Papua: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
E Mambo Simbo lagu daerah Asmat
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Pena Cahaya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 67:
 
== Geografi ==
Provinsi Papua memiliki luas sekitar 81.049,30&nbsp;km<sup>2</sup>, [[pulau Papua]] berada di ujung timur dari wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis, dan telah mendorong bangsa-bangsa asing untuk menguasai pulau Papua.<ref name="PAPUA"/> Sebelum dimekarkan, provinsi Papua memiliki luas 312.224,37&nbsp;km<sup>2</sup> dan merupakan provinsi terbesar dan terluas pertama di [[Indonesia]].<ref name="PAPUA">{{cite web|url=https://papua.bps.go.id/publication/2021/02/26/aae8d17cd6f20e61a590d990/provinsi-papua-dalam-angka-2021.html|title= Provinsi Papua Dalam Angka 2021|website=www.papua.bps.go.id|accessdate=18 April 2021|pages=17, 202|format=pdf}}</ref><ref>{{Cite web|last=Wiranata|first=Rhuuzi|date=Senin, 03 Agustus 2020.|title=Tujuh Provinsi Terluas di RI, Papua Urutan Pertama|url=https://www.batamnews.co.id/berita-65682-tujuh-provinsi-terluas-di-ri-papua-urutan-pertama.html|website=detik.com|access-date=6 September 2010}}</ref>
 
=== Batas wilayah ===
Baris 82:
Asal nama Papua berasal dari ''Papo Ua'' yang dalam bahasa Tidore artinya "tidak bergabung", "tidak bersatu", atau "tidak bergandengan". Maksudnya wilayah Papua itu jauh sehingga tidak masuk dalam daerah induk [[Kesultanan Tidore]]. Akan tetapi wilayah-wilayah tersebut tetap tunduk dan berada dibawah persekutuan dagang Tidore bernama ''Uli Siwa''. Dalam pembagiannya wilayah di Papua dibagi menjadi ''Korano Ngaruha'' atau [[Kepulauan Raja Ampat]], ''Papo-ua Gam Sio'' (Papua sembilan negeri), dan ''Mafor Soa Raha'' (Mafor Empat Soa).<ref name="Wanggai 2008"/> Teori lain nama Papua berasal dari Bahasa Melayu ''papuwah'', artinya "rambut keriting". Akan tetapi kata ini masuk pada kamus bahasa melayu tahun 1812 ciptaan William Marsden yang tidak ditemukan dalam kamus yang lebih awal.<ref name="Sollewijn Gelpke 1993 pp. 318–332">{{cite journal | last=Sollewijn Gelpke | first=J.H.F. | title=On the origin of the name Papua | journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia | publisher=Brill | volume=149 | issue=2 | year=1993 | issn=0006-2294 | doi=10.1163/22134379-90003129 | pages=318–332}}</ref> Pada catatan abad ke-16 Portugis dan Spanyol, kata Papua merujuk kepada penduduk [[Kepulauan Raja Ampat]] dan pesisir Kepala Burung.<ref>{{Cite news|last=Kustiani |first=Rini |date=29 October 2020 |title=Asal Usul Nama Papua, Ada di Catatan Pelaut Portugis dan Spanyol |url=https://travel.tempo.co/read/1400439/asal-usul-nama-papua-ada-di-catatan-pelaut-portugis-dan-spanyol|access-date=25 February 2021 |work=[[Tempo.co]] |language=id|editor-last=Kustiani |editor-first=Rini }}</ref> Berdasarkan teori lain ini menurut F.C. Kamma nama ini bisa saja berasal dari Bahasa Biak 'Sup i Babwa' yang digunakan untuk menyebut Kepulauan Raja Ampat berarti tanah di-bawah (matahari terbenam), yang kemudian menjadi 'Papwa' lalu 'Papua'.<ref name="Sollewijn Gelpke 1993 pp. 318–332"/>
 
Selain itu, nama Irian Jaya, berasal dari pertemuan di Tobati, Jayapura yang diinisiasi Atmoprasojo, kepala sekolah bestuur (pegawai negeri) tahun 1940-an. [[Frans Kaisiepo]], pemimpin komite mencetuskan nama dari legenda Mansren Koreri, ''Iri-an'' dari Bahasa Biak yang berarti "tanah panas" karena cuaca lokal yang panas, dan juga dari ''Iryan'' yang berarti "proses memanas" sebagai metafora bagi wilayah yang memasuki zaman baru. Kemudian ditemukan dalam Bahasa Serui, ''Iri'' artinya "tanah" dan ''An'' artinya "bangsa", sehingga arti keseluruhannya "tiang bangsa". Sedangkan dalam Bahasa Merauke, ''Iri'' artinya "ditempatkan" atau "diangkat tinggi", dan ''an'' artinya "bangsa". Sehingga artinya "bangsa yang diangkat tinggi".<ref name="Wanggai 2008"/><ref name="geop2">{{Cite book |author=Bilveer Singh |url=https://books.google.com/books?id=pwbO-uRZQx0C |title=Papua: geopolitics and the quest for nationhood |publisher=Transaction Publishers |year=2008 |isbn=978-1-4128-1206-1 |page=26}}</ref>
 
