Lie Kim Hok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Typo fixing, replaced: disana → di sana (2), disini → di sini, dimana → di mana (3)
Perbaikan terjemahan
Baris 26:
|children = 4
}}''{{Chinese name|[[Li (marga)|Lie]]}}''
'''Lie Kim Hok''' ({{zh|c=李金福|p='''Lǐ Jīnfú'''}}, {{lahirmati|[[Bogor]], [[Jawa Barat]]|1|11|1853|[[Jakarta|Batavia]]|6|5|1912}}), adalah seorang [[penulisguru]], [[Indonesiapenulis]], perintis Sastra Melayu Tionghoa yakni Masa Rintisan (1875-1895), pada periode ini telah ditulis karya-karya sastra berbahasa Melayu Rendah baik oleh orang-orangdan [[Belandapekerja sosial]] maupunberlatar belakang [[Tionghoa peranakan]] peranakan.yang Namunaktif hasilnyadi masih[[Hindia berupaBelanda]] terjemahandan ataudisebut saduransebagai dari karya-karya"bapak [[sastra]] baratTionghoa atau [[TiongkokMelayu]]. Termasuk dalam periode ini adalah Lie Kim Hok.<ref name="LKH">{{id}} ''100 tahun Kwee Tek Hoay: dari penjaja tekstil sampai ke pendekar pena''. Penyunting Myra Sidharta. Sinar Harapan, 1989, Jakarta. Halaman 90.</ref> Lahir di Buitenzorg (sekarang [[Bogor]]), [[Jawa Barat]], Lie lalu menempuh pendidikan formalnyaformal di sekolah-sekolah misionaris, dansehingga pada dekade 1870-an, ia dapattelah fasih untuk berbicara dalam bahasa [[bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa dagang dan kreol Melayu|Melayu]], dan [[bahasa Belanda|Belanda]], meskipuntetapi ia takbelum dapat memahami [[bahasa Mandarin]]. Pada pertengahan dekade 1870-an, iaLie menikah dan mulai bekerja sebagai penyuntingeditor selamadi dua periodemajalah yang dipublikasikanditerbitkan oleh gurunyaguru dan mentornya, yakni [[D. J. van der Linden]]. Pada tahun 1880, Lie meninggalkanberhenti posisidari pekerjaan tersebut, padadan 1880.setahun Istrinyakemudian, wafatistrinya padameninggal. Pada tahun berikutnya.1884, Lie menerbitkan buku-buku pertamanya, termasuk yang diklaim sebagai [[syair]] ''[[Sair Tjerita Siti Akbari]]'' dan buku tata bahasa ''[[Malajoe Batawi]]'', pada 1884. KetikaSetelah van der Linden wafatmeninggal pada tahun berikutnya1885, Lie barumembeli mencetakperusahaan suratpercetakan kabarmilik tersebutvan der Linden dan membukamendirikan perusahaannya sendiri.
 
Selama duaMulai tahun 1885 hingga 1887, Lie pun menerbitkan sejumlah buku, termasuk ''[[Tjhit Liap Seng]]'', yang dianggap sebagai novel Melayu Tionghoa Melayu pertama. Ia juga mendapatkanmengakuisisi hak pencetakan untuk mencetak ''[[Pembrita Betawi]]'', sebuah surat kabar yang bermarkasberbasis di Batavia, dansehingga berpindahia pindah ke kota tersebut. Setelah menjual percetakanperusahaan surat kabarnyapercetakannya pada tahun 1887, selamaLie tigabekerja tahun penulis tersebut mengambildi berbagai pekerjaanbidang sampaihingga iaakhirnya menemukan pekerjaan tetap pada tahun 1890 di sebuah penggilingan beras yang dioperasikan oleh seorang temannya. Pada tahun berikutnya1891, iaLie menikahi [[Tan Sioe Nio,]] keduanyadan kemudian memilikidikaruniai empat orang anak. Pada dekade 1890-an, Lie menerbitkan dua buku pada 1890-an, dan, pada tahun 1900, iaLie menjadi anggota pendiri sebuah organisasi Tionghoa yang bernamadari [[Tiong Hoa Hwe Koan]], yang(THHK). iaLie lalu keluar dari tinggalkanTHHK pada tahun 1904. Lie berfokuskemudian padafokus melakukan penerjemahan dan karyakerja sosial padahingga sisa-sisaakhirnya hidupnya, sampai kematiannyameninggal karenaakibat [[tifus]] pada usia&nbsp; 58 tahun.
 
Lie dianggap mempengaruhimemberikan pengaruh pada jurnalisme, linguistik, anddan sastra di koloniHindia tersebut. Menurut sarjana Malaysia [[Ahmad Adam]]Belanda, iaserta paling diingatdikenal karenaberkat karya-karya sastranya.{{sfn|Adam|1995|pp=64–66}} BeberapaSejumlah tulisannya juga telah dicetak beberapa kali, dan. ''Sair Tjerita Siti Akbari'' diadapsibahkan telah diadaptasi menjadi drama panggung dan [[Siti Akbari|film layar lebar]]. Namun, sebagai hasil dariakibat [[politik bahasa]] di Hindia Belanda dan Indonesia saat merdeka, karya-karyanya digabungkanmenjadi terpinggirkan. KetikaSaat beberapasejumlah tulisannya yang terungkap sebagai adaptasi dari karya yang telah ada tanpa disebutkanmenyebutkan namanyanama penulis aslinya, Lie dikritikpun mendapat kritik karena karyanya tidak asli. Walaupun begitu, Kritikuskritikus lainnyalain menemukan bukti adanya inovasi dalam gaya penulisan dan penanganan alurnya.
 
Lie dianggap mempengaruhi jurnalisme, linguistik, and sastra di koloni tersebut. Menurut sarjana Malaysia [[Ahmad Adam]], ia paling diingat karena karya-karya sastranya.{{sfn|Adam|1995|pp=64–66}} Beberapa tulisannya telah dicetak beberapa kali, dan ''Sair Tjerita Siti Akbari'' diadapsi menjadi drama panggung dan [[Siti Akbari|film layar lebar]]. Namun, sebagai hasil dari [[politik bahasa]] di Hindia Belanda dan Indonesia saat merdeka, karya-karyanya digabungkan. Ketika beberapa tulisannya yang terungkap sebagai adaptasi karya yang ada tanpa disebutkan namanya, Lie dikritik karena karyanya tidak asli. Walaupun begitu, Kritikus lainnya menemukan bukti inovasi dalam gaya penulisan dan penanganan alurnya.
 
<!--==Ikhtisar==