Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Dibersihkan secara otomatis Tag: Pengembalian manual |
AlpaMandar (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 1:
=J. Mario Belougi=
'''Jourou Mario Belougi '''(lahir 5 Mei 1975) adalah seorang [[aktivis sosial|pegiat sosial]], [[petani]] dan [[politisi]] Indonesia.
{{Short description|Tokoh pergerakan arus bawah}}
{{Infobox person
| name = J. Mario Belougi
| honorific_prefix =
| image =J. Mario Belougi, em Bolaang Mongondow, Sulawesi do Norte, 2020.jpg
| birth_date = {{birth date and age |1975|5|5|mf=y}}
| image_upright = 0.9
|education = Studi Politik Akar Rumput (Nonformal; 1990-an)
| birth_place = {{nowrap|[[Manado]], [[Sulawesi Utara]]}}
| birth_name =
| residence =
| office =
| yearsactive =
| alma_mater = [[w:en:University National of East Timor|University National of East Timor]] (B.A)
| occupation = Aktivis, Petani, Politisi
|proffession =
| years_active =
| organization =
| party = [[Partai Uni Demokrasi Indonesia]] (1996-1999)
| spouse =
[[Maria|Dorcas L. Coloay]] (Almh)
| children = 3
| partner =
| movement = }}
===Kehidupan awal===
J. Mario Belougi menjalani kehidupan awal di pinggiran [[Kota Manado]], [[Sulawesi Utara]]. Pada tahun 1980, Belougi ikut kerabatnya pindah ke [[Ujung Pandang]], [[Sulawesi Selatan]], di sini awal mula Belougi mengenal [[anak jalanan|kehidupan jalanan]] dan ber[[afiliasi ]] dengan [[akar rumput|komunitas arus bawah]],
===Awal karier===
Belougi mengawali kariernya sebagai pegiat sosia dengan menjadi aktivis jalanan di Kota Ujung Pandang pada awal 1990-an. Ia bersama rekan-tekannya mendirikan komunitas jalanan "Anak Republik" dan menjadikan halaman parkir [[Benteng Rotterdam]] Ujung Pandang sebagai rumah pergerakan. Kehidupan jalanan yang keras membentuk Belougi menjadi sosok yang peduli terhadap [[kesenjangan sosial|isu sosial]] dan [[hak asasi manusia|kemanusiaan]]. Ia ikut dalam gerakan penyelamatan rakyat miskin kota dan perlindungan [[cagar budaya]] tahun 1990, yang kemudian dikenal dengan gerakan "Save Our Makassar". Sejak awal Belougi menunjukkan sikap [[kontra]] terhadap [[oligarki]], Ia berkali-kali ditahan oleh [[penegakan hukum|pihak berwajib]] atas sikapnya menolak [[diskriminasi]] dan [[intimidasi]] terhadap [[kebebasan]] ber[[ekspresi]] dan ber[[argumentasi|pendapat]]. Sosoknya yang inspiratif dan peduli membuat tokoh aktivis Indonesia asal Sulawesi Selatan, [[Zohra Andi Baso]] mendidik Belougi ke dunia [[aktivisme]].
===Solidaritas untuk demokrasi===
Perjalanan karier Belougi banyak terinspirasi dari tokoh-tokoh aktivis seperti Abdul Nasser, [[George Aditjondro]] dan [[Wangari Maathai]]. Pada tahun 1994, George Aditjondro merekomendasi Belougi untuk bergabung dengan sebuah [[lembaga swadaya masyarakat]] di [[Palu]], [[Sulawesi Tengah]], di sini Belougi banyak terlibat [[diskusi]] bersama Studi Politik Akar Rumput (Grassroots Political Studies), sebuah [[pendidikan nonformal|lembaga nonformal]] yang dibangun pegiat sosial di pedalaman Sulawesi pada awal 1990-an untuk mengawal pembangunan [[demokrasi]] dan [[politik]] di daerah tertinggal.
Pada tahun 1995, Belougi gaungkan
[[moral|gerakan moral]] untuk demokrasi (The Moral Movement for Democracy) dalam [[kampanye]] [[konservasi|kedaulatan lingkungan]] dan perlindungan [[masyarakat adat]] dari kejahatan kemanusiaan. Kegiatan yang dimotori Belougi tersebut kemudian berkembang menjadi gerakan progresif yang terorganisir di kalangan rakyat arus bawah dan ikut berperan dalam menolak [[dogma|dogmatisme]] pemerintah yang mengurung kebebasan dan merampas hak-hak dasar rakyat dalam demokrasi dan politik.
Setelah situasi politik mulai bergejolak tahun 1996, Belougi mengakomodir tokoh-tokoh pergerakan arus bawah untuk menyalurkan aspirasi politiknya bersama [[Partai Uni Demokrasi Indonesia]] (PUDI) yang diketuai oleh tokoh pergerakan Dr. [[Sri Bintang Pamungkas]]. Pada masa kampanye [[Pemilu 1997]], untuk kesekian kalinya Belougi ditahan oleh pihak berwajib atas sikap kritisnya terhadap kejahatan politik yang sarat [[rekayasa]] dan membohongi rakyat, hal ini terkait sikap pemerintah yang tidak mengakui keberadaan Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) sebagai [[partai politik]] di Indonesia, menganulir kepemimpinan [[Megawati Soekarno Putri]] sebagai ketua umum [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI) serta mengacaukan kepengurusan DPP [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP). Isu kejahatan politik yang dilancarkan Belougi berdampak pada tingginya angka [[golput]] pada Pemilu 1997 serta menjadi bagian lahirnya pergolakan di berbagai daerah hingga berakhirnya [[otoriter|rezim otoriter]] di Indonesia tahun 1998.
