Berdirinya pedukuhan Darma Ayu memang tidak jelas tanggal dan tahunnya namun berdasarkan fakta sejarah Tim Peneliti menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada jum’at kliwon, 1 sura 1449 atau 1 Muharam 934 H yang bertepatan dengan tanggal [[7 Oktober]] [[1527]].<ref name="suara"/><ref name="jurnalP"/>
=== Babad Dermayu ===
Menurut Babad Dermayu penghuni partamapertama daerah [[Indramayu]] adalah Raden Aria Wiralodra yang berasal dari Bagelen di [[Jawa Tengah]] , putra Tumenggung Gagak Singalodra yang dikenal gemar melatih diri olah kanuragan, tirakat , dan bertapa. ▼
{{pindah-iw|wikisource}}
▲Menurut Babad Dermayu penghuni partama daerah [[Indramayu]] adalah Raden Aria Wiralodra yang berasal dari Bagelen [[Jawa Tengah]] putra Tumenggung Gagak Singalodra yang gemar melatih diri olah kanuragan, tirakat dan bertapa.
Suatu saat Raden Wiralodra sedang tapa brata dan semedi di perbukitan melayaMelaya di kaki [[gunung sumbingSumbing]], setelah melampaumelewati masa tiga tahun ia mendapat wangsit; <blockquote> "Hai “Hai wiralodraWiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari carilah lembah [[Sungaisungai Cimanuk]]. Manakala telah tiba disana berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana, kelak tempat itu akan menjadi subur makmur serta tujuh turunanmu akan memerintan disana”disana."
</blockquote>
Dengan didampingi Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana, berangkatlah mereka ke arah barat untuk mencari [[Sungaisungai Cimanuk]]. Suatu senja sampailah mereka di sebuah sungai (kemungkinan [[sungai Citarum]]), Wiralodra mengira sungai itu adalah Cimanuk maka bermalamlah disitu dan ketika pagi hari bangun mereka melihat ada orang tua yang menegur dan menanyakan tujuan mereka. Wiralodra menjelaskan apa maksud dan tujuan perjalanan mereka, tetapi orang tua itu berkata bahwa sungai tersebut bukan cimanukCimanuk karna cimanukCimanuk telah terlewat dan mereka harus balik lagi ke arah timur laut. Setelah barkataberkata demikian orang tarsebuttersebut lenyap dan orang tua itu menurut riwayat adalah Ki Buyut Sidum, Kidang Penanjung dari Pajajaran. Ki Sidum adalah seorang panakawan tumenggung [[Sri Baduga Maharaja|Sri Baduga]] yang hidup antara tahun [[1474]] – [[1513]].
Kemudian Raden Wiralodra dan Ki Tinggil melanjutkan perjalanan menuju timur laut dan setelah berhari-hari berjalan mereka melihat sungai besar, Wiralodra berharap sungai tersebut adalah [[Ci Manuk|Cimanuk]] , tiba-tiba dia melihat kebun yang indah namun pemilik kebun tersebut sangat congkak hingga Wiralodra tak kuasa mengendalikan emosinya ketika ia hendak membanting pemilik kebun itu, orang itu lenyap hanya ada suara “Hai"Hai cucuku Wiralodra ketahuilah bahwa hamba adalah Ki Sidum dan sungai ini adalah [[Sungai Cipunegara]], sekarang teruskanlah perjalanan kearah timur, manakala menjumpai seekor Kijang bermata berlian ikutilah dimana Kijang itu lenyap maka itulah [[sungai Cimanuk]] yang tuan cari.”". Ki Sidum adalah seorang ulama besar dari Ligung, Majalengka yang pulang berkelana dari [[Banten]] untuk pulang ke Ligung Majalengka kemudian bertemu dengan Raden Arya Wiralodra. dan Makom dan petilasannya ada di Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka.
Saat mereka melanjutkan perjalanan bertemulah dengan seorang wanita bernama Dewi Larawana yang memaksa untuk di persuntingdipersunting Wiralodra namun Wiralodra menolaknya hingga membuat gadis itu marah dan menyerangnya. Wiralodra mengelurkanmengeluarkan Cakranya kearah Larawana, gadis itupun lenyap barsamaanbersamaan dengan munculnya seekor Kijang. Wiralodra segera mengejar Kijang itu yang lari kearah timur, ketika Kijang itu lenyap tampaklah sebuah sungai besar. Karena kelelahan WiralidraWiralodra tertidur dan bermimpi bertemu Ki Sidum , dalam mimpinya itu Ki Sidum berkata bahwa inilah hutan Cimanuk yang kelak akan menjadi tempat bermukim.
Setelah ada kepastian lewat mimpinya Wiralodra dan Ki Tinggil membuat gubug dan membuka ladang, mereka menetap di sebelah barat ujung [[sungai Cimanuk]]. Pedukuhan Cimanuk makin hari makin banyak penghuninya. diantaranyaDiantaranya seorang wanita cantik paripurna bernama Nyi Endang Darma. Karena kemahiran Nyi Endang dalam ilmu kanuragan telah mengundang Pangeran Guru dari [[Palembang]] yang datang ke lembah Cimanuk bersama 24 muridnya untuk menantang Nyi Endang Darma namun semua tewas dan dikuburkan di suatu tempat yang sekarang terkenal dengan “MakamMakam Selawe”Selawe.
Untuk menyaksikan langsung kehebatan Nyi Endang Darma, Raden Wiralodra mengajak adu kesaktian dengan Nyi Endang Darma namun Nyi Endang Darma kewalahan menghadapi serangan Wiralodra maka dia meloncat terjun ke dalam [[Sungaisungai Cimanuk]] dan mengakui kekalahannya. Wiralodra mengajak pulang Nyi Endang Darma untuk bersama-sama melanjutkan pembangunan pedukuhan namun Nyi Endang Darma tidak mau dan hanya berpesan, “Jika"Jika kelak tuan hendak memberi nama pedukuhan ini maka namakanlah dengan nama hamba, kiranya permohonan hamba ini tidak berlebihan karena hamba ikut andil dalam usaha membangun daerah ini”ini".
Untuk mengenang jasa orang yang telah ikut membangun pedukuhannya maka pedukuhan itu dinamakan “Darma"Darma Ayu”Ayu" yang di kemudian hari menjadi “Indramayu”"Indramayu".<ref name="suara">{{cite web|url=https://asumsirakyat.id/endang-darma-ayu-dan-ki-tinggil-pendiri-indramayu|date=Sabtu, 26 Maret 2022|title=Endang Darma Ayu Dan Ki Tinggil Pendiri Indramayu|language=id|access-date=2 Januari 2023|website=asumsirakyat.id}}</ref>
=== Sumber lain ===
|