Candi Ngetos: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k pembersihan kosmetika dasar, removed stub tag
Baris 1:
{{unreferencedmore citations needed|date=DesemberFebruari 20132023}}
'''Candi Ngetos''' adalah [[Candi]] [[Hindu]] yang berada di [[Ngetos, Nganjuk|Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]. Candi ini didirikan pada abad ke-15 pada zaman kerajaan [[Majapahit]].
 
Baris 6:
Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan [[Ngetos, Nganjuk|Ngetos]], sekitar 17 kilometer arah selatan kota [[Nganjuk]]. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara [[Kuncir]] dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya [[candi]] ini dibuat pada abad XV (kelimabelas) yaitu pada zaman kerajaan ([[Majapahit]]). Dan menurut perkiraan, candi tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman [[Hayam Wuruk|raja Hayam Wuruk]] dari Majapahit. Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang, sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya.
 
Berdasarkan [[arca]] yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca [[Siwa]] dan arca [[Wisnu]], dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan dengan [[agama]] yang dianut raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu. Menurut seorang ahli ([[Hoepermas]]), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), tetapi bentuk keduanya sama. [[N.J. Krom]] memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi oleh tembok yang berbentuk [[bulat cincin]]. Candi Ngetos mempunyai bilik terletak tepat di tengah denah dasar bangunan. Dasar biliknya lebih rendah daripada dasar ambang pintu. Yang menarik yaitu terdapat relief seperti salib [[Portugal|portugis]]. Sisa tangga ada di sebelah barat, sehingga candi menghadap ke barat.<ref name="Sedyawati, Edi, 1938">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/886882212|title=Candi Indonesia|last=Sedyawati, Edi, 1938-|others=Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,|isbn=9786021766934|edition=Cetakan pertama|location=[Jakarta]|oclc=886882212}}</ref>
Bangunan utama candi tersebut dari [[batu merah]], sehingga akibatnya lebih cepat rusak. Atapnya diperkirakan terbuat dari [[kayu]] (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa dilihat tinggal bagian [[induk candi]] dengan ukuran sebagai berikut:
Baris 25:
Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua [[relung]] kecil yang di atasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada [[belalai makara]]. Namun jika diperhatikan lebih saksama, ternyata suatu bentuk [[spiral]] besar yang diperindah. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya di atasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan [[horisaontal]], melingkari tubuh candi bagian atas.
 
Pada bagian tubuhnya di sebelah timur, selatan, dan utara terdapat relung dengan tinggi 2 m dan lebar 0,65 m dalam keadaan kosong. Di sisi barat tubuh candi terdapat dua relung yang ukurannya lebih kecil daripada ketiga relung itu. Di atas relung-relung tersebut terdapat hiasan kala dan di sisi barat di atas kedua relung yang mengapit pintu masuk ada hiasan yang merupakan kepanjangan dari rambut kepala kala yang berada diatas pintu masuk.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/886882212|title=Candi Indonesia|lastname="Sedyawati, Edi, 1938-|others=Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,|isbn=9786021766934|edition=Cetakan pertama|location=[Jakarta]|oclc=886882212}}<"/ref> Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal dari India, kemudian masuk Indonesia pada Zaman Hindu. Umumnya, di Indonesia motif semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian.
 
== Arca Candi ==
Baris 31:
 
== Cerita Rakyat ==
Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun atas prakarsa raja Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di situ karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah [[Majapahit]] yang menghadap [[Gunung Wilis]], yang seakan-akan disamakan dengan [[Gunung Mahameru]]. Pembuatannya diserahkan pada pamannya [[Ngatas Angin|raja Ngatas Angin]], yaitu [[Raden Condromowo]], yang kemudian bergelar [[Raden Ngabei Selopurwotoo]]. Raja ini mempunyai seorang patih bernama [[Raden Bagus Condrogeni]], yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 &nbsp;km.
 
Diceritakan, bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk yang menjadi Raja di [[Majapahit]]. [[Hayam Wuruk]] semasa hidup sering mengunjungi pamannya dan juga [[Candi Lor]]. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Baris 41:
== Rujukan ==
<references />{{commonscat|Candi Ngetos}}
{{arkeologi-stub}}
 
[[Kategori:Kabupaten Nganjuk]]