%), [[Suku Bakumpai|Bakumpai]] (7,51%), [[Suku Madura|Madura]] (3,46%), [[Suku Katingan|Katingan]] (3,34%) dan [[Suku Maanyan|Maanyan]] (2,80%).<ref>{{cite web
| last =
| first =
| publisher =Institute of Southeast Asian Studies
| title =Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape
| date =
| year =2003
| url =http://books.google.co.id/books?id=nFckUneBbRIC&pg=PA24#v=onepage&q&f=false
|format=PDF| accessdate = }}</ref> Tetapi jika digabungkan suku Dayak (Ngaju, Sampit, Maanyan, Bakumpai) mencapai 37,90%.
 
Besarnya proporsi Suku Banjar dan Jawa di Kalimantan Tengah karena perantauan orang Banjar asal Kalimantan Selatan dan transmigrasi asal Jawa yang cukup besar ke Kalimantan Tengah. Orang Banjar secara langsung memanfaatkan berbagai peluang ekonomi yang masih terbuka luas di Kalimantan Tengah. Berbeda dengan orang Jawa yang pindah ke Kalimantan Tengah karena program transmigrasi, orang Banjar pindah atas kemauan sendiri. Daerah pedalaman Kalimantan Selatan (daerah Pahuluan) adalah daerah padat penduduk dan sejak lama merupakan sumber migrasi keluar orang Banjar tidak hanya ke berbagai tempat di Pulau Kalimantan, tetapi juga ke Sumatra dan Jawa.<ref>{{cite web
| last =
| first =
| publisher =Indonesian Institute of Sciences
| title =Mencari Indonesia :demografi-politik pasca Soeharto
| date =
| year =2007
| url =http://books.google.co.id/books?id=oLVTKSefAtIC&pg=PA179&dq=migrasi+orang+Banjar+Kalimantan+Tengah&hl=id&sa=X&ei=RDlJUr7cHMf_rQer4ID4BQ&ved=0CCwQ6AEwAA#v=onepage&q=migrasi%20orang%20Banjar%20Kalimantan%20Tengah&f=false
|format=PDF| accessdate = }}</ref>
 
Perkampungan suku Banjar Kalteng terutama terdapat daerah [[kuala]] dari [[sungai Mentaya]] di [[Kabupaten Kotawaringin Timur]] dan [[sungai Seruyan]] di [[Kabupaten Seruyan]], misalnya desa [[Tanjung Rangas, Seruyan Hilir, Seruyan|Tanjung Rangas]] dan [[Pematang Panjang, Seruyan Hilir, Seruyan|Pematang Panjang]].
 
[[Migrasi]] suku Banjar (Banjar Kuala) ke [[Kalimantan Tengah]] terutama terjadi pada masa pemerintahan [[Sultan Banjar]] IV yaitu Raja Maruhum atau [[Mustain Billah dari Banjar|Sultan Musta'inbillah]] ([[1650]]-[[1672]]), yang telah mengizinkan berdirinya [[Kerajaan Kotawaringin]] dengan rajanya yang pertama [[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]].
 
