Pertja Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
 
 
{{italic title}}'''''Pertja Barat''''' terbit pertama di [[Padang]] pada 1890 dengan mengusung jargon "Organ dari Segala Bangsa". Pendirinya adalah Lie Bian Goan. Surat kabar ini dikomandoi oleh [[Dja Endar Moeda|Dja Endar]] sebagai pemimpin redaksi, H.A Gani mengurusi administrasi, dan Dja Endar Boengsoe menjadi ''redacteur'' sekaligus ''Veranwoordelick''. Mereka berkantor di Kantoor administratie [[Kampung Pondok, Padang Barat, Padang|Pondok, Padang]].<ref name=":0">{{Cite book|last=|first=|date=2007|url=https://www.google.co.id/books/edition/Seabad_pers_kebangsaan_1907_2007/docLAQAAMAAJ|title=Seabad Pers kebangsaan, 1907–2007|location=Jakarta|publisher=I:Boekoe|isbn=978-979-1436-02-1|edition=Cet. 1|pages=17–19|others=|oclc=289071007|url-status=live}}</ref> Surat kabar ini berhenti terbit pada 1911.{{sfn|Rahzen|2007|p=17}}
 
Meski terbit di Padang, ''Pertja Barat'' punya agen di beberapa negara, seperti "Agent boeat Nederland Algemeen Exp. B.J. Rubben & Co. Amsterdam-Boeat Frankrikl, Engeland, Belgia en kolonien: John F Jones & Co. Parijs, Rue Du Faubourg Montmartre 31 bis."<ref name=":0" />{{sfn|Rahzen|2007|p=17}}
 
Surat kabar ini terbit tiap Selasa, Kamis, dan Sabtu, kecuali pada hari besar. ''Pertja Barat'' dijual dengan harga langgana satu tahun f8, enam bulan f4, tiga bulan f2, dan satu bulan f0,75.<ref name=":0" />{{sfn|Rahzen|2007|p=17}}
 
Menurut buku ''Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007'', kekuatan surat kabar ini adalah kritik yang tersisip pada tiap-tiap artikel dan beritanya. Kritik ditulis dengan gaya satire dadn menyindir semua yang patut dikritik, mulai dari kebijakan pemerintah, keadaan masyarakat, budaya, dan hal-hal yang jamak dalam hidup sehari-hari.<ref name=":0" />{{sfn|Rahzen|2007|p=17}}
 
Pada Selasa, 27 Juni 1911, misalnya Surat kabar ini dalam edisi Th.XIX No. 751, mengkritik nasib guru atau engku di Padang pada zaman itu yang gajinya kecil dan mengalami kesulitan ekonomi. Padahal, guru pada saat itu merupakan kepanjangan tangan dari Gouvernment. ''Pertja Barat'' mengkritik pemerintahan saat itu yang tidak memberi para guru fasilitas yang layak.<ref name=":0" />{{sfn|Rahzen|2007|p=17}}
 
== Referensi ==