Paha kodok: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
||
Baris 28:
Daging kodok dianggap ''[[haram]]'' (non- ''[[halal]]'') menurut hukum pangan Islam arus utama. Daging kodok dianggap tidak halal, bersama dengan semut, lebah, dan burung laut, karena mereka adalah hewan yang tidak boleh dibunuh oleh [[Muslim]]. Selain itu kodok dianggap sebagai hewan yang hidup di dua alam. Status ''haram'' ini telah menimbulkan kontroversi di [[Demak, Demak|Demak, Indonesia]], di mana ulama mendesak agar pemilik restoran [[swike]] agar tidak mengaitkan swike dengan kota Demak, karena itu akan menodai citra Demak sebagai kota Islam pertama di Jawa. Istilah Swikee Demak pun ditentang oleh sebagian penduduknya, terutama yang mengikuti mahzab Syafi'i yang mengharamkan daging kodok.<ref>{{Cite web |url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/11/03/INA/mbm.19901103.INA19867.id.html |title=Tempo Online Bupati vs Kodok |access-date=2019-08-08 |archive-date=2016-03-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160304000041/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/11/03/INA/mbm.19901103.INA19867.id.html |dead-url=yes }}</ref> Dalam hukum pangan Islam, ada beberapa perdebatan dan perbedaan mengenai masalah konsumsi daging kodok. ''[[Mazhab]]'' Islam arus utama seperti [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]], [[Mazhab Hanafi|Hanafi]], dan [[Mazhab Hambali|Hanbali]] dengan tegas melarang konsumsi kodok. Akan tetapi, menurut mahzab [[Mazhab Maliki|Maliki]], beberapa jenis kodok tertentu boleh dimakan;<ref>{{Cite web|url=http://konsultasisyariah-akhowatkpii.blogspot.com/2005/08/haramkah-kepiting-swike-ikan-hiu.html|title=Konsultasi Syariah - Akhowat KPII: haramkah kepiting, swike & ikan hiu dimakan?|publisher=|access-date=20 April 2019}}</ref> khususnya katak hijau yang biasa ditemukan di sawah. Sementara spesies lain terutama yang memiliki kulit budug dan berbuntil, dianggap beracun dan tidak bersih, sehingga sama sekali tidak boleh dimakan.
Di Eropa [[Abad Pertengahan|abad pertengahan]] dan [[Periode modern awal|awal modern]], daging kodok tidak dianggap sebagai daging. Karena itulah daging kodok dapat dimakan selama puasa Kristen [[Prapaskah]] yang berpantang daging, bersama dengan ikan dan daging burung. Pada [[abad ke-13]], [[Rahib|biarawan]] di [[Lorraine]] tercatat memakan daging kodok selama masa Prapaskah.<ref>{{Cite book|editor-last=Deutsch|editor-last2=Murakhver|editor-first2=Natalya|date=2012|title=They Eat That?: A Cultural Encyclopedia of Weird and Exotic Food from around the World|url=https://books.google.co.uk/books?id=H6pIinfPtnQC&pg=PA74&dq=eating+frogs+in+lent&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiq6rbEwbLZAhVEBMAKHe8-Dm8Q6AEILzAB#v=onepage&q=eating%20frogs%20in%20lent&f=false|location=|publisher=ABC-CLIO|page=74|isbn=978-0313380587}}</ref> Koki Prancis yang terkenal, Grimod de La Reynière, menulis pada awal abad ke-19, bahwa daging kodok disebut sebagai ''Alouettes de Carême''.<ref>{{Cite web|url=https://www.allmychefs.com/ingredients/frogs_458|title=Frogs (fish and seafood)|last=Ducasse|first=Alain|date=|website=www.allmychefs.com|publisher=|access-date=19 February 2018|archive-date=2019-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20190808165432/https://www.allmychefs.com/ingredients/frogs_458|dead-url=yes}}</ref>
== Referensi ==
|