Suku Banjar yang datang dari lembah [[sungai Negara]] (wilayah Batang Banyu) terutama orang Negara (urang Nagara) yang datang dari Kota Negara (bekas ibu kota [[Kerajaan Negara Daha]]) telah cukup lama mendiami wilayah [[Kahayan Kuala, Pulang Pisau]], yang kemudian disusul orang Kelua (''Urang Kalua'') dari [[Tabalong]] dan orang [[Hulu Sungai]] lainnya mendiami daerah yang telah dirintis oleh orang Negara. Puak-puak suku Banjar ini akhirnya melakukan [[perkawinan]] campur dengan suku Dayak Ngaju setempat dan mengembangkan agama Islam di daerah tersebut.<ref>{{id}} {{cite book|author=Taufik Arbain|date=1 Jan 2009|year=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=GO9mDwAAQBAJ&pg=PA29&dq=strategi+migran+banjar&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiYrKqLscLeAhUPcCsKHYRJCf8Q6AEIKzAA#v=onepage&q=strategi%20migran%20banjar&f=false|title=Strategi migran Banjar|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=9789791283861}} ISBN 9791283869</ref><ref>{{ms}}{{cite book|year=2007|url=https://books.google.co.id/books?id=IREk_dRFuXIC&q=banjar+PERANTAU+BAWEAN+MINANG&dq=banjar+PERANTAU+BAWEAN+MINANG&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi1la2QrcLeAhVHU30KHSlzCIYQ6AEILTAB|title=Transformasi sosial: merenungkan dan memformulasikan kebijakan/dasar pembangunan di Borneo-Kalimantan : prosiding Konferensi Antaruniversiti se Borneo-Kalimantan ke-3, 15-17 Jun di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia : Borneo-Kalimantan 2007|location=Malaysia|publisher=Institut Pengajian Asia Timur, Universiti Malaysia Sarawak|isbn=9789839257762|page=246|contribution=A. Halim Ali, Universiti Malaysia Sarawak. Institut Pengajian Asia Timur}} ISBN 9839257765</ref>
 
Sedangkan [[migrasi]] suku Banjar ke wilayah [[Barito]], Kalimantan Tengah terutama pada masa perjuangan [[Pangeran Antasari]] melawan [[Belanda]] sekitar tahun [[1860]]-an. Suku-suku Dayak di wilayah [[Barito Utara|Barito]] mengangkat [[Pangeran Antasari]] (Gusti Inu Kartapati) sebagai raja dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin berkedudukan di [[Puruk Cahu]] ([[Murung Raya]]), setelah mangkat dia perjuangannya dilanjutkan oleh putranya yang bergelar [[Sultan Muhammad Seman]].
 
=== Pulau Jawa ===
==== Jawa Timur ====
Suku Banjar di [[Jawa Timur]] banyak bermukim di [[Kota Surabaya]], [[Kota Malang|Malang]], [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]] dan [[Tulungagung]].<ref>{{Cite web |url=http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/190/jiptummpp-gdl-s1-2007-efiaryanof-9478-PENDAHUL-N.pdf |title=''Komunikasi Antar Etnis Tionghoa - Banjar - Jawa (Studi Deskriptif pada Masyarakat Kampung Dalem Kota Tulungagung'' |access-date=2014-01-28 |archive-date=2011-03-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110323004144/http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/190/jiptummpp-gdl-s1-2007-efiaryanof-9478-PENDAHUL-N.pdf |dead-url=yes }}</ref> Di Tulungagung, masyarakat Banjar merupakan pendatang yang cukup mendominasi terutama dalam perdagangan emas. Etnis Banjar di Tulungagung merupakan komunitas etnis pendatang yang cukup besar jumlahnya dibanding etnis [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] dan [[Arab-Indonesia|Arab]].<ref>[http://digilib.uin-suka.ac.id/3580/1/BAB%20I,V.pdf ''Tradisi Keagamaan Masyarakat Etnis Banjar di Tulungagung'']</ref>
 
