Masjid Raya Piladang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
deskripsi foto |
||
Baris 41:
Pada 23 Desember tersebut sekitar jam 11.00 siang terlihat beberapa kendaraan serta Tank baja milik pasukan Belanda menggunakan senjata lengkap sampai di Simpang Batu Hampar. setelah itu, mereka langsung menembaki Rakyat dan ada juga yang selamat dari serangan tersebut bagi yang bisa meloloskan diri dengan cara bersembunyi. Lalu pasukan belanda kembali ke Posko mereka di Bukit Tinggi, namun tak lama kemudian sekitar jam 15.00 sore pasukan Belanda kemabali datang ke arah Payakumbuh dari Kota Bukitinggi. Melihat pasukan Belanda itu datang rakyat langsung pontang-panting lari untuk bersembunyi demi menyelamatkan diri. Pada malam harinya terlihat api yang sangat berkobar diarah Payakumbuh sekitar Jam 19.00. Lalu, setidaknya ada 13 orang pemuda Jorong Piladang berangkat menuju Payakumbuh untuk melakukan perang gerilya dengan membawa senjata seadanya yaitu bambu runcing.
[[Berkas:Masjid Raya Piladang 1960an - Luthfi Razzaq & Desmiarti.jpg|kiri|jmpl|Masjid Raya Piladang 1960an - Luthfi Razzaq & Desmiarti.jpg '''Foto ini diambil oleh almarhum bapak dari ibu Desmiarti yang berada di Lurah Sandiang, Piladang pada tahun 1960an.''']]
Keesokan harinya pada Jum'at, 24 Desember 1948 dalam keadaan yang sangat genting ditengah-tengah ancaman nyawa dari tentara Belanda sehingga Pasar Jum'at Nagari Piladang waktu itu terpaksa ditutup serta rumah-rumah warga harus di kosongkan dan ditinggalkan untuk menyelamatkan diri. Pada pelaksanaan Ibadah Shalat Jum'at walaupun Pasukan tentara belanda tetap berkeliaran menyerang warga dengan senjata Api dan Bom tapi tidak menyusutkan keimanan Masyarakat Jorong Piladang waktu itu mereka tetap melaksanakan Ibadah Shalat Jum'at di Masjid Raya Piladang. Walaupun diluar Masjid tentara Belanda masih saja melepaskan tembakannya kerumah-rumah warga.
|