Gunung Merapi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan pranala dalam Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 86:
Tahap aktivitas ''Pra-Merapi'' diperkirakan berlangsung 700.000 sampai 400.000 tahun yang lalu. Periode ini menyisakan jejak Gunung Bibi (2.025 meter) yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Gunung Bibi memiliki [[lava]] yang bersifat [[basal]]tik [[andesit]].
Tahap ''Merapi Tua'' terjadi ketika badan dasar Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk [[kerucut]]. Masa ini kira-kira berlangsung 60.000 – 8000 tahun lalu. Sisa-sisa aktivitas tahap ini adalah [[Bukit Turgo]] dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik.
Tahap aktivitas selanjutnya, ''Merapi Pertengahan'', berlangsung 8.000 – 2.000 tahun lalu. Tahap ini ditandai dengan terbentuknya kerucut-kerucut tinggi, yang sekarang disebut Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, terletak di lereng utara, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, [[Breksi]]asi lava, dan [[Aliran piroklastik|awan panas]]. Aktivitas Merapi telah bersifat [[erupsi efusif]] (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi [[Tapal Kuda|tapal kuda]] dengan panjang 7 km, lebar 1–2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubrah (di lereng sisi utara) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar ("baru"), mulai terbentuk sekitar 2.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan [[VEI]] 4 berdasarkan pengamatan lapisan [[tefra]].
Periode ''Merapi Baru'' (2000 tahun lalu s.d sekarang) adalah yang masih berlangsung. Pada tahap ini terbentuk kerucut puncak Merapi modern (Gunung/Puncak Anyar) di bekas kawah Pasarbubrah; proses dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu. Tahap ini sangat aktif dan berkali-kali mempengaruhi perubahan peradaban penduduk yang tinggal di sekitarnya. Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak [[kawah]] disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pelepasan [[awan panas]] (''nuée ardente'') yang biasanya meluncur di lereng gunung tetapi dapat pula menyembur vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.<ref name=usgs/> Kubah ini runtuh pada letusan 2010, menimbulkan bukaan ke arah tenggara (lembah Kali Gendol dan Kali Woro).
Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang "secara signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah [[magma]].<ref>Axel Bojanowski. [http://www.spiegel.de/wissenschaft/natur/0,1518,727092,00.html Riesige Magmamenge. Geologen warnen vor Mega-Eruption des Merapi]. Spiegel Online edisi 05 November 2010.</ref> Kantung magma ini merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya [[Lempeng Indo-Australia]] ke bawah [[Lempeng Eurasia]].<ref>[http://www.spiegel.de/fotostrecke/fotostrecke-61341.html Diagram pola pembentukan ruang magma hipotetik di bawah Merapi]</ref>
=== Merapi sebagai sumber air ===
Sebagai gunung dengan aktivitas vulkanik tinggi, Gunung Merapi memiliki banyak sumber keluarnya air sebagai akibat desakan uap air dari dalam bumi. Terdapat banyak sungai yang kemudian membentuk ngarai di bagian lereng dan kemudian membentuk dataran sedimen material vulkanik. Sungai-sungai ini terutama mengarah ke arah tenggara (Klaten), selatan (Yogyakarta) serta barat (Magelang), memasok air untuk [[daerah aliran sungai]] [[Bengawan Solo]] (tenggara), [[Sungai Opak]] (selatan), atau [[Kali Progo|Sungai Progo]] (barat daya dan barat).
Terdapat sungai-sungai yang membentuk ngarai sebagai jalur pergerakan material [[piroklastik]] dan lahar; beberapa yang cukup besar dan penting adalah Kali Woro (arah tenggara, Kabupaten Klaten), Kali Gèndhol (arah selatan-tenggara, dekat perbatasan Sleman-Klaten), Kali Bebeng (selatan, Sleman, lalu bergabung dengan Kali Gèndhol), [[Kali Kuning]] (selatan, Sleman), [[Kali Code|Kali Boyong]] (selatan, Sleman), [[Kali Krasak]] (barat daya, Magelang), Kali Putih (barat, Magelang), dan Kali Pabelan (barat, Magelang). Terhadap sungai-sungai ini telah dibangun sistem penahan lahar berupa [[sabo]].
Selain sungai, terdapat pula sumber-[[Mata air|sumber air]] (''umbul'') yang menjadi tempat pemandian dan sumber pengairan per[[sawah]]<nowiki/>an.
|