==== Jawa Tengah ====
[[Berkas:Masjid-Kampung-Banjar-Semarang.jpg|jmpl|200px|Masjid Kampung Banjar Semarang]]
[[Berkas:Kampung-Banjar-Semarang.jpg|jmpl|200px| Kampung Banjar, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara]]
Menurut Serat Maha Parwa, penduduk Jawa berasal dari Hindustan dan Siam yang sebelumnya singgah di Nusa Kencana (Kalimantan).<ref>{{id}} {{cite book
|title=Asal mula tanah Jawa
|author=Purwadi & Hari Jumanto
|publisher=Gelombang Pasang
|year=2005}}</ref> Di daratan kota [[Rembang]] telah ditemukan bangkai perahu kuno terbuat dari kayu ulin diduga berasal dari Kalimantan Selatan.<ref>{{id}} [http://arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=11&judul=PENELITIAN%20AWAL%20TEMUAN%20PERAHU%20KUNA%20DI%20DESA%20PUNJULHARJO,%20KABUPATEN%20REMBANG,%20JAWA%20TENGAH PENELITIAN AWAL TEMUAN PERAHU KUNA]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Berdasarkan [[Hikayat Banjar]] ([[1663]]) dapat diketahui bahwa [[Sultan Demak]] telah mengirimkan seribu pasukan untuk membantu [[Pangeran Samudera]] (raja Banjarmasih) untuk berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa [[Kerajaan Negara Daha]] terakhir. Kemenangan akhirnya diraih oleh Pangeran Samudera sebagai [[Sultan Banjarmasin]] ke-1, sedangkan Pangeran Tumenggung diizinkan menetap di [[daerah Alay]] dengan seribu penduduk. Selama peperangan tersebut tertangkap pula 40 orang [[Distrik Negara|Negara Daha]] baik laki-laki maupun perempuan, yang kemudian dibawa ke [[Demak, Demak|Demak]] dan [[Tedunan, Wedung, Demak|Tadunan]] sebagai ganti 20 orang prajurit Demak yang gugur. Kejadian berlangsung sekitar tahun 1520-1526<ref name="hikayat banjar">{{ms}}[[Johannes Jacobus Ras]], [[Hikayat Banjar]] diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]], Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].</ref><ref>''Maka Pangeran Samudera itu, sudah tetap kerajaannya di Banjarmasih itu, maka masuk Islam. Diislamkan oleh Penghulu Demak itu. Maka waktu itu ada orang negeri Arab datang, maka dinamainya Pangeran Samudera itu [[Sultan Suryanullah]]. Banyak tiada tersebut. Maka Penghulu Demak dengan Menteri Demak itu disuruh Sultan Suryanullah kembali. Maka orang Demak yang mati berperang ada dua puluh itu, disilih laki-laki dan perempuan yang dapat menangkap, tertangkap tatkala berperang itu, orang empat puluh. Maka Penghulu Demak dan Menteri Demak serta segala kaumnya sama dipersalin. Yang terlebih dipersalinnya itu penghulunya, karena itu yang mengislamkan. Serta persembah Sultan Suryanullah emas seribu tahil, intan dua puluh biji, lilin dua puluh pikul, pekat seribu galung, damar seribu kindai, tetudung seribu buah, tikar seribu kodi, kajang seribu bidang. Sudah itu maka orang Demak itu kembali. Itulah maka sampai sekarang ini di Demak dan Tadunan itu ada asalnya anak-beranak cucu-bercucu itu asal '''orang Nagara''' itu; tiada lagi tersebut.''([[Johannes Jacobus Ras|J.J. Ras]] Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography)</ref>
Dewasa ini Suku Banjar di [[Jawa Tengah]] hanya berkisar 10.000 jiwa. Suku Banjar terutama bermukim di [[Kota Semarang]] dan [[Kota Surakarta]].<ref>Kuntowijoyo, ''Pengantar Ilmu Sejarah'', PT Bentang Pustaka, Hlm. 140, ISBN 979-3062-59-2</ref>
 
