Emha Ainun Nadjib: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 2 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
|||
Baris 184:
== Maiyah ==
Jika pada masa Orde Baru, aktivitas Cak Nun selalu ramai dalam hiruk pikuk media massa dan publik nasional, maka setelah Reformasi ia memilih ‘jalan sunyi’. Cak Nun mundur dari panggung nasional. Cak Nun menjaga jarak dengan media ''mainstream'', karena ia menyadari sepenuhnya potensi destruktif yang kerap dibawa media daripada potensi konstruktifnya.<ref name=":31">{{Cite web|url=https://www.watyutink.com/topik/pikiran-bebas/Alternatif-Gerakan-Indonesia-Baru-Bagian-2|title=Alternatif Gerakan Indonesia Baru (Bagian-2)|last=Supraja, SH., M.Si.|first=Dr. Muhammad|date=24 November 2018|website=Watyutink.com|access-date=15 Desember 2019|archive-date=2019-12-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20191221022301/https://www.watyutink.com/topik/pikiran-bebas/Alternatif-Gerakan-Indonesia-Baru-Bagian-2|dead-url=yes}}</ref> Waktu kegiatannya sebagian besar bersama masyarakat langsung di berbagai pelosok daerah di nusantara, lebih banyak dibanding sebelumnya.<ref>{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2018/pusparagam-dimensi-pemikiran-cak-nun/|title=Semesta Emha Ainun Nadjib|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=100|url-status=live}}</ref> Dalam aktivitasnya itu, Cak Nun bersama KiaiKanjeng melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metode perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.
Aktivitas Cak Nun yang intens bersama masyarakat itu kemudian berkembang sebagai sebuah konsep kebersamaan yang diikuti beragam lapisan masyarakat. Konsep ini kemudian tahun 2001 disebut '''Maiyah'''. Secara etimologis, Maiyah berasal dari kata ''ma’a'', bahasa Arab yang artinya bersama. Dan arti Maiyah sendiri adalah '''kebersamaan'''.<ref name=":35">{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2018/pusparagam-dimensi-pemikiran-cak-nun/|title=Semesta Emha Ainun Nadjib|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=105|url-status=live}}</ref> Kebersamaan dibangun dengan berpijak pada kebersamaan '''Segitiga Cinta'''. Yaitu segitiga antara '''Allah, Rasulullah, dan makhluk'''.<ref>{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2016/menyelami-maiyah-cinta-segitiga/|title=Menyelami Maiyah Cinta Segitiga|last=Jufri|first=Ahmad Jamaluddin|date=23 Desember 2016|website=CakNun.com|access-date=15 Desember 2019}}</ref> Inspirasi konsep kebersamaan ini diambil dari [[Al-Qur'an|Al-Qur`an]] yang dikaji oleh Marja’ (rujukan keilmuan) Maiyah: Ahmad Fuad Effendy. Bahwa kata ''ma’a'' dalam Al-Qur`an disebutkan sebanyak 161 kali yang berada dalam relasi atau kebersamaan antara Allah, Rasulullah, dan semua makhluk-Nya.<ref>{{Cite book|url=https://cdn.caknun.com/media/2016/12/book-maiyah-di-dalam-al-quran.pdf|title=Ma’iyah di dalam Al-Qur`an: Sebuah Kajian Tematik|last=Effendy|first=Ahmad Fuad|publisher=|year=2009|isbn=|location=Jombang|pages=|url-status=live}}</ref>
Baris 190:
Ada yang melihat Maiyah yang diinisiasi Cak Nun ini sebagai sebuah fenomena gerakan sosial budaya baru yang cukup memberikan harapan kebangkitan Indonesia. Maiyah dianggap sebagai oase di tengah berbagai dahaga sosial, kebudayaan, agama, dan krisi keadilan yang terjadi di Indonesia. Karena kesemua permasalahan itu diakomodasi dan diolah bersama menjadi energi kreatif yang menyiratkan prospek masa depan Indonesia yang lebih baik.<ref name=":31" />
Maiyah bisa dikatakan seperti sekolah gratis terbuka atau universitas jalanan untuk berbagai lapisan masyarakat, atau juga mirip pesantren virtual. Maiyah seperti menjadi laboratorium sosial yang melatih logika berpikir dan seni manajemen kehidupan. Pun formatnya lain dari berbagai bentuk institusi pembelajaran yang pernah ada.<ref name=":32">{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2019/mewedar-jalan-kesehatan-emha/|title=Cinta, Kesehatan, dan Munajat Emha Ainun Nadjib|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=171|url-status=live}}</ref> Maiyah sangat terbuka bagi siapapun. Semuanya boleh datang ke Majelis Masyarakat Maiyah. Mereka yang merasa bertuhan, yang ateis, yang apolitis, juga yang politis, yang berpendidikan tinggi maupun tidak sekolah, semuanya boleh. Tanpa ada sekat yang dibangun untuk tujuan pemisahan. Tidak ada sekat berdasarkan agama, kelas sosial-ekonomi, dan atas dasar stratifikasi sosial yang selama ini telah terbentuk kehidupan sehari-hari.