== Sejarah ==
===Awal berdiri dan bersiaran===
Awalnya, Trans7 tidak direncanakan "dilahirkan" dengan nama TV7, melainkan bernama '''Duta Visual Nusantara Televisi''' (disingkat '''DVN TV''') yang izinnya dikeluarkan pada 25 Oktober 1999, bernomor 797/MP/PM/1999, sebagai hasil dari pengumuman seleksi pendirian televisi swasta pada 12 Oktober 1999 oleh Departemen Penerangan bersama 4 televisi swasta nasional lain ([[Trans TV]], [[tvOne|PRTV]], [[GTV (Indonesia)|GIB]] dan [[MetroTV|MTI TV]]).<ref>[https://www.mkri.id/index.php?page=download.Putusan&id=1177 PUTUSAN Nomor 78/PUU-IX/2011]</ref> Televisi baru ini dimiliki oleh H. Sukoyo,<ref>[https://forum.detik.com/showpost.php?p=34930280&postcount=4300 LIMA TEVE SWASTA BARU, BEREBUT IKLAN DAN KAVLING DI UDARA]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=r6nXDwAAQBAJ&pg=PA39&dq=pt+duta+visual+nusantara+tv+DVN+TV&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjKlO2RhqvuAhVizDgGHezkAYEQ6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=pt%20duta%20visual%20nusantara%20tv%20DVN%20TV&f=false Membuka Kejadian Menonjol Media Massa Indonesia Sejak Era Reformasi Sampai 2000 hlm. 38-39]</ref> seorang pengusaha tambak udang dari [[Jawa Timur]] bersama 3 pihak lain,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=qn7ZDwAAQBAJ&pg=PA49&dq=TV7+Kompas&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjrqK3c5qP0AhWRyosBHThxAVAQ6AF6BAgEEAI#v=onepage&q=TV7%20Kompas&f=false Sebaran Kerajaan Cendana di Bisnis Pertelevisian]</ref> yang merupakan rekanannya dalam bisnis ''[[penyeranta|pager]]'' Starpage.<ref name="dtk1">[https://books.google.co.id/books?id=Ub0TAQAAMAAJ&q=sukoyo+STARPAGE&dq=sukoyo+STARPAGE&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjI-ajmzcr0AhVeTWwGHVtFA_0Q6AF6BAgFEAI Tempo, Volume 30,Masalah 12-18]</ref><ref>[https://news.detik.com/berita/d-551555/nasir-tamara-akui-misi-global-tv-berubah-setelah-harry-tanoe-masuk Nasir Tamara Akui Misi Global TV Berubah Setelah Harry Tanoe Masuk]</ref> Namun, kemudian Sukoyo memutuskan untuk menjual izin pendirian televisi miliknya kepada kelompok [[Kompas Gramedia]] sebesar 80%.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=hFZGYmE9d1oC&pg=PA146&dq=DVN+TV+80&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiNi67Hh6vuAhXHZSsKHdnCDRsQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepage&q=DVN%20TV%2080&f=false Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Jaringan di Indonesia, hlm. 146]</ref> Kompas Gramedia tercatat memiliki DVN TV lewat tiga perusahaan miliknya: PT Teletransmedia (48%), PT Transito Tatamedia (38,7%), dan PT Duta Panca Pesona (3,3%). Sementara itu, Sukoyo hanya menguasai sekitar 1% (awalnya 20% sebelum dijual)<ref>[https://books.google.co.id/books?id=WbwTAQAAMAAJ&q=tv7+sukoyo&dq=tv7+sukoyo&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj96pX9oqD0AhW2wTgGHdWbCQgQ6AF6BAgJEAM Tempo, Volume 30,Masalah 25-30]</ref> dan 9% sisanya dipegang oleh dua individu lain (3,5% Yongky Sutanto dan 5,5% Lanny Irawati Lesmana - yang terakhir memiliki hubungan darah dengan Karna Brata Lesmana, pemegang saham mayoritas Starpage).<ref>[https://www.thefreelibrary.com/DESPITE+A+HIGH+MARKET+POTENTIAL%2C+THE+INDUSTRY+OF+PAGER+SERVICES+IS+IN...-a055710188 DESPITE A HIGH MARKET POTENTIAL, THE INDUSTRY OF PAGER SERVICES IS IN A CRISIS.]</ref> Sukoyo yang mendapatkan keuntungan besar dari penjualan ini, kemudian mendirikan sebuah televisi swasta lokal lisensi dari [[Uni Emirat Arab]] di tahun 2005, yaitu [[Spacetoon (Indonesia)|TV Anak Spacetoon]].<ref>[http://www.andreasharsono.net/2006/02/televisi-batavia.html Televisi Batavia]</ref>
