Tuanku Tambusai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Datuk18 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Jack de Rijke (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 18:
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di [[Kota Kediri|Kediri]] pada tanggal 12 November 1882, beliau oleh masyarakat [[Kota Kediri|Kediri]] dikenal dengan nama Syekh Al Wasil Syamsudin (Mbah Wasil).
 
Karena jasa-jasanya menentang penjajahankolonial [[Hindia Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.<ref>{{Cite web |url=https://ditulis.id/peletakan-prasasti-kepahlawanan-tuanku-tambusai/ |title=Prasasti Kepahlawanan Tuanku Tambusai |access-date=2010-04-16 }}</ref>
 
== Catatan kaki ==