<ref>{{Cite web|url=https://www.watyutink.com/topik/pikiran-bebas/Alternatif-Gerakan-Indonesia-Baru-Bagian-3|title=Alternatif Gerakan Indonesia Baru (Bagian-3)|last=Supraja, SH., M.Si.|first=Dr.Muhammad|date=25 November 2018|website=Watyutink.com|access-date=15 Desember 2019|archive-date=2019-12-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20191221022259/https://www.watyutink.com/topik/pikiran-bebas/Alternatif-Gerakan-Indonesia-Baru-Bagian-3|dead-url=yes}}</ref>
Maiyah begitu cair, luwes, rileks, nyaris tanpa struktur baku. Bukan sebuah organisasi. Maiyah lebih cenderung disebut “organisme” yang memiliki karakter seperti ruang yang menampung apapun dan siapapun di dalamnya.<ref name=":32" /> Cak Nun mengatakan bahwa sejatinya Maiyah itu merupakan dinamika tafsir terus-menerus, tidak terlalu penting didefinisikan secara baku. Yang penting keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat luas.<ref name=":33">{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2019/mewedar-jalan-kesehatan-emha/|title=Cinta, Kesehatan, dan Munajat Emha Ainun Nadjib|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=166|url-status=live}}</ref> [[Toto Rahardjo]], pimpinan KiaiKanjeng dan sahabat Cak Nun yang merupakan salah satu sesepuh Maiyah mengatakan bahwa, meskipun Maiyah dipandang sebagai sebuah gerakan sosial budaya, agama, bahkan gerakan sufi, menurutnya Maiyah mengambil posisi cukup sebagai majelis ilmu. Menurut Cak Nun, dengan berposisi sebagai majelis ilmu, Maiyah dapat menjadi penyokong segala organisasi, pergerakan, ataupun institusi yang ada di masyarakat.<ref name=":33" /> Bagi nahdliyyin yang ber-Maiyah akan semakin kuat ke-NU-annya, dan warga Muhammadiyah tambah kuat ke-Muhammadiyah-annya. Maiyah berupaya untuk selalu berada pada titik seimbang, sebagai penengah, berada pada posisi washatiyah tidak memihak kepada siapapun, baik kekuasaan, ormas, mazhab agama, dan kelompok-kelompok atau aliran-aliran apapun.<ref>{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2017/jalan-tengah-maiyah/|title=Jalan Tengah Maiyah|last=Soduwuh|first=Ihda Ahmad|date=5 September 2017|website=CakNun.com|access-date=15 Desember 2019}}</ref>
Baris 232:
=== Opinium ===
[[Berkas:Tampilan fitur Sinau Bareng pada aplikasi Opinium.jpg|jmpl|Tampilan fitur Sinau Bareng pada aplikasi Opinium]] Konsep '''Sinau Bareng''' yang lahir dari rahim Maiyah yang berangkat dari kultur berdaya bersama ini, selanjutnya bisa diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Tidak harus berupa pengajian dalam skala besar, yang terpenting inti konsepnya membangun kecerdasan bersama, bisa diaplikasikan. Seperti yang digunakan dalam aplikasi bersistem operasi [[Android (sistem operasi)|Android]] bernama '''Opinium'''.<ref name=":36">{{Cite web|url=https://play.google.com/store/apps/details?id=com.extrainteger.opinium|title=Opinium|last=|first=|date=|website=Google Play Store|access-date=19 Desember 2019}}</ref> Sebuah aplikasi berbasis komunitas yang menyediakan alternatif kurasi informasi. Kurasi ini dibangun dari diskusi untuk menguji bersama keabsahan sebuah informasi, demi menghindari hoaks.<ref>{{Cite news|url=https://tekno.tempo.co/read/1085887/opinium-aplikasi-penguji-hoaks-karya-pemuda-jatim/full&view=ok|title=Opinium, Aplikasi Penguji Hoaks Karya Pemuda Jatim|date=5 Mei 2018|work=[[Tempo.co]]|access-date=19 Desember 2019}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Salah satu fitur utama dalam aplikasi Opinium adalah '''Sinau Bareng'''. Melalui fitur ini, setiap pengguna dapat membangun reputasi dan kredibilitas mereka melalui interaksi silang berbagai bidang studi. Semua pendapat dan diskusi di forum '''Sinau Bareng''' dapat diuji dan dikuratori oleh pengguna lain. Dengan parameter manfaat visual terbuka, Sinau Bareng menjadi laboratorium interaksi informasi yang penggunanya dapat menilai seberapa besar pengaruh dampak positif setiap pengguna.<ref name=":36" />
|