Puri Agung Tabanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 111:
Dalam rangka memilih Kepala Pemerintahaan di Tabanan, Belanda juga mencari dan menerima saran-saran dari beberapa Puri / Jero yang sebelumnya ada dalam struktur kerajaan, tentang bagaimana tatacara memilih seorang raja di Tabanan sebelumnya. Setelah mempertimbangkannya, pada tanggal 8 Juli 1929, diputuskan sebagai Kepala / Bestuurder Pemerintahan Tabanan dipilih '''I Gusti Ngurah Ketut''' putra I Gusti Ngurah Putu ( putra '''Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan ke XX''' ) dari Puri Mecutan, dengan gelar '''Cokorda'''.
 
Selanjutnya DiaBeliau membangun kembali '''puriPuri beserta Pura Batur Kawitan Betara Arya Kenceng''' di area bekas letak Puri Agung Tabanan yang telah dihancurkan Belanda. Karena adanya keterbatasan saat itu, luas area yang digunakan dan jumlah bangunan adat yang didirikan tidak seperti yang semula.
 
Pada tanggal 1 Juli 1938 Tabanan menjadi Daerah Swapraja, Kepala Daerah Swapraja tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah Ketut ( dari Puri Mecutan Tabanan ), kemudian Diabeliau dilantik / disumpah di [[Pura Besakih]] pada Hari Raya Galungan tanggal 29 Juli 1938 dan '''Mabiseka Ratu''' bergelar '''Cokorda Ngurah Ketut''', dilihat dari urutan Raja Tabanan, diabeliau adalah '''Raja Tabanan ke XXII''' 1938 s/d 1947.
 
== Masa Kemerdekaan Indonesia ==