Bioetika: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan diksi |
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
||
Baris 84:
== Bioetika Islami ==
Bioetika dalam ranah Islam berbeda dengan bioetika Barat, tetapi mereka juga memiliki beberapa sudut pandang yang sama. Bioetika Barat berfokus pada hak, terutama hak individu. Bioetika Islam lebih fokus pada tugas dan kewajiban agama, seperti mencari pengobatan dan menjaga kehidupan.<ref>{{Cite journal|last=Chamsi-Pasha|first=Hassan|last2=Albar|first2=Mohammed Ali|date=2013-01|title=Western and Islamic bioethics: How close is the gap?|url=http://www.thieme-connect.de/DOI/DOI?10.4103/2231-0770.112788|journal=Avicenna Journal of Medicine|language=en|volume=03|issue=01|pages=8–14|doi=10.4103/2231-0770.112788|issn=2231-0770|pmc=PMC3752859|pmid=23984261}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Bioetika Islam sangat dipengaruhi dan dihubungkan dengan ajaran Al-Qur'an serta ajaran Nabi Muhammad. Pengaruh-pengaruh ini pada dasarnya menjadikannya sebagai perpanjangan dari Syariah atau Hukum Islam. Dalam bioetika Islam, bagian-bagian dari Al-Qur'an sering digunakan untuk memvalidasi berbagai praktik medis. Sebagai contoh, sebuah ayat dari Al-Qur'an menyatakan "barang siapa membunuh seorang manusia ... seolah-olah dia telah membunuh seluruh umat manusia, dan barang siapa menyelamatkan nyawa satu orang, seolah-olah dia menyelamatkan kehidupan seluruh umat manusia. " Kutipan ini dapat digunakan untuk mendorong penggunaan obat-obatan dan praktik medis untuk menyelamatkan nyawa, tetapi juga dapat dilihat sebagai protes terhadap euthanasia dan bunuh diri yang dibantu. Nilai dan nilai tinggi ditempatkan pada kehidupan manusia dalam Islam, dan pada gilirannya, kehidupan manusia sangat dihargai dalam praktik bioetika Islam juga. Muslim percaya bahwa semua kehidupan manusia, bahkan yang berkualitas buruk sekalipun, perlu diberi penghargaan dan harus dirawat dan dilestarikan.<ref>{{Cite journal|last=Shomali|first=Mohamamd Ali|date=2008-10-19|title=Islamic bioethics: a general scheme|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3713653/|journal=Journal of Medical Ethics and History of Medicine|volume=1|pages=1|issn=2008-0387|pmc=3713653|pmid=23908711}}</ref>
Untuk bereaksi terhadap kemajuan teknologi dan medis baru, para ahli hukum Islam yang terinformasi secara teratur akan mengadakan konferensi untuk membahas masalah bioetika baru dan mencapai kesepakatan tentang di mana mereka berdiri dalam masalah ini dari perspektif Islam. Hal ini memungkinkan bioetika Islam untuk tetap lentur dan responsif terhadap kemajuan baru dalam kedokteran.<ref>{{Cite journal|last=Daar|first=Abdallah S.|last2=Khitamy|first2=A.|date=2001-01-09|title=Bioethics for clinicians: 21. Islamic bioethics|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC80636/|journal=CMAJ: Canadian Medical Association Journal|volume=164|issue=1|pages=60–63|issn=0820-3946|pmid=11202669}}</ref> Sudut pandang yang diambil oleh para ahli hukum Islam tentang masalah bioetika tidak selalu merupakan keputusan yang bulat dan kadang-kadang mungkin berbeda. Ada banyak keragaman di antara umat Islam yang berbeda dari satu negara ke negara lain, dan tingkat yang berbeda di mana mereka mematuhi Syariah.<ref>{{Cite journal|last=Bagheri|first=Alireza|date=2014|title=Priority Setting in Islamic Bioethics: Top 10 Bioethical Challenges in Islamic Countries|url=https://muse.jhu.edu/article/563329|journal=Asian Bioethics Review|volume=6|issue=4|pages=391–401|doi=10.1353/asb.2014.0031|issn=1793-9453}}</ref> Perbedaan dan ketidaksepakatan dalam hal yurisprudensi, teologi, dan etika antara dua cabang utama Islam, Sunni, dan Syiah, menyebabkan perbedaan metode dan cara di mana bioetika Islam dipraktikkan di seluruh dunia Islam.<ref>{{Cite journal|last=Aramesh|first=Kiarash|date=2009|title=Iran's Experience on Religious Bioethics: an Overview|url=https://muse.jhu.edu/article/416359|journal=Asian Bioethics Review|volume=1|issue=4|pages=318–328|issn=1793-9453}}</ref> Area di mana tidak ada konsensus adalah kematian otak. Organisasi Konferensi Islam Islamic Fiqh Academy (OIC-IFA) berpandangan bahwa kematian otak setara dengan kematian kardiopulmoner, dan mengakui kematian otak pada individu sebagai individu yang meninggal. Sebaliknya, Organisasi Ilmu Kedokteran Islam (IOMS) menyatakan bahwa kematian otak adalah "keadaan perantara antara hidup dan mati" dan tidak mengakui individu yang mati otak sebagai orang yang meninggal.<ref>{{Cite journal|last=Padela|first=Aasim I.|last2=Arozullah|first2=Ahsan|last3=Moosa|first3=Ebrahim|date=2013|title=Brain Death in Islamic Ethico-Legal Deliberation: Challenges for Applied Islamic Bioethics|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1467-8519.2011.01935.x|journal=Bioethics|language=en|volume=27|issue=3|pages=132–139|doi=10.1111/j.1467-8519.2011.01935.x|issn=1467-8519}}</ref>
|