Konfrontasi Indonesia–Malaysia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 29:
* {{flagdeco|Singapore}} [[Yusof Ishak]]
* {{flagdeco|Singapore}} [[Lee Kuan Yew]]
* {{nowrap|{{flagdeco|Brunei}} [[Omar Ali Saifuddien III]]}}
* {{flagdeco|United Kingdom}} [[Harold Macmillan]]
* {{flagdeco|United Kingdom}} [[Alec Douglas-Home]]
Baris 53 ⟶ 52:
| casualties1 = '''Total:''' • 248 terbunuh dan 180 luka-luka
----{{flagdeco|Britania Raya}} 140 terbunuh<ref>{{Cite book |url=https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/416474/20150326_UK_Armed_Forces_Operational_deaths_post_World_War_II_O.pdf |title=UK Armed Forces Operational deaths post World War II|date=2015|publisher=[[Kementerian Pertahanan (Britania Raya)|Kementerian Pertahanan]]|page=4|language=en}}</ref><br>43 luka-luka<br>{{flagdeco|Australia}} 23 terbunuh<ref>{{Cite web |title= Indonesian Confrontation, 1963–66|url=https://www.awm.gov.au/articles/atwar/indonesian-confrontation |website=Australian War Memorial|language=en}}</ref><br>8 luka-luka<br>{{flagdeco|Selandia BaruMalaysia}} 12 terbunuh<ref>{{Cite web |title=Confrontation in Borneo; NZHistory, New ZealandMalaysia history online |url=https://nzhistory.govt.nz/war/confrontation-in-borneo |website=nzhistory.govt.nz|language=en}}</ref><br>7 luka-luka<br>{{flagdeco|Singapore}} 9 terbunuh<ref>{{Cite web |title=SPEECH BY THE PRESIDENT OF THE SAF VETERANS' LEAGUE, BRIGADIER-GENERAL (NS) WINSTON TOH, AT THE KONFRONTASI MEMORIAL CEREMONY ON 10 MARCH 2016, 1825HRS &#124; |url=http://www.safvl.org.sg/uploads/files/konfrontasi_speech.pdf|language=en}}</ref><br>'''[[Gurkha]]''' 44 terbunuh<br>83 luka-luka<br>'''Lainnya:''' 29 terbunuh<br>38 luka-luka
| casualties2 =
'''Total:'''
Baris 71 ⟶ 70:
'''Konfrontasi Indonesia–Malaysia''' atau '''Konfrontasi Borneo''' (juga dikenal dengan [[Bahasa Indonesia]] / [[Bahasa Melayu|Melayu]], '''Konfrontasi''') adalah konflik bersenjata dari tahun 1963 hingga 1966 yang bermula dari penentangan [[Indonesia]] terhadap pembentukan [[Malaysia|Federasi Malaysia]]. Setelah presiden Indonesia [[Soekarno]] digulingkan pada tahun 1966, perselisihan berakhir secara damai dan negara Malaysia terbentuk.
 
Pembentukan Malaysia adalah penggabungan [[Federasi Malaya]] (sekarang [[Semenanjung Malaysia]]), [[Singapura]] dan [[Jajahan mahkota|koloni mahkota Inggris]] di [[Koloni Mahkota Borneo Utara Britania|Borneo Utara]] dan [[Koloni Mahkota Sarawak|Sarawak]] (secara kolektif dikenal sebagai Borneo Inggris, sekarang [[Malaysia Timur]]) pada September 1963.{{sfn|Mackie|1974|pp=36–37 & 174}} Perintis penting konflik tersebut termasuk [[Sengketa Irian Barat|kebijakan konfrontasi]] Indonesia melawan [[Nugini Belanda]] dari Maret–Agustus 1962 dan [[Pemberontakan Brunei]] pada Desember 1962. Malaysia mendapat dukungan militer langsung dari Britania Raya, Australia, dan Selandia Baru. Indonesia mendapat dukungan tidak langsung dari Uni Soviet dan Tiongkok, sehingga menjadikannya salah satu bagian [[Perang Dingin]] di [[Asia]].
 
