Fatahillah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbaikan Pranala Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 28:
| spouse =
|era=[[Penyebaran Islam di Nusantara]], [[Kolonialisme Portugis di Indonesia]]|predecessor1=[[Sunan Gunung Jati]]|successor1=[[Panembahan Ratu I]]|office1=[[Kesultanan Cirebon|
'''Fatahillah''', '''Fadhillah Khan''', atau '''Falatehan''' (ejaan orang [[Portugis]])<ref>{{Cite book |last=Wain |first=Alexander |title=Islamisation: Comparative Perspectives from History |editor-last=Peacock |editor-first=A. C. S. |publisher=Edinburgh University Press |year=2017 |location=Edinburgh |pages=419–443 |chapter=China and the Rise of Islam on Java}}</ref>{{rp|433}} adalah laksamana [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] dan tokoh penyebar Islam yang dikenal karena memimpin
Nama ''Falatehan'' pertama kali disebutkan oleh [[João de Barros]] dalam seri bukunya yang berjudul ''Décadas da Ásia'' (Dekade-dekade dari Asia). Ia melaporkan bahwa salah satu kapal [[brigantin]] armada {{Interlanguage link|Duarte Coelho|en}} yang terdampar di Sunda Kelapa, telah diserang oleh pasukan
== Latar belakang ==
Barros mencatat bahwa Fatahillah berasal dari [[Pasai]], [[Aceh Utara]], yang kemudian pergi meninggalkan Pasai ketika daerah tersebut dikuasai Portugis. Fatahillah pergi ke [[Mekkah]] untuk mempelajari agama Islam, dan setelah dua atau tiga tahun lalu kembali ke Pasai. Karena masih diduduki oleh Portugal, Fatahillah melanjutkan perjalanannya ke [[Jawa|Pulau Jawa]], ke [[Jepara]], dan mengabdikan diri kepada sultan Demak di sana. Merasa puas atas pengabdiannya, Raja memberikan seorang adiknya kepada Fatahillah untuk diperistri.{{Sfn|Barros|1777|p=86}} [[H. J. de Graaf|Graaf]] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Pigeaud]] menganggap bahwa raja Jepara yang dimaksud adalah Raja [[Demak]] ketika itu, [[Sultan Trenggana]].<ref name=graaf/>{{rp|112-3}}
Setelah
== Hubungannya dengan Sunan Gunung Jati ==
Sejarawan seperti [[Hussein Jayadiningrat|Hoesein Djajadiningrat]],<ref>{{Cite book|last=Djajadiningrat|first=Hoesein|date=1983|url=|title=Tinjauan kritis tentang sejarah Banten|location=Jakarta|publisher=Djambatan|isbn=|pages=|others=(Terjemahan disertasi dari ''Critische bischorwing van de sadjarah Banten'')|url-status=live}}</ref> [[H. J. de Graaf|H.J. de Graaf]] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Th.G.Th. Pigeaud]],<ref name="graaf">{{Cite journal|last=De Graaf|first=H. J.|last2=Pigeaud|first2=Theodoor Gautier Thomas|date=1974|title=De eerste moslimse vorstendommen op Java: Studiën over de staatkundige geschiedenis van de 15de en 16de eeuw on JSTOR|url=https://www.jstor.org/stable/10.1163/j.ctvbqs7vc|journal=JSTOR|language=en|volume=|issue=|pages=|doi=10.1163/j.ctvbqs7vc}}</ref>{{rp|111-13,}}<ref>{{Cite book|last=De Graaf|first=H. J.|date=1976|url=https://brill.com/view/title/23395|title=Islamic States in Java 1500-1700: Eight Dutch Books and Articles by Dr. H.J. de Graaf|location=|publisher=Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (dalam Brill)|isbn=978-90-04-28700-6|pages=|language=en|url-status=live}}</ref>{{rp|11}}, [[Slamet Muljana]],<ref>{{Cite book|last=Muljana|first=Slamet|date=2005|url=|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|location=Yogyakarta|publisher=LKIS Yogyakarta|isbn=9798451163|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|101-2, 223-34}} dan Adolf Heuken<ref>{{Cite book|last=Heuken|first=Adolf|date=2000|url=|title=Sumber-sumber asli sejarah Jakarta dokumen-dokumen sejarah Jakarta dari kedatangan kapal pertama Belanda sampai dengan tahun 1619|location=Cipta Loka Caraka|publisher=Jakarta|isbn=|volume=III|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|96-7}} berpendapat bahwa Fatahillah dan mertuanya [[Sunan Gunung Jati]] adalah orang yang sama. Setelah mengabdikan diri ke [[Kesultanan Demak|Demak]], pada sekitar 1524–1525 Fatahillah dengan sokongan sekitar 1500 prajurit menyerbu dan mengalahkan [[Banten]], pelabuhan penting
Sedangkan Fatahillah adalah seorang Panglima Pasai, bernama Fadhlulah Khan. Ketika Pasai dan Malaka direbut Portugis, ia hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan Banten) setelah gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus ([[Pati Unus]], menantu Raden Patah Sultan Demak pertama).
Baris 75:
== Penghargaan ==
Untuk menghormati jasa-jasa<!--beliau-->nya dalam mempertahankan [[Sunda Kelapa]] dari cengkraman Portugis, Pemerintah Republik Indonesia menjadikan <!--beliau-->ia sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.{{fact}}
* [[Masjid Fatahillah]]
|