Migrasi suku Banjar ke [[kota Semarang]] pada akhir abad ke-19 dan bermukim kampung Banjar (bagian dari eks kelurahan Banjarsari) di sebelah barat Kampung Melayu (eks kelurahan Mlayu Darat yang kini bernama Jalan Layur). Sosial kemasyarakatan di kawasan ini dilatarbelakangi oleh budaya [[Tionghoa-Indonesia|Cina]], [[Arab-Indonesia|Arab]], dan Banjar. Keunikan suku Banjar di kawasan ini, mereka mendirikan rumah panggung ([[rumah Banjar|rumah ba-anjung]]) yang sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat, tetapi sayang kebanyakan rumah tersebut sudah mulai tergusur karena kondisi yang sudah tua maupun faktor alam (air pasang, rob) yang nyaris menenggelamkan kawasan ini akibat banjir pasang air laut. Sayangnya, eks Kelurahan [[Banjarsari (Semarang)]] dan eks kelurahan Mlayu Darat telah dilikuidasi kemudian digabung ke dalam wilayah kelurahan [[Dadapsari, Semarang Utara, Semarang|Dadapsari]].<ref name="Kota Di Djawa Tempo Doeloe">{{Cite book|last=Olivier Johannes|first=Raap|date=29 Mei 2017|year=2017|url=https://books.google.co.id/books?id=BrQ8DwAAQBAJ&pg=PA130&dq=Banjar+di+Semarang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj78t3O5ILfAhVEKY8KHSVlDZYQ6AEIPTAE#v=onepage&q=Banjar%20di%20Semarang&f=false|title=Kota Di Djawa Tempo Doeloe|location=Indonesia|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=6024243618|page=130|oclc=}} ISBN 9786024243616</ref>.<ref name="Semarang tempo dulu: teori desain kawawan bersejarah">{{Cite book|last=|author=Wijanarka|first=|date=2007|year=2007|url=https://books.google.co.id/books?id=l-TVAAAAMAAJ&q=Banjar+di+Semarang&dq=Banjar+di+Semarang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj78t3O5ILfAhVEKY8KHSVlDZYQ6AEIQzAF|title=Semarang tempo dulu: teori desain kawawan bersejarah|location=Indonesia|publisher=Ombak|isbn=9789793472713|page=32|oclc=}} ISBN 9793472715</ref><ref>{{id}} [http://eprints.undip.ac.id/11889/ PENGARUH KEBUDAYAAN BANJAR TERHADAP BENTUK RUMAH PANGGUNG MASYARAKAT BANJAR DI KAMPUNG MELAYU SEMARANG]</ref>
 
Suku Banjar di [[Surakarta]] kebanyakan bermukim di Kelurahan [[Jayengan, Serengan, Surakarta|Jayengan]] khususnya di sekitar Masjid Darussalam di lingkungan Jayengan Kidul. Masyarakat Banjar di Surakarta memiliki yayasan bernama ''Darussalam'', yang diambil dari nama Pesantren terkenal yang ada di kota [[Martapura]], Kalimantan Selatan.<ref name="Perwujudan kesukubangsaan kelompok etnik pendatang">{{id}}{{cite book
|first=
|last=
|author= Tundjung W. Sutirto
|url=https://books.google.co.id/books?id=RYraAAAAMAAJ&q=Banjar+di+Surakarta&dq=Perwujudan+kesukubangsaan+kelompok+etnik+pendatang+banjar+madura&hl=id&source=gbs_word_cloud_r&cad=4
|title=Perwujudan kesukubangsaan kelompok etnik pendatang
|location=Indonesia
|publisher=Pustaka Cakra
|year= 2000
|page=
|isbn=
}}</ref><ref name="Prisma, Masalah 1-9">{{id}}{{cite book
|first=
|last=
|author= Hasan Basri
|url=https://books.google.co.id/books?id=jLzrAAAAMAAJ&q=Banjar+di+Surakarta&dq=Banjar+di+Surakarta&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ_Jjp4oLfAhWVbn0KHYe2DdwQ6AEIMTAC
|title=Prisma, Masalah 1-9
|location=Indonesia
|publisher=Lembaga Penelitian, Pendidikan & Penerangan Ekonomi dan Sosial
|contribution=Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (Indonesia)
|year=1988
|page=43
|isbn=
}}</ref>
 
Kebanyakan suku Banjar di Jawa Tengah merupakan generasi ke-5 dari keturunan [[Martapura]], [[Kabupaten Banjar]]. Tokoh suku Banjar di Jawa Tengah adalah (alm) Drs. Rivai Yusuf asal Martapura, yang pernah menjabat [[Bupati]] [[Pemalang]] dan Kepala Dinas Perlistrikan Jawa Tengah. Ia juga ketua ''Ikatan Keluarga Kalimantan'' ke-1, saat ini dijabat Bp. H Akwan dari [[Kalimantan Barat]]. Di samping itu ada pula ''Ikatan Keluarga Banjar'' di Semarang, yang diketuai H. Karim Bey Widaserana dari [[Barabai]].
<ref>{{id}} Tundjung W. Sutirto, Perwujudan kesukubangsaan kelompok etnik pendatang, Pustaka Cakra, 2000</ref>
 