Pihak kelompok Kompas Gramedia (KKG) menganggap, pembelian saham DVN TV tersebut merupakan perwujudan dari niat lama mereka terjun ke industri penyiaran televisi. Dimulai pada 1970-an ketika ada isu pemerintah akan mengizinkan pendirian televisi swasta bagi pemilik [[stasiun radio]] swasta, KKG menyambut antusias rencana tersebut dengan mendirikan [[Radio Sonora]], namun kemudian pemerintah membatalkan niatnya. Lalu, pada akhir 1980-an ketika [[RCTI|televisi swasta pertama]] didirikan, keinginan KKG kandas ketika Menteri Penerangan [[Harmoko]] menyebut bahwa keputusan tentang televisi swasta ada di tangan [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soeharto]]. Pada upaya ketiga, ketika pemerintah membuka seleksi pendirian televisi swasta pada 1999, KKG terlambat mempersiapkan diri sehingga seleksi tersebut keburu ditutup sebelum bisa mengikutinya. Akhirnya, dipilihlah jalan pintas, dengan mengakuisisi saham mayoritas DVN TV yang pada saat itu mengalami kesulitan memulai operasionalnya.<ref name="dtk1"/> Nama DVN TV kemudian diganti menjadi '''TV7''' yang didirikan berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai '''PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh'''.<ref>[https://web.archive.org/web/20080416180847/http://www.trans7.co.id/trans7/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=26 Profil Perusahaan]</ref>
Pihak TV7 pada 2001 menargetkan televisi miliknya akan memiliki program 70% hiburan (terutama film Indonesia dan olahraga) ditambah 30% berita. Siarannya direncanakan dimulai pada Oktober di tahun yang sama, dan pada Maret 2002, ditargetkan TV7 sudah bersiaran penuh.<ref name="dtk1"/> Namun, baru pada 25 November 2001 siaran TV7 diluncurkan, dengan wilayah siar awalnya terbatas di [[Jabodetabek]] dan sekitarnya menggunakan kanal 49 [[UHF]], selama 5 jam dari 17:00-22:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]]. Sejak awal, TV7 sudah berusaha "menggebrak" dengan langsung menjadi penyiar [[Liga Utama Inggris]] selama beberapa periode, ditambah acara-acara [[Ramadhan]] di siaran awalnya. Lama siaran TV7 kemudian diperpanjang, hingga pada 7 April 2002 mulai bersiaran resmi<ref name="bookx">[https://www.slideshare.net/AHD/buku-pinter-televisi Buku Pinter Televisi]</ref> dan pada 2003 sudah bersiaran dari 04:30-02:30 WIB (22 jam). Cakupan siarnya kemudian juga diperluas ke beberapa kota, seperti [[Surabaya]] dan [[Surakarta]]. Hingga 2003, karyawan TV7 mencapai 300 orang, dan modal yang digunakan dalam pendiriannya mencapai Rp 200 miliar. Program-programnya berbasis hiburan, dengan sentuhan yang cenderung melokal dan eksploratif, misalnya pada ''[[Jejak Petualang]]''.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=EVm-DwAAQBAJ&pg=PA80&dq=TV7+kompas&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi1-8G4nKb0AhXMGaYKHY0wBN0Q6AF6BAgFEAI#v=onepage&q=TV7%20kompas&f=false Journalism Today]</ref> Walaupun demikian, jalan yang dihadapi TV7 dalam operasionalnya tidak terlalu mulus, karena ''rating'' acaranya tidak terlalu baik.