Simarmata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kanguda (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
 
Bila diperhatikan sepintas, bahwa raja-raja penguasa tanah [[Simalungun]] hanya terdiri dari empat marga yaitu [[Saragih]], [[Damanik]], [[Purba]] dan [[Sinaga]], ada kesan bahwa keturunan Raja Nai Ambaton dari puteranya Saragi Tua, sudah cukup lama pergi ke tanah [[Simalungun]] sehingga dapat menjadi raja. Keturunan Simataraja marga [[Simarmata]] yang datang kemudian dapat diterima di [[Simalungun]] karena mengikuti marga dongan tubunya Saragi yang di Simalungun menjadi Saragih. Belakangan setelah kekuasaan raja-raja berkurang, marga [[Simarmata]] yang tadinya disebut marga [[Saragih]] kembali memakai marga [[Simarmata]]. Namun mereka umumnya kesulitan untuk mengetahui siapa diantara ketiga Ompu anak Simataraja, yang menjadi leluhurnya. Kebanyakan dari mereka menempati pesisir pantai di hadapan Pulau [[Samosir]], seperti [[Tigaras]], [[Haranggaol]], [[Silalahi]] dan desa-desa disepanjang pantai tersebut. Konon kabarnya perpindahan generasi ini sudah berlangsung antara tujuh sampai sepuluh generasi.
Seorang penulis di Harian Sinar Indonesia Baru, pernah berpendapat bahwa Simarmata yang di tanah [[Karo]] menjadi Garatama(merah mata), datang ke tanah [[Karo]] melalui [[Dairi]]. Kampung yang mula-mula mereka tempati adalah kampung Lau Lingga(sekerang kecamatan Juhar). Di sini Garatama membuat namanya menjadi Matangken dan marganya [[Ginting]].