=== Pulau Sulawesi ===
Di Makassar, etnis Banjar umumnya sebagai pedagang perhiasan, tukang jahit, tukang emas, pedagang batu permata dan pembuat kopiah.<ref>{{Cite web |url=http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital%2F135597-T%2027943-Konstruksi%20baru-Analisis.pdf |title=KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN KOTA MAKASSAR SEBAGAI TEMA PAMERAn |access-date=2012-12-08 |archive-date=2012-12-08 |archive-url=https://archive.is/20121208162858/http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135597-T%2027943-Konstruksi%20baru-Analisis.pdf |dead-url=no }}</ref> Diketahui, ada sebuah perkampungan suku Banjar di [[Kota Manado]] yaitu Kelurahan [[Banjer, Tikala, Manado|Banjer]], yang mengisyaratkan bahwa ada Suku Banjar yang bermukim di Sulawesi Utara. Selain itu, ada tokoh Banjar yang lahir di Manado seperti [[Muhammad Thoha Ma'ruf]].
 
Pada tahun 1884, salah seorang tokoh [[Perang Banjar]] bernama Pangeran Perbatasari (cucu [[Pangeran Antasari]] dibuang ke Kampung Jawa Tondano. Di sana, ia menikah dengan seorang wanita Jaton ([[Jawa Tondano]]). Beberapa tahun kemudian, saudaranya Gusti Amir juga menyusul ke sana dan menikah dengan wanita Jaton. Orang Jaton keturunan para pangeran asal Banjar ini menyandang fam Perbatasari dan Sataruno.<ref>{{cite news|author = |year = 2010|url = http://www.masjidrayavip.org/index.php?option=com_content&view=article&id=74:pejuang-islam-yg-terasing-di-tanah-minahasa&catid=56:artikel-umum&Itemid=88|title = Pejuang Islam yang Terasing di Tanah Minahasa|format = |work = |publisher = Masjid Raya Vila Inti Persada|date = |accessdate = 2011-07-27|archive-date = 2017-11-07|archive-url = https://web.archive.org/web/20171107152050/http://www.masjidrayavip.org/index.php?option=com_content&view=article&id=74:pejuang-islam-yg-terasing-di-tanah-minahasa&catid=56:artikel-umum&Itemid=88|dead-url = yes}}</ref>
 
=== Pulau Sumatra ===
Taburan Suku Banjar di Kawasan Regional Sumatra menurut Sensus 2010:
{| class="wikitable sortable"
|-
! Suku Bangsa
! [[Riau]] <ref>[[Riau#Suku Bangsa|Riau - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Sumatra Utara]] <ref>[[Sumatra Utara#Suku Bangsa|Sumatra Utara - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Jambi]] <ref>[[Jambi#Suku Bangsa|Jambi - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Kepulauan Riau]]<ref>[[Kepulauan Riau#Suku Bangsa|Kepulauan Riau - Suku Bangsa]]</ref>
|-
| Suku Banjar
| style="text-align: right;" | 227.239{{br}} (4,10%)
| style="text-align: right;" | 125.707{{br}} (0,97%)
| style="text-align: right;" | 102.237{{br}} (3,31%)
| style="text-align: right;" | 11.811{{br}} (0,70%)
|}
 