Konflik tersebut merupakan perang yang tidak diumumkan dengan sebagian besar aksi terjadi di daerah perbatasan antara [[Indonesia]] dan Malaysia Timur di [[Kalimantan|pulau Kalimantan]]. Konflik tersebut ditandai dengan pertempuran darat yang terkendali dan terisolasi, diatur dalam taktik [[brinkmanship]] tingkat rendah. Pertempuran biasanya dilakukan oleh operasi seukuran [[kompi]] atau [[peleton]] di kedua sisi perbatasan. Kampanye infiltrasi Indonesia ke Kalimantan berusaha untuk mengeksploitasi keragaman etnis dan agama di Sabah dan Sarawak dibandingkan dengan Malaya dan Singapura, dengan maksud mengungkap negara yang diusulkan Malaysia.
 
Medan hutan Kalimantan dan kurangnya jalan yang melintasi perbatasan Malaysia-Indonesia memaksa pasukan Indonesia dan Persemakmuran untuk melakukan patroli jarak jauh. Kedua belah pihak mengandalkan operasi infanteri ringan dan transportasi udara, meskipun pasukan Persemakmuran menikmati keuntungan dari penyebaran helikopter yang lebih baik dan pasokan ke pangkalan operasi yang akan datang. Sungai juga digunakan sebagai metode transportasi dan infiltrasi. Meskipun operasi tempur terutama dilakukan oleh pasukan darat, pasukan lintas udara memainkan peran pendukung yang vital dan pasukan angkatan laut memastikan keamanan sisi-sisi laut. [[Angkatan Bersenjata Britania Raya|Inggris]] memberikan sebagian besar upaya pertahanan, meskipun pasukan Malaysia terus meningkatkan kontribusi mereka, dan ada kontribusi berkala dari pasukan [[Australia]] dan [[Selandia Baru]] dalam gabungan Cadangan Strategis Timur Jauh yang ditempatkan saat itu di Malaysia Barat dan [[Singapura]].{{sfn|Dennis|Grey|1996|p=25}}
 
Serangan awal Indonesia ke Malaysia Timur sangat bergantung pada sukarelawan lokal yang dilatih oleh [[Angkatan Darat Indonesia]]. Seiring waktu, pasukan infiltrasi menjadi lebih terorganisir dengan masuknya komponen pasukan Indonesia yang lebih substansial. Untuk mencegah dan mengganggu kampanye infiltrasi yang berkembang di Indonesia, Inggris merespons pada tahun 1964 dengan meluncurkan operasi rahasia mereka sendiri ke Kalimantan (Indonesia) dengan nama sandi [[Operasi Claret]]. Bertepatan dengan Soekarno mengumumkan "tahun penuh bahaya" dan [[kerusuhan rasial Singapura 1964]], Indonesia meluncurkan kampanye operasi yang diperluas ke Malaysia Barat pada 17 Agustus 1964, meskipun tanpa keberhasilan militer.{{sfn|Edwards|1992|p=306}} Penumpukan pasukan Indonesia di perbatasan Kalimantan pada bulan Desember 1964 membuat Inggris mengerahkan pasukan yang signifikan dari Komando Strategis Angkatan Darat yang berbasis di Inggris dan Australia dan Selandia Baru mengerahkan pasukan tempur roulement dari Malaysia Barat ke Kalimantan pada tahun 1965–66. Intensitas konflik mulai mereda menyusul [[Gerakan 30 September|kudeta Oktober 1965]] dan jatuhnya kekuasaan Soekarno kepada Jenderal [[Soeharto]]. Negosiasi perdamaian yang serius antara Indonesia dan Malaysia dimulai pada Mei 1966, dan kesepakatan damai terakhir ditandatangani pada 11 Agustus 1966 dengan Indonesia secara resmi mengakui Malaysia.{{sfn|Dennis|Grey|1996|p=318}}
 
== Latar belakang ==