Provinsi Papua, sebelumnya mencakup seluruh [[Papua (Indonesia)|wilayah Indonesia di Pulau Papua]]. Pada masa pemerintahan kolonial [[Hindia Belanda]], wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (''Nederlands Nieuw-Guinea'' atau ''Dutch New Guinea''). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai ''Provinsi Irian Barat'' sejak tahun 1963 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi ''Irian Jaya'' oleh [[Soeharto]] pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas [[Freeport]], nama yang tetap digunakan secara resmi sampai terbitnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang [[Otonomi Khusus Papua]] mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua.
Baris 125:
 
=== 1900–Sampai Sekarang ===
[[Setelah]] mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, Indonesia mencari dukungan baik secara militer maupun diplomasi. Beberapa usaha perjuangan diplomasi oleh pihak RI dilakukan melalui Perjanjian Linggarjati pada 1946, Perjanjian Renville pada 1948, dan Perjanjian Roem-Royen pada 1949.
 
Pada sidang BPUPKI 11 Juni 1945, berbeda dengan mayoritas anggota BPUPKI yang menginginkan Indonesia merdeka meliputi seluruh bekas Hindia Belanda, Malaya, Borneo Utara, [[Mohammad Hatta]] tidak setuju, “Saya sendiri ingin mengatakan bahwa Papua sama sekali tidak saya pusingkan, bisa diserahkan kepada bangsa Papua sendiri. Bangsa Papua juga berhak menjadi bangsa merdeka,” kata Hatta. Lanjutnya “Kalau sudah ada bukti, bukti bertumpuk-tumpuk yang mengatakan bahwa bangsa Papua sebangsa dengan kita dan bukti-bukti itu nyata betul-betul, barulah saya mau menerimanya. Tetapi buat sementara saya hanya mau mengakui, bahwa bangsa Papua adalah bangsa Melanesia,” yang tercatat dalam Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 29 Mei 1945—19 Agustus 1945.<ref name="Sitompul 2019">{{cite web | last=Sitompul | first=Martin | title=Ketika Hatta Menolak Papua | website=Historia | date=2019-05-17 | url=https://historia.id/amp/politik/articles/ketika-hatta-menolak-papua-vqjeJ | language=id | access-date=2022-01-30}}</ref> Walaupun demikian, hingga 1956 Papua berada di dalam lingkup Provinsi Maluku.
 
Pada tahun 1945, oleh Residen JP Van Eechoud dibentuklah sekolah Bestuur. Di sana ia menunjuk Atmoprasojo, mantan tahanan diguli, menjadi direktur sekolah Bestuur untuk mendidik kaum terpelajar Papua. Sementara itu Admoprasojo menggunakan posisinya untuk membujuk murid-muridnya bahwa [[pemerintah Belanda]] adalah [[penjajah]] dan upaya [[Pemerintahpemerintah Belanda]] adalah upaya melanjutkan [[Penjajahan]] di Papua maka ia meminta kaum terpelajar harus ikuti kemerdekaan Indonesia. Beberapa murid yang setuju{{butuh rujukan}} melakukan pertemuan tertutup di Tobati, [[Jayapura|Hollandia]]. Untuk melawan upaya [[Dekolonisasi Papua]] oleh [[Pemerintah Belanda]] turut dibicarakan penggantian sebuah nama oleh Frans Kaisiepo selaku ketua panitia kemudian mengambil sebuah nama yaitu [[Irian]] dari sebuah mitos Manseren Koreri, sebuah legenda yang dikenal luas oleh masyarakat luas Biak, yaitu [[Irian]]. Pada perkembangan selanjutnya nama [[Irian]] menjadi akronim untuk "Ikuti Republik Indonesia Anti Nederlands" sebagai kampanye menentang [[Pemerintah Belanda]].<ref name="Wanggai 2008"/> Pada Desember 1945, direncanakan pemberontakan terhadap Belanda pada tanggal 25 Desember yang berpusat di Kampung Harapan, yang dipimpin Admoprasojo dan murid-muridnya beserta beberapa anggota KNIL, Batalyon Papua, dan mantan Heiho. Namun pemerintah Belanda mengetahui rencana setelah diberi tahu salah satu anggota Batalyon Papua. Otoritas Belanda memberi isu penyerangan kampung kristen akan dilakukan oleh anggota pemberontak yang beragama muslim, dan mengerahkan pasukan KNIL yang berpusat di Kloofkamp yang berjarak 40&nbsp;km dari Kampung Harapan untuk mengepungnya pada tanggal 15 Desember. Kemudian menggunakan pasukan asal Rabaul, Papua Nugini, Belanda menangkap 250 calon pemberontak, dan menangkap Atmoprasojo, Corinus Krey, Marthen Indey dan Silas Papare sebagai pemimpin operasi untuk dibawa ke Hollandia.<ref name="Lumintang 1997">{{cite book |last1=Lumintang |first1=Onnie |last2=Haryono |first2=P. Suryo |last3=Gunawan |first3=Restu |last4=Nurhajarini |first4=Dwi Ratna |title=Biografi Pahlawan Nasional Marthin Indey dan Silas Papare |date=1997 |publisher=[[Ministry of Education and Culture (Indonesia)|Ministry of Education and Culture]] |location=Indonesia |url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7607/1/BIOGRAFI%20PAHLAWAN%20NASIONAL%20MARTHIN%20INDEY%20DAN%20SILAS%20PAPARE.pdf |language=id|access-date=2022-02-10}}</ref>
 
