Parahyangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 1:
'''Parahyangan''' ({{lang-su|ᮕᮛᮠᮡᮀ​​ᮠᮔ᮪}}; [[bahasa Indonesia|Indonesia]]: ''Priangan''; [[bahasa Belanda|Belanda]]: ''Preanger'') adalah [[geografi budaya|wilayah budaya]] dan [[pegunungan]] di [[Jawa Barat|provinsi Jawa Barat]] di [[Jawa|Pulau Jawa]], [[Indonesia]].<ref>{{Cite book |last=Lentz |first=Linda |url=https://books.google.com/books?id=WmxAjwEACAAJ |title=The Compass of Life: Sundanese Lifecycle Rituals and the Status of Muslim Women in Indonesia |date=2017 |publisher=Carolina Academic Press |isbn=978-1-61163-846-2 |pages=49 |language=en}}</ref>
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Thee-tuin Preanger TMnr 10012073.jpg|thumb|right|300px|Perkebunan teh di [[Kota Sukabumi|Soekaboemi]] utara pada tahun [[1923]]]]
'''Parahiyangan''' atau '''Parahyangan''' ({{lang-su|ᮕᮛᮠᮡᮀ​​ᮠᮔ᮪}};) [[bahasa Indonesia|Indonesia]]:atau '''Priangan'';' [[bahasa Belanda({{lang-nl|Belanda]]: ''Preanger''}}) adalah [[geografiGeografi budaya|wilayah budaya]] dan [[pegunungan]] di [[Jawa Barat|provinsi Jawa Barat]] di [[Jawa|Pulau Jawa]], [[Indonesia]].<ref>{{Cite book |last=Lentz |first=Linda |url=https://books.google.com/books?id=WmxAjwEACAAJ |title=The Compass of Life: Sundanese Lifecycle Rituals and the Status of Muslim Women in Indonesia |date=2017 |publisher=Carolina Academic Press |isbn=978-1-61163-846-2 |pages=49 |language=en}}</ref>
 
Di sebelah barat berbatasan dengan [[Banten|provinsi Banten]], sebelah utara berbatasan dengan wilayah [[DKI Jakarta]] dan [[Laut Jawa]], sebelah timur berbatasan dengan [[Jawa Tengah|provinsi Jawa Tengah]], dan sebelah selatan berbatasan dengan [[Samudra Hindia]].
 
== Etimologi ==
Nama ''"Parahiyangan" atau "Parahyangan''" berasal dari [[bahasa Sunda]] yang berarti "tempat tinggal para ''[[hyang]]'' ([[dewa]])". ''ParahyanganParahiyangan'' adalah daerah [[pegunungan]] dan [[orang Indonesia]] kuno percaya bahwa para dewa bersemayam di puncak gunung.
 
Legenda [[Sangkuriang (legenda)|Sangkuriang]] dalam bahasa Sunda berisi ingatan tentang danau purba [[prasejarah]] di [[dataran tinggi]] [[cekungan Bandung]], yang menunjukkan bahwa [[Suku Sunda|orang Sunda]] sudah mendiami wilayah tersebut sejak [[zaman Batu]]. [[Peribahasa|Pepatah]] dan legenda Sunda populer lainnya yang menyebutkan tentang terciptanya dataran tinggi ''Parahyangan''Parahiyangan yaitu pada saat para ''[[hyang]]'' ([[dewa]]) tersenyum, terciptalah tanah ''Parahyangan''Parahiyangan.
 
Kereta api jarak jauh yang melayani [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] dan [[Kota Bandung|Bandung]] disebut [[Kereta api Argo Parahyangan|Kereta Api Parahyangan]]. Sejak bulan [[April]] [[2010]], layanan tersebut digabung dengan Argo Gede menjadi [[Kereta api Argo Parahyangan|Argo Parahyangan]].
 