<ref>[https://rinaldo92aldo.wordpress.com/2017/08/20/storyofindonesiantelevision-persaingan-ketat-dalam-pertelevisian/amp/ #StoryofIndonesianTelevision : Persaingan Ketat dalam Pertelevisian]</ref> Bahkan, pada Juli 2003, dilaporkan bahwa TV7 sudah ditawar untuk dijual kepada induk [[SCTV]], PT [[Surya Citra Media]] Tbk karena kesulitan keuangan, walaupun manajemennya membantah rumor ini dan menyatakan hanya kerjasama saja yang terjadi antara keduanya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=cbt1DwAAQBAJ&pg=PA57&dq=Lativi+300+miliar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjXt8Oo6rLuAhVBaCsKHUA8BdUQ6AEwAHoECAUQAg#v=snippet&q=METRO%20TV&f=false Ekonomi Politik Media Penyiaran]</ref><ref>[https://web.archive.org/web/20031229180020/http://www.tv7.co.id/aboutus.asp PROFIL PERUSAHAAN]</ref>
=== TV7 dan Al Jazeera ===
TV7 semakin dikenal masyarakat pada triwulan pertama 2003, setelah merelai siaran [[Al Jazeera]] secara langsung setiap harinya selama invasi Amerika Serikat ke Irak berlangsung melalui tayangan berita bertajuk "Invasi ke Irak". Langkah TV7 ini diikuti oleh [[antv]] yang merelai siaran saluran televisi yang berbasis di Dubai, [[Al Arabiya]] mengenai hal serupa.<ref>{{Cite web |url=http://pelita.or.id/baca.php?id=10643 |title=Wartawan AS Tewas, Arnett Dikontrak "Al-Arabiya" |access-date=2013-12-17 |archive-date=2013-12-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20131217224155/http://pelita.or.id/baca.php?id=10643 |dead-url=yes }}</ref>
Masyarakat Indonesia secara umum menyambut baik langkah TV7 ini, terutama bagi beberapa pihak yang kurang setuju dengan "kebenaran" media Barat.<ref>{{Cite web |url=http://www.suaramerdeka.com/harian/0304/11/nas7.htm |title=Pamor TV7 Ikut Terangkat Berkat Kepopuleran Al Jazeera |access-date=2013-12-17 |archive-date=2015-09-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150924111404/http://www.suaramerdeka.com/harian/0304/11/nas7.htm |dead-url=yes }}</ref> Meski beredar kabar bahwa Presiden Megawati mendesak TV7 agar menghentikan relai siaran [[Al Jazeera]], humas TV7 saat itu, Uni Lubis, membantah kabar itu. Bahkan, Uni menegaskan bahwa relai tetap diteruskan dan gangguan-gangguan dalam relai tersebut terus diatasi.<ref>{{Cite web |url=http://cybernews.cbn.net.id/cbprtl/Cybernews/detail.aspx?x=General&y=Cybernews%7C0%7C0%7C4%7C976 |title=TV7 Bantah Mega Desak Relai Aljazeera Dihentikan |access-date=2013-12-17 |archive-date=2013-12-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20131217093106/http://cybernews.cbn.net.id/cbprtl/Cybernews/detail.aspx?x=General&y=Cybernews%7C0%7C0%7C4%7C976 |dead-url=yes }}</ref>
=== Perubahan kepemilikan dan identitas ===
Meskipun tercatat bisa menaikkan pendapatan iklannya dari Rp 800 miliar pada 2005 menjadi Rp 1,8 T pada 2006,<ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=d4cNAQAAMAAJ&dq=Majalah+Cakram+mencatat+%2C+TV+7+berhasil+mendapatkan+hampir+5+%25+dana+iklan+%28+menjadi+12+%25+atau+Rp+1%2C8+triliun+%29+dibanding+tahun+2005+yang+...&focus=searchwithinvolume&q=cakram Demokrasi dan globalisasi: meretas jalan menuju kejatidirian]</ref> justru di tahun yang sama, tersiar kabar bahwa TV7 akan dijual oleh Kompas Gramedia, karena selama beroperasi, dirasa tidak menguntungkan. Sempat ada rumor yang menyebutkan bahwa jaringan televisi ini akan dijual kepada [[Indosiar]] maupun televisi asing [[STAR TV]], meskipun tidak ada yang terealisasi, kemungkinan karena perbedaan visi.