Arsitektur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
k →‎Sejarah: clean up
Baris 32:
 
* Pengetahuan tentang Order Kolom Yunani-Romawi Dalam Arsitektur zaman Klasik berkembang tiga aliran–order–yang didasarkan pada susunan atau konstruksi kolom dan balok pada bangunan, terutama kuil, yaitu order Dorik, Ionik, dan Korinthian. Masing-masing order mempunyai ciri khas. (Gambar 1.1 dan Gambar 1.2). Order Dorik, (Doric) dikembangkan mula-mula oleh Suku Bangsa Doria; bentuknya sederhana dan terkesan kokoh, salah satu contohnya adalah Kuil Parthenon di Akropolis Athena. Order Ionik (Ionic) mula-mula dikembangkan oleh Suku Bangsa Ionia, bentuknya agak rumit terutama pada bagian atas kolom, dan terkesan anggun, salah satu contohnya adalah Kuil Erechtheion di Akropolis Athena. Order Korinthian (Corinthian) mula-mula dikembangkan oleh Suku Bangsa Korinthin, dan kemudian dimatangkan oleh orang-orang Romawi, bentuknya paling rumit dan indah terutama pada bagian atas kolom, dan terkesan elegan. Bagian Order Kolom Klasik yang utama: pada bagian paling bawah adalah Base (dasar kolom, bagian tengah adalah Shaft (tiang atau badan kolom), dan bagian atas adalah Capital (kapital: kepala kolom). Di atas kolom terdapat Entablature (superstruktur, yang terletak secarahorizontal di atas kolom; ia tertumpu di atas kapital). Di atas entablature terdapat Pediment (konstruksi berbentuk segitiga–gable.
 
*Arsitektur Klasik Sementara pertumbuhan dan perkembangan kota-kota Yunani Kuno, pada umumnya, bermula dari suatu tempat yang dibentengi untuk suatu perlindungan. Kemudian secara bertahap menjadi singgasana kekuatan yang dominan dan akhirnya menjadi area yang sakral, di mana kuil, monumen, dan altar terletak. Akropolis, inti dari kota-kota Yunani Kuno, dibentengi tapi tidak pernah menjadi bagian dari perbentengan hunian/permukiman yang merentang di bawahnya. Selama permulaan abad kuno, Akropolis juga menjadi tempat berkumpul, sebuah fungsi yang kemudian digantikan oleh Agora dengan perkembangan dan pertumbuhan kota selanjutnya. Hippodamus, kelahiran Miletus pada 480 SM, yang dianggap sebagai salah seorang perencana kota kuno Yunani, mengembangkan konsep sebuah Agora–sebuah pasar sentral–yang diatur disepanjang garis-garis segi empat. Di lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan. Di beberapa kota periode awal, Agora ditemukan dekat gerbang kota. Aristoteles mempertalikan nama Hippodamus pada penemuan metode pembagian kota dengan penyediaan tapak untuk tujuan publik seperti kuil, kantor-kantor pemerintah, teater, stadium, gymnasium dan Agora, dan mengatur hunian di sepanjang jalan lurus dari susunan yang cukup lebar pada sebuah grid atau lebih dikenal dengan pola papan catur. Agora tersebut berbeda dari lapangan majelis politik rakyat yang disebut pnix, tetapi sering kali berdekatan letaknya. Di lapangan ini perniagaan kota diselenggarakan. Terdapat beberapa bukti bahwa peraturanperaturan bangunan telah dikembangkan untuk mencegah pelanggaran perorangan pada tempat-tempat publik dan jalur umum. Tanpa keraguan, keberadaan kuil, patung, dan monumen yang lain dari Akropolis membuktikan bahwa permulaan Yunani telah mencoba secara sadar untuk mempercantik dan menghias areal sakral mereka. Tetapi cukup jelas bahwa mereka tidak mengarahkan kepada jenis penyatuan dan integrasi ruang. Teknik pendefinisian ruang pada kesetaraan skala dengan kebutuhan manusia belum dikembangkan oleh Yunani. Pada umumnya keinginan untuk membentuk ruang berkembang sangat lambat setelah abad 5 SM, secara perlahan meningkat hingga pada puncaknya pada zaman arsitektur dan perencanaan kota Romawi. Akropolis Athena adalah sebuah pemandangan dari eksperimen arsitektural secara terus-menerus yang mencapai puncaknya pada zaman Perikles; ia memperlihatkan sebuah kemegahan, keagungan dan martabat yang tidak ada sejajarnya dengan Peradaban Dunia Kuno manapun. Akropolis dikelilingi tembok; masuk ke dalamnya harus melewati Propylea. Di bagian atas tapak, terdapat Kuil Parthenon yang terkesan agung; dan Kuil Erechtheion yang anggun, juga ada Kuil Nike Athena yang sederhana dan elegan, dan kuil-kuil lainnya yang disertai patung-patung yang kesemuanya berkombinasi menghasilkan sebuah halaman yang sifatnya religius. Di luar tembok bagian Selatan terdapat Teater Dionysos, menjadi tempat lahirnya drama-drama Yunani. Teater Dionysos yang dibangun pada tahun 330 SM, seluruhnya dapat menampung 18.000 penonton, suatu ukuran luar biasa besar pada masa itu. Di luar Akropolis yang berada di atas bukit di Athena, terdapat komplek lain yang juga penting yakni Agora. Pada mulanya, Agora merupakan sebuah tempat untuk perkumpulan politik dan pertemuan wakil rakyat. Kemudian berubah secara bertahap menjadi sebuah pusat untuk kegiatan pasar, dan akhirnya kegiatan komersial sangat mendominasi Agora. Sedangkan fungsi politik Agora diambil alih oleh pertemuan wakil rakyat di areal sakral Akropolis. Selama periode kuno, dari akhir abad 8 SM hingga menjelang abad 5 SM, tata letak Agora Athena belumlah teratur dan kurang terorganisir, hanya didefinisikan oleh bentuk kondisi topografi. Faktor penentu yang menghalangi keteraturan adalah arah dari Rute Panathenaik, sebuah jalan yang terbentuk untuk memfasilitasi pergerakan dari suatu prosesi di Zaman Yunani Kuno, yang memotong secara diagonal areal komplek Agora. Salah satu contoh sejarah yang brilian dari sebuah pergerakan aliran manusia adalah apa yang dinamakan prosesi Panathenaik di zaman Yunani Kuno, yang terjadi setiap tahun sekali dan pada setiap empat tahun dirayakan secara mewah dan megah, sebagai peristiwa yang sangat utama dalam kehidupan masyarakat Athena. Prosesi mengambil tempat di sepanjang rute yang telah ditandai dengan jelas dari gerbang Dipylon, di dinding luar kota, melintasi Athena dan terus naik ke lereng dataran tinggi Akropolis untuk menuju titik kulminasi yaitu Patung Athena.