== Sejarah ==
Baris 17 ⟶ 16:
Reruntuhan [[Candi Bojongmenje]] ditemukan di daerah [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek, Kabupaten Bandung]], sebelah timur Bandung. Candi ini diperkirakan berasal dari awal abad ke-7 masehi, sekitar periode yang sama atau bahkan lebih awal dari [[Dataran Tinggi Dieng|candi Dieng]] di [[Jawa Tengah]].<ref>{{cite web | title = Candi Bojongmenje | work = Perpustakaan Nasional Indonesia | url = http://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_barat-candi_bojongmenje | language = id}}</ref>
 
Referensi sejarah tertua tertulis di wilayah ParahyanganParahiyangan berasal dari sekitar abad ke-14, ditemukan dalam [[Prasasti Cikapundung]], di mana wilayah tersebut merupakan salah satu pemukiman di lingkungan [[Pakwan Pajajaran|Kerajaan Pajajaran]].<ref>{{cite news | title = Prasasti Bertuliskan Huruf Sunda Kuno Ditemukan di Bandung | date = 9 October 2010 | author = R.Teja Wulan | newspaper = VOA Indonesia | url = http://www.voaindonesia.com/a/prasati-bertuliskan-sunda-kuno-ditemukan-di-cikapundung-104635514/84657.html | language = id}}</ref> ParahyanganParahiyangan adalah bagian dari bekas [[Kerajaan Sunda]]. Wilayah pegunungan pedalaman ParahyanganParahiyangan dianggap suci dalam kepercayaan [[Sunda Wiwitan]]. ''[[Kabuyutan]]'' atau ''[[mandala]]'' (tempat suci di [[Jayagiri, Lembang, Bandung Barat|Jayagiri]]) disebutkan dalam teks Sunda kuno dan terletak di suatu tempat di dataran tinggi ParahyanganParahiyangan, mungkin di utara Bandung modern di lereng [[Gunung Tangkuban Parahu]].
 
Setelah jatuhnya Kerajaan Sunda pada abad ke-16, ParahyanganParahiyangan diperintah oleh para bangsawan dan bangsawan dari [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], dan [[Kabupaten Ciamis|Ciamis]]. Para pangeran ini diklaim sebagai pewaris sah dan keturunan raja-raja Sunda, [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]]. Meskipun kekuasaan dominan saat itu dipegang oleh [[Kesultanan Banten]] dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], para bangsawan Sunda di dataran tinggi ParahyanganParahiyangan relatif menikmati kebebasan dan otonomi internal.
 
Pada tahun [[1617]], [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung Mataram]] melancarkan kampanye militer di seluruh Jawa dan menjadi pengikut [[Kesultanan Cirebon]]. Pada tahun [[1618]], pasukan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] menaklukkan [[Kabupaten Ciamis|Ciamis]], [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], dan menguasai sebagian besar wilayah ParahyanganParahiyangan. Pada tahun [[1630]] Sultan Agung mendeportasi penduduk asli ParahyanganParahiyangan setelah ia menumpas pemberontakan di daerah tersebut.<ref>{{cite book |last=Kiernan |first=Ben |title= Blood and Soil: Modern Genocide 1500-2000|year=2008 |url=https://books.google.com/books?id=R5p7cRyK748C |page=142|isbn=9780522854770 }}</ref>
 
[[Kesultanan Mataram]] terlibat perebutan kekuasaan dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC)]] yang berpusat di [[Batavia]]. Mataram secara bertahap melemah kemudian melalui perjuangan suksesi pangeran Jawa dan keterlibatan [[Belanda]] dalam urusan internal istana Mataram. Untuk mengamankan posisi mereka, raja-raja Mataram kemudian membuat konsesi yang signifikan dengan ''[[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]]'' dan menyerahkan banyak tanahnya yang semula diperoleh oleh Sultan Agung, termasuk ParahyanganParahiyangan. Sejak awal abad ke-18, ParahyanganParahiyangan berada di bawah kekuasaan Belanda.
 