<ref>[http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2006/08/sarang-rajawali-trans-tv-tv7.html SARANG RAJAWALI - TRANS TV & TV7]</ref> Pada akhirnya, pencarian pemilik baru TV7 usai ketika pada tanggal [[4 Agustus]] 2006, [[CT Corp|Para Group]] melalui [[Trans Corp (1996–2013)|PT Para Inti Investindo]] (pemilik [[Trans TV]]) resmi membeli 49% saham PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (yang kemudian meningkat menjadi 55%, seperti yang tercatat dalam buku ''Chairul Tanjung si Anak Singkong'').<ref>[https://books.google.co.id/books?id=YePaDwAAQBAJ&pg=PA30&dq=TV7+Kompas&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjlzOyL6aP0AhWRKqYKHci5CFA4KBDoAXoECAcQAg#v=onepage&q=marathon&f=false Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution]</ref><ref name="dtk">[https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-650060/gramedia-lepas-tv7-ke-trans-tv Gramedia Lepas TV7 ke Trans TV]</ref> [[Jakob Oetama]] sebagai Presiden Direktur Kompas Gramedia juga menyetujui kerja sama dengan Trans TV karena adanya kesamaan kultur yang dipegang oleh kedua belah pihak, yakni adanya kesamaan antara visi dan misinya. Kesamaan tersebut, salah satunya adalah kesepakatan tetap mempertahankan program-program yang mendidik dan informatif.<ref>[http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124630-SK-Kom%20001%202008%20Okk%20D-Deskripsi%20kebijakan-Analisis.pdf Trans Corpora TransTV - Lib.ui.ac.id]</ref> Proses kerja sama pun berlangsung dengan cepat yang diikuti oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada hari yang sama.
[[Berkas:Gedung TransTV.jpg|jmpl|kiri|250px|Kantor [[Trans Media]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].]]
Kemudian, juga diadakan perubahan manajemen dan operasional. Di bidang manajemen, Agung Adiprasetyo yang kemudian juga menjabat sebagai CEO Kompas Gramedia ditunjuk sebagai Komisaris TV7, ditambah masuknya sejumlah personel Trans TV seperti [[Wishnutama]] dalam manajemen TV7. Sedangkan untuk operasional, dilakukan penggabungan kantor dan redaksi (dari Wisma Dharmala Sakti (sekarang Intiland Tower) Sudirman, Palmerah,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=6d%20VAAAAMAAJ&q=TV7+palmerah&dq=TV7+palmerah&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjaocTbrYX1AhXL73MBHeFBCCQQ6AF6BAgIEAM Karya arsitek Indonesia]</ref> serta di Cawang, [[Jakarta Timur]]) serta operasional dan teknisi menjadi bersama Trans TV yang diharapkan mampu menekan biaya operasional yang mencapai Rp 15 miliar per bulan.<ref>Buku ''Chairul Tanjung si Anak Singkong''</ref> Kerjasama keduanya tidak dimaksudkan untuk saling bersaing, karena kedua televisi sudah memiliki segmentasi masing-masing. Dalam sebuah wawancara, [[Chairul Tanjung]] menargetkan bahwa TV7 akan didesain untuk penonton olahraga dan pria, sedangkan Trans TV lebih berfokus ke informasi, edukasi, dan hiburan keluarga seperti sebelumnya.<ref>[http://teguhimawan.blogspot.com/2008_03_23_archive.html Hanya Ada Tiga Penguasa Bisnis TV]</ref> Diharapkan, sinergi bersama Trans TV bisa membantu TV7 meningkatkan ''rating'' dan pendapatan iklannya.<ref name="dtk"/><ref>[https://web.archive.org/web/20070311201450/http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2006/08/04/brk,20060804-81197,id.html Trans TV Kuasai 49 Persen Saham TV7]</ref> Perubahan kepemilikan ini juga ditandai dengan perubahan logo dan nama yang dilakukan pada 15 Desember 2006 (bertepatan dengan ulang tahun [[Trans TV]] yang ke-5) pukul 19:00 WIB. TV7 mengubah logo dan namanya menjadi Trans7, di mana kata "TV" menjadi "Trans" namun namanya tetap menggunakan angka 7.
