Wayang golek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Baris 51:
Selanjutnya ketika kekuasaan [[Kesultanan Cirebon]] diteruskan oleh [[Pangeran Girilaya]] (1650-1662), [[wayang cepak]] semakin populer dimana kisah babad dan sejarah tanah Jawa menjadi inti cerita, yang tentunya masih sarat dengan muatan agama Islam.
 
'''Jenis-jenis Wayang Golek'''
Lalu wayang golek dengan cerita dari epos Hindustan seperti Ramayana dan Mahabarata seperti yang sekarang mulai hadir kisah-kisah [[Ramayana]] dan [[Mahabharata]] tersebut kemungkinan besar pertama kali lahir dan berkembang dalam pertunjukan [[wayang kulit]]. Semula kisah tersebut menggunakan [[bahasa Jawa]]. Namun, setelah banyak dalang-dalang dari kalangan orang [[Sunda]], maka [[bahasa Sunda]] pun mulai menggantikan penggunaan [[bahasa Jawa]].
 
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon.
 
Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik.
 
Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern.
 
'''Kerumitan Pembuatan Wayang Golek'''
 
Wayang golek lebih rumit pembuatannya dibanding wayang kulit. Selain karena bentuknya yang 3 dimensi memerlukan tingkat presisi pengukiran yang lebih mumpuni dan lama.
 
Selain juga harus mampu membuat perangkat pakaian tokoh wayang dengan manik-manik dan mahkota tokoh wayang dengan beragam warna-warni yang harmonis.
 
Hanya pengrajin dengan kehalusan jiwa dan tingkat seni yang tinggilah yang bisa memadukan karakter tokoh dengan desain baju yang tepat seperti itu.
 
Wayang golek terbuat dari kayu Albasia atau kayu Lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko.
 
Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.
 
Perkembangan selanjutnya adalah wayang golek purwa yang tidak bisa dilepaskan dari peran [[Wiranata Koesoemah III]] (Bupati Bandung ke-6). Beliau sangat menggemari wayang, tetapi ia menginginkan suatu pertunjukan yang lebih menarik dan memiliki nilai-nilai keSunda-an. Akhirnya ia meminta salah seorang pengrajin [[wayang kulit]] bernama Ki Darman (pegiat wayang kulit asal [[Tegal]]) di daerah [[Cibiru]], [[Ujungberung]], [[Bandung]] untuk membuat bentuk wayang golek yang lebih menarik dengan bentuk kepala / rupa yang benar-benar menyerupai manusia. Maka lahirlah bentuk '''Wayang Golek Sunda''' seperti yang kita lihat sekarang.
Baris 57 ⟶ 75:
Wayang golek semakin populer, tidak lagi sebatas konsumsi kaum menak, tapi masyarakat biasa pun mulai menggemari wayang golek ini. Wayang golek pun semakin menyebar ke segala penjuru [[Jawa Barat]] setelah dibukanya [[Jalan Raya Pos|De Grote Postweg]] (Jalan Raya Daendels) yang menghubungkan daerah-daerah di [[Jawa Barat]].
 
Dari paparan diatas maka di tanah [[Parahyangan]] bermula muncul wayang-wayang klasik seperti wayang golek papak, wayang golek purwa dan wayang golek Pakuan. Wayang Golek Papak masih dipertontonkan di daerah [[Cirebon]], dengan kisah babad yang menggunakan [[bahasa Cirebon]].

Wayang Golek Purwa, memainkan kisah [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]] yang diadopsi dari pementasan [[wayang kulit]] namun menggunakan campuran [[bahasa Jawa]] dan [[bahasa Sunda]]. Wayang golek pakuan, kisah yang ditampilkan adalah kisah-kisah legenda Priangan seperti [[Sangkuriang]], [[Mundinglaya Dikusumah]], [[Lutung Kasarung]] dan lain-lain.{{cite web|url=http://westjavakingdom.blogspot.com/2014/04/sejarah-wayang-golek.html|title=Sejarah Wayang Golek |publisher=West Java Kingdom|accessdate=31 Desember 2018}}</ref>
 
'''Nilai Budaya'''
 
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan '''"Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat".'''
 
Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut :
 
'''Satu:''' Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya.
 
'''Dua:''' Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi contoh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku.
 
'''Tiga:''' Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat.
 
'''Empat:''' Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah.
 
'''Lima:''' Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat.
 
'''Enam:''' Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa.
 
'''Tujuh:''' Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.
 
== Perkembangan ==
Kesenian wayang golek ber[[bahasa Sunda]] diperkirakan mulai berkembang di [[Jawa Barat]] padasejak masakejayaan ekspansiKesultanan KesultanCirebon, terutama kisah [[wayang purwa]] ([[Ramayana]] dan [[Mahabharata]]), meskipun terdapat beberapa perbedaan, misalnya dalam penamaan tokoh-tokoh [[Punakawan]] yang dikenal dalam versi Sundanya. Adapun kesenian wayang kayu ber[[bahasa Jawa]] saat ini dapat dijumpai bentuk kontemporernya sebagai [[Wayang Menak]] di wilayah [[Kudus]] dan [[Wayang Cepak Cirebon|Wayang Cepak]] di wilayah [[Cirebon]], meski popularitasnya tidak sebesar wayang golek di wilayah [[Parahyangan]].
 
Kini selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan wayang golek juga kerap dijadikan sebagai cindera mata oleh para wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim dijadikan cindera mata benda kerajinan adalah tokoh pasangan [[Rama]] dan [[Shinta]], tokoh wayang terkenal seperti [[Arjuna]], [[Srikandi]], dan [[Krishna]], serta tokoh [[Punakawan]] seperti [[Semar]] dan [[Bagong]] (atau Cepot/Bawor). Kerajinan wayang golek ini dijadikan sebagai dekorasi, hiasan atau benda pajangan interior ruangan. Adapun pada zaman modern ini Wayang golek purna kreasi sudah mulai di kembangkan oleh para pengrajin wayang muda,yang tetap tidak menghilangkan pakem dari Wayang golek purwa.{{cite web|url=https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/09/sejarah-perkembangan-wayang-golek/|title=Sejarah Perkembangan Wayang Golek|publisher=Wayang Techno CDS|accessdate=31 Desember 2018}}<nowiki></ref></nowiki>