Suku Banjar sudah lama terdapat di Sumatra.<ref>{{Cite web |url=http://www.serdangbedagaikab.go.id/indonesia/index.php?mod=home&opt=content&jenis=2&id_content=2407&detail=Y |title=WAGUBSU HADIRI PERINGATAN MAULID MASYARAKAT BANJAR |access-date=2013-01-11 |archive-date=2014-02-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140202173243/http://www.serdangbedagaikab.go.id/indonesia/index.php?mod=home&opt=content&jenis=2&id_content=2407&detail=Y |dead-url=yes }}</ref><ref>[http://www.langkatkab.go.id/read.php?do=detail&id=1753 JELANG RAMADHAN MASYARAKAT BANJAR DI LANGKAT SILATURAHMI DENGAN BUPATI]</ref> Berdasarkan sensus tahun 1930, suku Banjar di Sumatra berjumlah 77.838 jiwa yang terdistribusi di Plantation belt (Pantai Timur Sumatra Utara) 31.108 jiwa, di Sumatra bagian Tengah 46.063 jiwa dan di Sumatra bagian Selatan 430 jiwa.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=qNEXtcCPFyUC&lpg=PA83&dq=haga%20borneo&pg=PA88#v=onepage&q=haga%20borneo&f=true {{en}} A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999, ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280]</ref> Belakangan, suku Banjar di Sumatra banyak yang berpindah ke Malaysia sebelum kemerdekaannya.
 
Suku Banjar di [[Sumatra Utara]] terdapat di Kabupaten [[Langkat]], [[Deli Serdang]], [[Serdang Bedagai]], [[Asahan]] dan [[Labuhan Batu]]. Taburan suku Banjar yang tinggal di [[Sumatra Utara]] mendiami 14 desa. Pantai Sisir Gunting merupakan daerah yang pertama kali dibuka untuk lahan persawahan orang Banjar yang datang ke [[Sumatra Timur]]. Nama Pantai Sisir Gunting sekarang dikenal sebagai desa Paluh Manan, Paluh Kurau, dan [[Pematang Serai, Tanjung Pura, Langkat|Pematang Serai]].<ref name="Tradisi Kawin Anom">{{id}} {{cite book|last=Nasution|first=Dr. Rosramadhana|year=2016|url=https://books.google.co.id/books?id=_I5MDAAAQBAJ&pg=PA90&dq=olohmasih&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiFt66kkrrUAhVCtY8KHWBdDY0QuwUINzAD#v=onepage&q=olohmasih&f=false|title=Ketertindasan Perempuan Dalam Tradisi Kawin Anom: Subaltern Perempuan pada Suku Banjar Dalam Perspektif Poskolonial|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9794619418|page=97}}ISBN 978-979-461-941-4</ref> Di dalam tahun 1903 [[Sultan Serdang]] membuka proyek persawahan dekat Perbaungan yang disebut "Bendang" dan untuk mengelola sawah ini didatangkanlah ribuan orang Banjar dari Kalimantan Selatan yang ahli bersawah lengkap dengan kepala kelompoknya (Haji Mas Demang).<ref name="Pengantar etnomusikologi">{{id}} {{cite book
| url=https://books.google.co.id/books?id=Q2szAAAAIAAJ&q=SULTAN+BANJAR-MALAY&dq=SULTAN+BANJAR-MALAY&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiH1cTM9Y_iAhVOaq0KHWnkAcE4ChDoAQhEMAY
| title=Pengantar etnomusikologi dan tarian Melayu
| last=Tengku
| first=Luckman Sinar
| publisher=Perwira
| year=1990
| page=84
}}ISBN</ref>.
* Kabupaten Deli Serdang:
** Kec. [[Hamparan Perak, Deli Serdang]]
*** [[Hamparan Perak, Hamparan Perak, Deli Serdang|Hamparan Perak]]
*** [[Kota Datar, Hamparan Perak, Deli Serdang|Kota Datar]]
*** [[Kota Rantang, Hamparan Perak, Deli Serdang|Kota Rantang]]
*** [[Tandam Hilir Dua, Hamparan Perak, Deli Serdang|Tandam Hilir Dua]]
*** [[Paluh Manan, Hamparan Perak, Deli Serdang|Paluh Manan]]
*** [[Paluh Kurau, Hamparan Perak, Deli Serdang|Paluh Kurau (Batang Serai)]]
** Kec. [[Labuhan Deli, Deli Serdang]]
*** [[Telaga Tujuh, Labuhan Deli, Deli Serdang|Telaga Tujuh]]
*** [[Pematang Serai, Labuhan Deli, Deli Serdang|Pematang Serai]]
*** [[Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang|Karang Gading]]<ref>https://www.semedan.com/2018/01/kampung-orang-banjar-di-karang-gading.html</ref>
** Kec. [[Percut Sei Tuan, Deli Serdang]]
*** [[Percut, Percut Sei Tuan, Deli Serdang|Percut]]
*** [[Pematang Lalang, Percut Sei Tuan, Deli Serdang|Pematang Lalang]]
** Kec. [[Pantai Labu, Deli Serdang]]
*** [[Pantai Labu, Pantai Labu, Deli Serdang|Pantai Labu]]
*** [[Kubah Sentang, Pantai Labu, Deli Serdang|Kubah Sentang]]
** Kec. [[Sunggal, Deli Serdang]]
*** [[SM Diski, Sunggal, Deli Serdang|Sumber Melati Diski]]
* Kabupaten Serdang Bedagai
*** [[Sei Nagalawan, Perbaungan, Serdang Bedagai|Sei Nagalawan]]
*** [[Ara Payung, Pantai Cermin, Serdang Bedagai|Ara Payung]]
*** [[Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai|Teluk Mengkudu]]
*** [[Sei Rampah, Serdang Bedagai|Sei Rampah]],
* Kabupaten Langkat, Kecamatan [[Secanggang, Langkat|Secanggang]]:<ref>{{Cite web |url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60045/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y |title=Salinan arsip |access-date=2019-05-12 |archive-date=2020-06-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200603195726/http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60045/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y |dead-url=yes }}</ref>
*** [[Sungai Ular, Secanggang, Langkat|Sungai Ular]]
*** [[Kepala Sungai, Secanggang, Langkat|Kepala Sungai]]
*** [[Tanjung Ibus, Secanggang, Langkat|Tanjung Ibus]]
*** [[Kebun Kelapa, Secanggang, Langkat|Kebon Kelapa]]
*** [[Selotong, Secanggang, Langkat|Selotong]]
*** [[Jaring Halus, Secanggang, Langkat|Jaring Halus]]
*** [[Secanggang, Secanggang, Langkat|Secanggang]]
*** [[Kwala Besar, Secanggang, Langkat|Kwala Besar]]
*** [[Karang Anyar, Secanggang, Langkat|Karang Anyar]]
*** [[Hinai Kiri, Secanggang, Langkat|Hinai Kiri]]
 