Daerah itu dikenal sebagai ''De Preanger'' pada [[Sejarah Nusantara (1800–1942)|masa penjajahan Belanda]]. Ibu kotanya mula-mula terletak di ''Tjiandjoer'' ([[Kabupaten Cianjur|Cianjur]]) kemudian dipindahkan ke [[Kota Bandung|Bandung]] yang lambat laun berkembang menjadi pemukiman penting. Pada abad ke-19, Belanda telah menguasai sebagian besar [[Jawa]]. Apalagi melalui pembangunan [[Jalan Raya Pos]] oleh [[Herman Willem Daendels|Daendels]] yang menghubungkan kawasan perkebunan ''Preanger'' dengan [[Batavia|pelabuhan Batavia]] dan banyak bagian lain di Jawa, ''Preanger'' terbuka untuk [[investasi]], [[eksploitasi]], dan bisnis. [[Keresidenan]] ''Preanger'' yang berdiri sejak tahun [[1818]] menjadi kawasan perkebunan penting dan produktif pada zaman [[Hindia Belanda]] yang menghasilkan [[kopi]], [[teh]], kina, dan banyak tanaman komersial yang menguntungkan banyak pemilik perkebunan Belanda yang kaya.
 
[[Kopi jawa|Kopi Jawa]], yang dipromosikan ke seluruh dunia oleh [[Belanda]], sebenarnya adalah kopi yang ditanam di ''Preanger''. Pada awal abad ke-20, [[Kota Bandung|Bandung]] berkembang menjadi pemukiman penting dan kota terencana. [[Kota Bandung|Bandung]] sebelum perang dirancang sebagai ibu kota baru [[Hindia Belanda]], meskipun [[Perang Dunia II]] mengakhiri rencana ini. Setelah [[Indonesia]] merdeka, ParahyanganParahiyangan dianggap sebagai nama sejarah yang romantis untuk kawasan pegunungan di [[Jawa Barat]] yang mengelilingi Bandung.
 
== Geografi ==
[[File:Parahyangan dialect locator map.svg|ka|jmpl|Wilayah ParahyanganParahiyangan menurut penuturan [[dialek Priangan]] (hijau)]]
Wilayah ParahyanganParahiyangan yang sesungguhnya meliputi hampir seluruh [[Jawa Barat]]. Tetapi karena perbedaan segi [[dialek bahasa Sunda|dialek]] dan [[budaya Sunda|budaya]] maka wilayah ParahyanganParahiyangan saat ini umumnya meliputi pegunungan tengah dan selatan Jawa Barat saja. Wilayah yang umumnya dimasukkan kedalam ParahyanganParahiyangan adalah [[Bandung Raya]] (meliputi [[Kota Bandung]], [[Kabupaten Bandung]], [[Kabupaten Bandung Barat]], dan [[Kota Cimahi]]), [[Cianjur]], [[Sukabumi]], [[Sumedang]], [[Ciamis]], [[Purwakarta]], dan [[Tasikmalaya]].
 
== Pegunungan ==
Baris 37 ⟶ 36:
 
== Lihat pula ==
* [[Keresidenan Priangan]], bekas wilayah administratif di [[Hindia Belanda]] (saat ini [[Indonesia]]).
* ''[[Carita ParahyanganParahiyangan]]'', naskah Sunda yang menceritakan [[kerajaan Galuh]] dan [[kerajaan Sunda|Sunda]].
* [[Kereta api Argo Parahyangan]], merupakan kereta api penumpang kelas campuran (eksekutif-ekonomi) yang melayani rute [[Stasiun Bandung|Bandung]]-[[Stasiun Gambir|Gambir]].
* [[Kereta api Parahyangan]], merupakan kereta api pernah beroperasi rute [[Kota Bandung|Bandung]]-[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] tahun [[1971]] serta [[Stasiun Gambir|Gambir]]-[[Stasiun Kiaracondong|Kiaracondong]].