Ahmad Yani lahir di Jenar, [[Purworejo]], [[Keresidenan Kedu]] pada tanggal 19 Juni 1922 dari keluarga Wongsoredjo. Keluarga ini bekerja di sebuah pabrik [[gula]] yang milik seorang Belanda. Pada tahun 1927, Yani pindah dengan keluarganya ke [[Batavia|Batavia.]], di mana ayahnya bekerja untuk General Belanda. Di Batavia, Yani bekerja jalan melaluimengecap pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1940, Yani meninggalkan sekolah tinggimenengah untuk menjalani pendidikan perwira wajib militer disebagai tentara [[Hindia Belanda]] pemerintah kolonial. Sebagai calon perwira khusus, ia mengambil kecabangan/bidang topografi militer di [[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]], tetapi pendidikan ini tergangguterputus olehkarena kedatangan pasukaninvasi [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang]] pada tahun 1942. PadaDi saattahun yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah.
Pada tahun 1943, ia bergabung denganmenjadi tentara yang disponsori Jepanganggota [[Pembela Tanah Air|PETA (Pembela Tanah Air)]], yang dibentuk oleh penguasa Jepang waktu itu dan menjalani pelatihan lebih lanjut di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton PetaPETA dan dipindahkanmenerima kependidikan di [[Kota Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]] untuk menerima pelatihan. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke [[Kota Magelang|Magelang]] sebagai instruktur tentara.
Pada tanggal [[5 Desember]] [[1944]], ia melangsungkan pernikahannyamenikah dengan Bandiah Yayu Ruliah, yang dulu pernah menjadi guru mengetiknya. Dari perkawinan ini kelak mereka dianugerahi delapan orang anak.