Pada masa pemerintahan Presiden [[B. J. Habibie]], Belougi melakukan aktivisme di pedalaman daerah konflik [[Timor Timur]], Belougi banyak menyoroti masalah demokrasi dan [[hak asasi manusia]], Ia dikabarkan menjadi korban dalam serangan [[Pembantaian Gereja Liquica|Pembantaian Gereja Katolik Liquica]] tahun 1999. Belougi disinyalir memiliki akses data tentang [[teori konspirasi|kejahatan politik]] dan kemanusiaan di Timor Timur yang bakal dipertaruhkan pegiat hak asasi manusia di [[Mahkamah Internasional|Pengadilan Internasional]]. Kantor berita Australia (AAP) dan BBC London menyebut peristiwa Liquica menelan korban jiwa 200 orang lebih dari [[Katolik|Ummat Katolik]].
===Gagasan dan tantangan===
Pada tahun 2000, Belougi bersama Dorcas L. Coloay, Rudolf Oscar Kandou dan Rulie Langoru mendirikan Belougi Center Institute yang fokus terhadap isu sosial dan kemanusiaan terutama lingkungan dan [[pendidikan]]. Pada tahun yang sama Belougi Center menjadi pelopor perawatan [[daftar pulau terluar Indonesia|pulau-pulau terluar]] untuk mendukung kedaulatan lingkungan dan [[pembangunan berkelanjutan]] sebagai bagian dari kampanye "Indonesia Back to Nature". Keberaniannya membongkar [[konspirasi|kejahatan kemanusiaan]] di sejumlah pulau terluar membuat Belougi banyak di[[kriminalisasi]].
Sosok Belougi menjadi [[kontroversi]] setelah namanya dikaitkan sebagai otak pelaku Insiden Pengibaran [[Bendera Filipina]] di [[Pulau Miangas]] tahun 2005, hal ini sebagai bentuk peringatan terhadap pemerintah yang mengabaikan kedaulatan lingkungan, demokrasi dan hak asasi manusia yang berdampak pada [[kesenjangan sosial]] dan [[ekonomi]] rakyat di pulau-pulau terluar, Insiden tersebut menjadi sorotan publik [[internasional]] dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia dengan membangun [[infrastruktur]] dan [[fasilitas umum]] seperti [[bandara]] dan [[pelabuhan]], serta memberi status [[Warga negara|kewarganegaraan]] (WNI) kepada warga di pulau terluar Indonesia.
Melalui pendekatan "Adaptive, Collaborative and Caring" (ACC), Belougi merangkul lembaga lokal yang berbasis di [[desa|pelosok]] sebagai [[fasilitator|pendamping]] dan mendorong semua pihak bekerjasama dengan masyarakat adat dalam mewujudkan pembangunan demokrasi [[multikulturalisme|multikultural]] dan [[desentralisasi]] untuk menciptakan masyarakat [[demokratis]] secara [[multikulturalisme|kultural]] dan [[Teori strukturasi|struktura]]l yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pendiri [[Gerakan Sabuk Hijau]] (The Green Belt Movement) dan penerima [[Nobel Perdamaian]] bidang lingkungan dan politik 2005, Wangari Maathai merekomendasikan gagasan tersebut menjadi bagian dari kampanye internasional dalam [[Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat]] di New York, Amerika Serikat tahun 2007.
===Partisipasi dalam politik===
J. Mario Belougi pertama kali mengenal dunia politik dengan bergabung bersama Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) sejak partai tersebut dideklarasikan oleh tokoh pergerakan Dr. Sri Bintang Pamungkas tahun 1996. Setelah partai tersebut gagal meraih suara pada [[Pemilu 1999]], Belougi menggunakan hak politiknya secara perseorangan.
Setelah dua puluh lima tahun menghilang, Belougi kembali ke dunia politik. Ia bersama Linda Rahman mendaftarkan ikut Pilkada serentak 2024 sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Sulawesi Tengah 2024. Dalam Pilkada tersebut, J. Mario Belougi dan Linda Rahman kalah dari Petahana Rusdi Mastura dan Anwar Hafid.
===Kehidupan pribadi===
J. Maario Belougi menikah dan memiliki dua putri; Wanda Belougi (2002) dan Melani Belougi (2004), serta seorang putra; Ayyas Belougi (2012).
===Kampanye populer===
*''Save Our Makassar (1990)''
*''The Moral Movement for Democracy (1995)''
*''Indonesia Back to Nature (2000)''
===Lihat pula===
*[[Daftar tokoh Indonesia]]
*[[Daftar tokoh Sulawesi Utara]]
|