Migrasi suku Banjar ke [[Sumatra]] khususnya ke [[Tembilahan]], [[Indragiri Hilir]] sekitar tahun [[1885]] pada masa pemerintahan [[Sultan Isa]] (raja Indragiri sebelum raja yang terakhir). Tokoh etnis Banjar yang terkenal dari daerah ini adalah [[Abdurrahman Siddiq|Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari]] (Tuan Guru Sapat/Datu Sapat) yang berasal dari [[Martapura, Banjar|Martapura]] dan menjabat sebagai [[Mufti]] [[Kerajaan Indragiri]]. Selain di Tembilahan, Indragiri Hilir, suku banjar juga dapat ditemukan di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. terdapat 5 Desa yang Kepala Desanya keturunan Banjar, yaitu Desa Dedap di Kecamatan Tasik Putri puyu, Desa Bina Maju, Desa Melai dan Desa Mekar Baru Di Kecamatan Rangsang Barat dan Desa Sendaur di Kecamatan Rangsang Pesisir. Suku Banjar juga banyak menyebar di Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung, seperti di [[pulau Singkep]]<ref>{{Cite web |url=http://www.tanjungpinangpos.co.id/2011/06/14798/suku-banjar-pertahankan-adat-istiadat.html |title=Salinan arsip |access-date=2014-04-16 |archive-date=2014-04-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140416210707/http://www.tanjungpinangpos.co.id/2011/06/14798/suku-banjar-pertahankan-adat-istiadat.html |dead-url=yes }}</ref><ref>http://repository.unja.ac.id/2778/1/jurnal.pdf</ref>
 