Pada tanggal [[16 Juli]] [[1946]], [[Frans Kaisiepo]] yang dipilih untuk mewakili Nieuw Guinea hadir untuk konferensi di Malino-Ujung Pandang, sebelum pergi ke Malino pada 9 Juli 1946, atas saran Corinus Krey, Frans Kaisiepo bertemu dengan Admoprasojo di penjara Abepura, Hollandia yang difasilitasi oleh sipir Elly Uyo dan anggota batalyon papua, Johan Aer. Di pertemuan ini mereka setuju untuk menggunakan nama Irian.<ref name="Kemdikbud 1983 p.72-73">{{Cite web|last1=Patiara|first1=John|last2=Renwarin|first2=Herman|last3=Soedharto|first3=Bondan|last4=Palangan|first4=M.|date=1983|title=Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialis dan Kolonialisme di Daerah Irian Jaya|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/14100/1/Sejarah%20perlawanan%20terhadap%20imperialisme%20dan%20kolonialisme%20di%20daerah%20irian%20jaya.PDF|website=Kemdikbud|pages=72–73| access-date=2021-11-03}}</ref> Di Malino melalui pidatonya dalam penyiaran radio nasional, mengumumkan pergantian nama Papua dan Nieuw Guinea dengan nama Irian dan seharusnya masuk menjadi wilayah Indonesia, nama Irian adalah satu nama yang mengandung arti politik. Frans Kaisepo pernah mengatakan “Perubahan nama Papua menjadi Irian, kecuali mempunyai arti historis, juga mengandung semangat perjuangan: IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal. 107-108). Di saat yang bersamaan pada tanggal 17 Juli 1946, Panggoncang Alam melancarkan pemberontakan untuk melepaskan Atmoprasojo dengan melucuti pasukan KNIL dan menyerang beberapa lokasi walau akhirnya gagal. Silas Papare dianggap memiliki andil dalam peristiwa tersebut diasingkan dari Hollandia ke Serui, di mana dia bertemu dengan Sam Ratulangi yang sudah lebih dahulu diasingkan di sana. Selanjutnya PKII (Partai Kemerdekaan Indonesia Irian) didirikan oleh Papare di Serui bersama Alwi Rachman sebagai wakil, dan Sam Ratulangi sebagai penasihat. Komite Indonesia Merdeka (KIM) organisasi berasal di Melbourne mendirikan cabang Abepura pada Oktober 1946, dipimpin oleh Dr. J.A. Gerungan, yang setelah dipindahkan, dipimpin oleh Marthen Indey. Di Manokwari, Gerakan Merah Putih didirikan oleh Petrus Walebong dan Samuel Damianus Kawab,<ref name="Google Play Books">{{cite book | title=25 tahun Trikora | website=Google Play Books | year=1988 | publisher=Yayasan Badan Kontak Keluarga Besar Perintis Irian Barat | url=https://play.google.com/books/reader?id=650vAAAAMAAJ&pg=GBS.PR2&hl=en | language=rw | access-date=2021-11-01}}</ref> gerakan ini kemudian menyebar ke Babo, Kokas, dan Sorong.<ref name="Irian Jaya (Indonesia) 1987 p. 9">{{cite book | author=Irian Jaya (Indonesia) | title=Irian Jaya, the Land of Challenges and Promises | publisher=Alpha Zenith | year=1987 | url=https://books.google.com/books?id=judyAAAAMAAJ | access-date=2021-11-01 | page=9}}</ref> Cabang KIM di Biak diubah menjadi Partai Indonesia Merdeka (PIM) oleh Lukas Rumkorem, sedangkan di Sorong, Perintis Kemerdekaan didirikan oleh Sangaji Malan.<ref name="Sulindo 2019">{{cite web | last=Sulindo | first=Redaksi | title=Meluruskan Sejarah (Bagian 3, Selesai) | website=Koran Sulindo | date=2019-11-24 | url=https://koransulindo.com/meluruskan-sejarah-bagian-3-selesai/ | access-date=2022-02-10}}</ref>