Tionghoa Benteng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Eva Oktaviany (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Eva Oktaviany (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 35:
 
== Keturunan Dinasti Qing ==
Sebagian di antara warga Tionghoa Benteng yang bermarga 王 "Wang" (Hokkien: Ong) adalah keturunan dari keluarga kekaisaran Dinasti Qing (clanklan Manchu Aisin-Giorio atau Aixinjueluo dalam bahasa mandarin). Mereka adalah keturunan dari anak haram hasil hubungan gelap Kaisar Qianlong dengan seorang gadis cantik bermarga Oog di provinsi Fujian. Karena sang Kaisar tidak mau hubungan gelapnya diketahui publik, maka untuk menyembunyikan fakta tersebut, anak hasil hubungan haram tersebut diberi nama marga Wang (王).
 
王 (Hokkien: Ong) adalah karakter Mandarin untuk "raja", yang digunanakandigunakan untuk orang yang merupakan keturunan penguasa, tetapi tidak pernah berkuasa. Informasi yang salah menyatakan mereka menggunakan marga Ong karena ibu dari anak haram itu juga bermarga Ong, tetapi sebenarnya ini adalah sebuah kebetulan. Nama marga Wang pertama kali digunakan oleh Keluarga Zi (penguasa Dinasti Shang), kemudian oleh Keluarga Ji (penguasa Dinasti Zhou) saat mereka sudah tidak berkuasa lagi.
 
Namun, tidak semua orang Tionghoa Benteng bermarga Ong adalah keturunan Aixinjueluo. Keturunan Kaisar Qianlong kini mengggunakan nama Indonesia Wangsa Mulya /Wangsa Mulia, untuk membedakan diri dari marga Ong yang lain. Nama Wangsa Mulia sendiri berasal dari bahasa sanskertaSansekerta, Wangsa (dinasti), dan Mulia (murni) apabila diterjemahkan ke bahasa inggris menjadi "Pure Dynasty". SedangkanSementara itu, kata "Qing" sendiri berarti "pure". Sehinggasehingga secara harafiah Wangsa Mulia dalam Bahasabahasa Sansekerta berarti "Qing Dynasty".
 
Seiring waktu, kebanyakan orang dari keluarga Wangsa Mulya tidak menyadari kalau mereka adalah keturunan Dinasti Qing, tetapi bagimanapun juga darah dan napas Kekaisaran Qing Raya tetap mengalir pada diri mereka. Mereka hidup modern, namuntetapi memegang teguh sifat ultra-konservatif, seperti feodalisme dan anti-feminisme. Informasi terbaru menyatakan mereka mewarisi Ketuantanahanketuantanahan luas yang meluputi daerah yang sekarang adalah sebagian dari BSD dan Gading Serpong.
 
Sejarah mengenai Tionghoa Benteng dapat dilihat di Museum Benteng Heritage, Pasar Lama, Tangerang.