Aji Muhammad Sulaiman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: gambar rusak VisualEditor
Bimo K.A. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
 
{{Infobox royalty
| name = Adji Muhammad Sulaiman
العاجي محمد سليمان عادل
| image = KITLV A7 - Mohamad Soeleman Adil Chalifat ' oel Moeminin, sultan van Koetai, KITLV 90486.tiff
| image = Portrait of Adji Muhammad Sulaiman.jpg
| succession = [[Daftar Sultan Kutai|Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura]]
| reign = 23 Juli 1845 – 2 Desember 1899
Baris 57:
| religion = [[Islam]]
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sultan AdjiAji Muhammad Sulaiman van Kutai met zijn gevolg voor het oude paleis TMnr 10003342.jpg|jmpl|300px|Sultan Adji Muhammad Sulaiman dan pengiringnya.]]
[[Berkas:Sultansulaiman-kukarDe sultan van Koetai temidden van zijn pangerans, KITLV 3612.giftiff|jmpl|300px|Sultan Adji Muhammad Sulaiman bersama putra mahkota dan para menteri kerajaan.]]
'''Adji Muhammad Sulaiman''' yang bergelar ''Sri Paduka Sultan Adji Muhammad Sulaiman al-Adil Khalifatul-Mu'minin bin Adji Muhammad Salehuddin'' (dilahirkan dengan nama Aji Biduk/Pangeran 'Umar) adalah Sultan [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura|Kutai Kartanegara]] ke-17, memerintah dari tahun [[1845]] sampai [[1899]] merupakan putera ke-5 dari Sultan [[Aji Muhammad Salehuddin|Adji Muhammad Salehuddin]] dengan Aji Ratu Zuziah.<ref name="royal4">''[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/kutai4.htm Royal Ark]''</ref><ref>[http://books.google.co.id/books?id=j8kZAQAAIAAJ&dq=adji%20mandoera&pg=RA1-PA355#v=onepage&q&f=true {{nl}} Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853]</ref>
 
== Biografi ==
 
Lahir pada tanggal [[8 Februari]] [[1838]], menggantikan ayahnya menjadi Sultan pada saat kematian ayahnya tanggal [[23 Juli]] [[1845]]. Memerintah di bawah sebuah [[Konsul]] sampai ia dewasa dan secara formal dimahkotai sebagai Sultan dengan kekuatan penuh di [[Tenggarong]] pada tanggal [[19 Oktober]] [[1850]], Sultan Aji Muhammad Sulaiman dikenal arif dan juga tekun mengajarkan [[Islam]], hingga tiap tahun menghajikan rakyatnya. Sepanjang pemerintahannya, aktif mengadakan hubungan dengan [[Kerajaan Mekkah]] dan juga sempat membangun pemondokan haji di Tanah Suci, yang kemudian dihibahkan kepada Kerajaan di sana. Sultan juga menempatkan para ulama sebagai penasehat kerajaan sepanjang pemerintahannya. Sultan Aji Muhammad Sulaiman meninggal di Tenggarong pada tanggal [[2 Desember]] [[1899]], dan dimakamkan di Pemakaman Kerajaan di [[Tenggarong]].<ref name="royal4"/>
 
== Pemerintahan ==
 
Pada tahun [[1850]], Sultan Adji Muhammad Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura.
Pada tahun [[1853]], pemerintah Hindia Belanda menempatkan [[J. Zwager]] sebagai Assisten Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan [[politik]] dan [[ekonomi]] masih berada dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899). Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Kutai 100.000 jiwa.<ref>{{nl}} {1853){{cite book|pages=358|url=http://books.google.co.id/books?id=c6AAAAAAMAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA358#v=onepage&q&f=false|title=Verhandelingen en berigten betrekkelijk het zeewezen en de zeevaartkunde|volume=13}}</ref> Tahun 1855, Kesultanan Kutai termasuk sebagai bagian dari ''de zuid- en oosterafdeeling van Borneo''.<ref>{{nl}} {{cite book|pages=242|url=http://books.google.co.id/books?id=0GM-AAAAcAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA242#v=onepage&q&f=false|title=Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz|volume=1|author=J. B. J Van Doren|publisher=J. D. Sybrandi|year=1860}}</ref>
Pada tahun [[1863]], kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.
 
[[Berkas:Keratonlawas.gif|jmpl|220px|Keraton Kesultanan pada masa [[Aji Muhammad Alimuddin|Sultan Alimuddin]].]]
Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di [[Loa Bakung, Sungai Kunjang, Samarinda|Batu Panggal]] oleh insinyur tambang asal Belanda, [[J.H. Menten]]. Menten juga meletakkan dasar bagi [[eksploitasi]] minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun tampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal pada masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan Sula[[KDYMM]] [[Seri Paduka]] [[Baginda]] [[Ratu]] [[Permaisuri]] [[Adji]] [[Ratu Sarifah]] Anak dari [[Sultan]] [[Al Habib]] [[Mahmudsyah Alam]] Dari [[Negeri Sembilan]], dimakamkan di pemakaman Kerajaan di Tenggarong.
# KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu [[Mahadewi]] Adji [[Ratu Shalbiah]] (meninggal pada [[30 Oktober]] [[1860]], dimakamkan di Pemakaman Kerajaan di Tenggarong).
# KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Liku Adji [[Ratu Surya Agung]] anak dari [[Adji]] [[Pangeran]] [[Kertajaya]], dimakamkan di Pemakaman Kerajaan di Tenggarong
Baris 86 ⟶ 88:
 
== Keturunan ==
 
Sultan memiliki keturunan 33 orang anak dan 170 orang cucu, termasuk 19 anak laki-laki dan 15 anak perempuan.
 
=== Anak Laki-Laki ===
 
1. '''Adji Muhammad Misbah''' gelar Adji Pangeran Adipati Prabu Anum Surya Adiningrat, kemudian berubah gelar menjadi Sultan [[Aji Muhammad Alimuddin|Adji Muhammad Alimuddin]] yang bertahta sebagai penerus Ayahandanya Sultan [[Aji Muhammad Sulaiman|Adji Muhammad Sulaiman]], Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura (anak kedua dari Adji Ratu Rubia).
# Menikah dengan YM Seri Paduka Baginda Permaisuri Adji Hasanah atau Adji Ratu Limah Binti Adji Pangeran Mangkunegara Bin Sultan Adji Muhammad Sulaiman. Mempunyai anak: