Pasha Ismaya Sukardi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 11:
 
== Kehidupan Awal ==
Pasha Ismaya Sukardi adalah anak pertama dari 3 orang bersaudara, merupakan cucu kandung RH. [[Didi Sukardi]], dari anak kesebelasnya yang bernama Mulyana Sukardi. kakeknya ini adalah salah seorang [[pahlawan nasional Indonesia]] sekaligus seorang politisi yang cerdas di masa perjuangan melawan pendudukan kolonial Belanda [[Kota Sukabumi|i]]. ia juga keponakan [[Edi Sukardi]] seorang tokoh pejuang kemerdekaan pada pertempuran yang sangat bersejarah di [[Pertempuran Bojong Kokosan]] yang berasal dari [[KotaSukabumi Sukabumi]]<nowiki/>di tahun 1945 silam.
 
Ia menjalani masa sekolah dasarnya di kota Tokyo, Jepang. Setelah selesai ia pun kembali pulang ke tanah air Indonesia dan melanjutkan pendidikan menengah dan atas nya di [[Perguruan Cikini]] Jakarta. Kemudian ia melanjutkan studi perguruan tingginya di [[Universitas Otago]] sebuah Kampus milik pemerintah tertua dan berkualitas yang terletak di kota Dunedin, Selandia baru. Disana ia memilih untuk mengambil program Bachelor of Commerce (BCom), Economic and Finance dan kemudian ia meneruskan kuliah di RMIT Australia dengan program Master of Finance (MFin) International Finance. dan selesai di tahun 1999.
Baris 21:
 
== Kiprah Politik Awal ==
Bernaung di bawah payung [[Partai Demokrat]], ia bersama rekan satu partainya [[Ingrid Kansil]] mengamankan tiket ke Senayan setelah berhasil menang dalam pemilihan calon legislatif untuk daerah [[Jawa Barat]] IV (wilayah Kota & Kabupaten [[Sukabumi]] dan sekitarnya) dengan mengantongi perolehan 72.064 suara. Sebuah sejarah pertama kali sebagai partai baru yang berhasil meraih 2 kursi sekaligus dari jatah 6 kursi yang ada saat itu.
 
Pada tahun 2013 -setahun sebelum berakhir masa jabatan sebagai anggota legislatif- ia memutuskan untuk mencalonkan diri kembali sebagai anggota dewan pusat untuk periode 2014-2019. Namun kondisi internal partai demokrat sangat tidak stabil dikarenakan kisruh diterpa isu mega korupsi proyek hambalang dan permasalahan internal struktur partai terkait pencalonan ketua umum partai kala itu pada akhir nya menyebabkan ia gagal untuk melenggang di senayan untuk yang kedua kalinya di pemilu 2014.