Sentimen anti-Malaysia di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Illchy (bicara | kontrib)
Sumpah ini lebay banget. Tidak ensiklopedis. Dan isinya juga sepeti opini. Sejak kapan ada sentimen-sentimenan. Kalau pun ada paling cuma ketidaksukaan biasa antar negara yang bertetangga.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 17:
Sebenarnya [[Filipina]] dan [[Indonesia]] secara resmi menyetujui untuk menerima pembentukan [[Federasi Malaysia]] apabila mayoritas di daerah tersebut dilakukan melalui pemilihan dalam sebuah [[referendum]] pilihan rakyat yang akan diorganisasi oleh [[PBB]] sebagaimana keputusan [[Dewan Keamanan PBB]]. Akan tetapi, pada 16 September 1963, secara sepihak sebelum hasil dari pemilihan rakyat dilaporkan, pihak pendukung Federasi Malaysia yang terdiri dari kalangan elit menganggap bahwa masalah pilihan rakyat Malaya, Sarawak dan Sabah dan pilihan pembentukan federasi termasuk di dalamnya Sarawak dan Sabah ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur rakyat setempat atau orang luar. Pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai pelanggaran perjanjian internasional '''THE MACAPAGAL PLAN''' antara lain melalui perjanjian {{ke wikisource|Manila Accord}} tanggal [[31 Juli]] [[1963]], {{ke wikisource|Manila Declaration}} tanggal [[3 Agustus]] [[1963]], {{ke wikisource|Joint Statement}} tanggal [[5 Agustus]] [[1963]]<ref>[http://untreaty.un.org/unts/1_60000/16/16/00030780.pdf United Nations — Treaty No. 8029 PHILIPPINES, FEDERATION OF MALAYA and INDONESIA (31 JULY 1963)]</ref> mengenai {{ke wikisource|Resolusi Majelis Umum PBB 1514|dekolonialisasi}} yang harus mengikut sertakan rakyat mengikut sertakan rakyat Sarawak dan Sabah secara keseluruhan dalam proses {{ke wikisource|Resolusi Majelis Umum PBB 1514|dekolonialisasi}}, akan tetapi Inggris tetap ingin melakukan kolonialisasi terselubung terhadap wilayah Sarawak dan Sabah melalui rencana pembentukan Federasi Malaysia terbukti dengan adanya perjanjian antara Inggris dengan Federasi Malaya atau disebut pula sebagai Persekutuan Tanah Melayu dalam hal hak memakai basis militer di Sembawang,({{coord|01|28|0|N|103|50|0|E|}})<ref name="am001"/> dan kemudian ditambah lagi dengan adanya demonstrasi anti-Indonesia di [[Kuala Lumpur]], ketika para demonstran menyerbu gedung [[KBRI]] dengan merobek-robek foto Soekarno serta membawa [[lambang negara Indonesia|lambang Garuda Pancasila]] ke hadapan [[Tunku Abdul Rahman]] Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak lambang negara Garuda Pancasila, melihat hal ini makin menimbulkan kemarahan Soekarno dan rakyat Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia yang dianggap sebagai tidak mewakili kepentingan rakyat setempat.<ref>{{Cite journal| last = van der Kroef| first = Justus M. | authorlink = | coauthors = | title = Indonesia, Malaya, and the North Borneo Crisis| journal = Asian Survey| volume = 3| issue =4| pages = 173-181| publisher = University of California Press| location = | date = Apr., 1963| url = http://www.jstor.org/stable/3023585| issn = | doi = | id = | accessdate = }}</ref> berujung pada pembentukan [[Dwi Komando Rakyat]] disingkat sebagai '''Dwikora''' berisi: 1) Perhebat Pertahanan Revolusi Indonesia, dan 2) Bantu perjuangan revolusioner ''rakyat-rakyat'' [[Malaya]], [[Singapura]], [[Sabah]], [[Sarawak]], dan [[Brunei]] memerdekakan diri dan membubarkan Negara Malaysia.
 
Walaupun status wilayah Sarawak dan Sabah sampai sekarang masih tercatat pada daftar [[Dewan Keamanan PBB]] masih sebagai wilayah yang belum tuntas melakukan [[Wilayah Perwalian dan Non-Pemerintahan-Sendiri yang terdaftar pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa|dekokonialdekolonial]]
.<ref>[http://www.un.org/Depts/dpi/decolonization/trust2.htm#uk United Nations list of Non-Self-Governing Territories, '''North Borneo and Sarawak''']</ref> semenjak kejatuhan rezim Soekarno, presiden pengganti Indonesia, [[Soeharto]], segera menggantikan politik konfrontasi dengan politik pemberdayaan bagi rakyat Malaya yakni dengan mengirimkan tenaga-tenaga pelatihan bagi peningkatan sumber daya manusia di Malaya serta menjalin hubungan baik dengan Malaysia dan Singapura. Walaupun demikian, peristiwa pembentukan Federasi Malaysia tidak pernah hilang dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia, akan tetapi oleh karena konfrontasi itu lebih pada wilayah politik maka hubungan sosial budaya antara rakyat kedua negara pada saat konfrontasi hingga sekarang tetap berjalan dengan baik.