=== Kesuksesan Trans7 ===
Berbeda dengan saat menjadi TV7, terhitung mulai 2007, keuntungan yang dicapai Trans7 telah memasuki puncaknya. Bahkan, masih menurut buku ''Chairul Tanjung si Anak Singkong'', keuntungan Trans7 mampu mengalahkan Trans TV sebagai saudaranya sendiri. Dan, berkat keuntungannya, Trans7 sempat juga menyewa gedung sendiri selama beberapa waktu meski sudah bergabung dengan Trans TV. Gedung tersebut lokasinya berada di seberang gedung Trans TV, dan merupakan bekas gedung [[Sampoerna]]. Di gedung berlantai lima itu, terdapat studio berita dan beberapa divisi yang memang terpisah dari Trans TV. Namun untuk meja direksi dan komisioner, serta beberapa divisi menetap satu gedung dengan Trans TV karena efisiensi dan juga mobilitas.<ref>[http://detiktrans.blogspot.com/2012/04/gedung-baru-trans7.html Gedung Baru Trans7]</ref> Beberapa program yang pernah cukup berhasil menaikkan pamor Trans7, seperti ''[[Empat Mata]]'', ''[[Opera Van Java]]'', ''[[On the Spot]]'', ''[[Hitam Putih (acara TV)|Hitam Putih]]'', dan ''[[Indonesia Lawak Klub]]''. Sempat juga mendapat hak siar berlisensi dalam ajang [[Piala Dunia FIFA 2018]] bersama [[Trans TV]] dan [[Transvision]] pada 2017.<ref>{{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20171215182106-142-262743/transmedia-jadi-pemegang-hak-siar-piala-dunia-2018 |title=Transmedia Jadi Pemegang Hak Siar Piala Dunia 2018 |publisher=[[CNN Indonesia]] |date=15 Desember 2017 |accessdate=15 Desember 2017|language=Indonesian|first=Putra Permata Tegar |last=Idaman |work=[[CNN Indonesia]] }}</ref>
Pada bulan Agustus 2019, [[Televisi Republik Indonesia|TVRI]] bersama dua [[televisi swasta]] [[nasional]] ([[MetroTV]] dan Trans7) dan [[Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia|Kemenkominfo]] secara resmi meluncurkan siaran [[televisi digital]] untuk wilayah-wilayah perbatasan Indonesia di [[Kabupaten Nunukan]], [[Kalimantan Utara]]. Dengan tujuan agar masyarakat di seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan acara terbaik dan berkualitas yang ditayangkan seluruh TV nasional dan lokal dengan gambar dan suara yang lebih tajam, bersih, dan jernih serta teknologi yang lebih canggih dari [[televisi analog]], tanpa membutuhkan biaya seperti [[televisi berlangganan]] (hanya sekali bayar untuk membeli antena dan dekoder). Yang paling utama dan terpenting masyarakat sudah siap untuk melakukan migrasi (peralihan) TV analog ke digital dalam rangka menghadapi [[Penghentian siaran analog|ASO]] (''Analog Switch Off'') yang akan diberlakukan pemerintah Republik Indonesia dalam waktu dekat ini.<ref>{{Cite web|url=https://www.baktikominfo.id/id/informasi/artikel-media/kemkominfo_resmikan_penyiaran_tv_digital_untuk_perbatasan-927|title=Kemenkominfo|last=|first=|date=2019-09-02|website=|access-date=2019-09-07}}</ref>
== Penjenamaan ==
[[Berkas:TV7.svg|150px|jmpl|kanan|Logo TV7 (25 November 2001 – 15 Desember 2006)]]
|