Konfrontasi Indonesia–Malaysia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k -> rv pranala wiki
Iamaman234567 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 145:
Pada [[1964]] pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung [[Malaya]]. Di bulan Mei dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasi kegiatan perang terhadap Malaysia ('''Operasi Dwikora'''). Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). [[Kolaga]] dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatra yang terdiri dari 12 [[Batalyon]] TNI-AD, termasuk tiga Batalyon Para dan satu batalyon [[KKO]]. Komando ini sasaran operasinya Semenanjung Malaya dan dipimpin oleh Brigjen [[Kemal Idris]] sebagai Pangkopur-I. Komando Tempur Dua (Kopurda) berkedudukan di [[Bengkayang]], [[Kalimantan Barat]] dan terdiri dari 13 Batalyon yang berasal dari unsur [[KKO]], [[AURI]], dan [[RPKAD]]. Komando ini dipimpin Brigjen [[Soepardjo]] sebagai Pangkopur-II. Komando ketiga adalah Komando Armada Siaga yang terdiri dari unsur [[TNI-AL]] dan juga KKO. Komando ini dilengkapi dengan Brigade Pendarat dan beroperasi di perbatasan [[Riau]] dan [[Kalimantan Timur]].
 
Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di [[Johor]]. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. [[Angkatan Laut Malaysia|Tentera Laut DiRaja Malaysia]] mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu [[Special Air Service]] (SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS)Australa juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).
 
Pada 17 Agustus [[pasukan terjun payung]] mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di [[Labis]], Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di [[Pontian]] di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan [[Resimen Askar Melayu DiRaja]] dan [[Selandia Baru]] dan menumpas juga [[Pasukan Gerak Umum]] [[Kepolisian Kerajaan Malaysia]] di Batu 20, [[Muar]], [[Johor]].