=== Pulau Bali, Lombok dan Sumbawa ===
Taburan Suku Banjar di Kepuluan [[Sunda Kecil]] menurut Sensus 2010:
{| class="wikitable sortable"
|-
! Suku Bangsa
! [[Bali]] <ref>[[Bali#Suku Bangsa|Bali - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Nusa Tenggara Barat]] <ref>[[Nusa Tenggara Barat#Suku Bangsa|Nusa Tenggara Barat - Suku Bangsa]]</ref>
! [[Nusa Tenggara Timur]] <ref>[[Nusa Tenggara Timur#Suku Bangsa|Nusa Tenggara Timur - Suku Bangsa]]</ref>
|-
| Suku Banjar
| style="text-align: right;" | 349{{br}} (0,01%)
| style="text-align: right;" | 1.083{{br}} (0,02%)
| style="text-align: right;" | 200{{br}} (0,00%)
|}
 
Suku Banjar juga memiliki hubungan historis [[suku Sasak]] di [[Kerajaan Selaparang]], [[pulau Lombok]]. Menurut Babad Lombok dan Babad Seleparang, prajurit Kesultanan Banjar yang dipimpin dua orang Patih telah membantu Kerajaan Seleparang melawan musuhnya. Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin, pada masa pemerintahan Sultan Ri'ayatullah (1660-1663) sudah terjalin kekerabatan antara Kesultanan Banjar dan Kerajaan Seleparang dengan adanya pernikahan antara Raden Subangsa dengan dua orang puteri dari Raja Seleparang Adipati Topati. Raden Subangsa kemudian menetap di kampung [[Banjar, Taliwang, Sumbawa Barat | Banjar]] di [[Taliwang, Sumbawa Barat]] dan dikenal dengan sebutan [[Pangeran Taliwang]] oleh orang Seleparang dan orang Sumbawa.<ref name="hikayat banjar"/><ref>http://kesultananbanjar.com/id/hubungan-kesultanan-sumbawa-dengan-kesultanan-banjar/</ref> Raja-raja Sumbawa merupakan keturunan dari Raja Banjar.<ref>http://kesultananbanjar.com/id/kunjungan-sultan-banjar-ke-kesultanan-sumbawa/</ref> Sehingga Suku Banjar merupakan salah satu dari gabungan dari lima suku yang menjadi leluhur masyarakat suku Samawa (Sumbawa).<ref>{{Cite web |url=http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/52/name/nusa-tenggara-barat/detail/5204/sumbawa |title=Kabupaten SUMBAWA |access-date=2013-10-29 |archive-date=2013-10-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20131030181556/http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/52/name/nusa-tenggara-barat/detail/5204/sumbawa |dead-url=yes }}</ref> Di [[pulau Lombok]] masih ditemukan permukiman orang Banjar yaitu di Kampung [[Banjar, Ampenan, Mataram | Banjar]]. Mereka mendirikan Masjid Nurul Qomar.<ref>http://www.lombokpost.net/2017/03/23/didirikan-pendatang-banjar-101-tahun-silam/</ref> Dari Ampenan, orang Banjar menyeberang ke [[pulau Bali]] dan kebanyakan bermukim di [[Kampung Kusamba, Dawan, Klungkung|Kampung Islam Kusamba]], Kecamatan [[Dawan, Klungkung]], [[Bali]].<ref name="Muslim Bali 2014"> {{cite book
| first= Dhororudin
| last= Mashad
| authorlinks= Dhororudin Mashad
| p= 139
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Muslim_Bali/P3btDAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=orang+banjar+kampung+kusamba&pg=PA139&printsec=frontcover
| title = Muslim Bali
| location = Indonesia
| publisher = Tim Pustaka Al-Kautsar
| year = 2014
| language = id
| isbn =
}}</ref><ref>crcs.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/mONOGRAF-bALI-BULAN-SABIT-DI-PULAU-DEWATA-1.pdf</ref><ref>https://vienmuhadi.com/2013/11/14/nafas-islam-di-bali-2/</ref>
 
== Sistem kekerabatan ==