Jeruk kalamansi mulai berbuah biasanya pada usia enam bulan setelah ditanam.<ref name="Unib"/> Jeruk kalamansi dapat dijual kepada industri-industri tertentu secara langsung, atau dapat dijual langsung ke pasar, atau diolah sendiri dan dijual dalam bentuk produk jadi.<ref name="Republika"/>
Pemasaran jeruk kalamansi masih terbatas untuk konsumsi lokal.<ref name="Republika"/> Di Bengkulu sendiri, anggota Koperasi Kultura Kalamansi mampu menyerap jeruk 200 kilogram per hari untuk diproduksi dalam bentuk sirupsirop.<ref name="Unib"/> Hal ini berbeda ketika musim penghujan, mereka hanya mendapatkan jeruk dari ladang kurang lebih 100-120100–120 kilogram per hari, sehingga hanya bisa berproduksi dua hari dalam seminggu karena harus menunggu buah dari hasil panen memenuhi kuota produksi.<ref name="Unib"/> Dari 3 kilogram jeruk, akan diperas (manual maupun dengan mesin) dan menghasilkan 1 liter sirupsirop.<ref name="Unib"/> Setiap satu liter sirupsirop akan dicampur dengan 2 kilogram gula pasir sehingga dengan panambahanpenambahan air, maka akan dihasilkan 2 liter sirupsirop yang siap dikemas.<ref name="Unib"/> SirupSirop yang sudah dikemas dipasarkan melalui toko penjual oleh-oleh dan juga berkembang dari mulut ke mulut.<ref name="Unib"/>
Selain dijadikan sirupsirop, jeruk yang berbuah dengan cepat itu juga dimanfaatkan oleh pedagang [[miemi ayam]] pangsit, pedagang [[pecel lele]] dan pengusaha rumah makan di kota Bengkulu sebagai pembuat [[minuman]] jeruk.<ref name="Republika"/> Setelah terbukti berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, program pembagian bibit jeruk kalamansi diteruskan pada tahun 2016.<ref name="Republika"/> Sebuah koperasi di Bengkulu mampu membuat rata-rata 600 botol per hari.<ref name="Republika"/>