Fatahillah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
k Perbaikan Pranala
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 28:
| spouse =
 
|era=[[Penyebaran Islam di Nusantara]], [[Kolonialisme Portugis di Indonesia]]|predecessor1=[[Sunan Gunung Jati]]|successor1=[[Panembahan Ratu I]]|office1=[[Kesultanan Cirebon|SultanWali Cirebon]] ke-21|term_start1=1568|term_end1=1570}}
 
'''Fatahillah''', '''Fadhillah Khan''', atau '''Falatehan''' (ejaan orang [[Portugis]])<ref>{{Cite book |last=Wain |first=Alexander |title=Islamisation: Comparative Perspectives from History |editor-last=Peacock |editor-first=A. C. S. |publisher=Edinburgh University Press |year=2017 |location=Edinburgh |pages=419–443 |chapter=China and the Rise of Islam on Java}}</ref>{{rp|433}} adalah laksamana [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] dan tokoh penyebar Islam yang dikenal karena memimpin penjajahanpenaklukan [[Sunda Kelapa]] pada tahun 1527 dan mengganti namanya menjadi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta#Jayakarta (1527–1619)|Jayakarta]]. Penaklukkan ini adalah salah satu misinya untuk menyebarkan Islam ke wilayah [[Kerajaan Sunda]] di [[Jawa Barat]] dan mencegah bangsa [[Imperium Portugal|Portugis]] membentuk benteng disana.{{sfn|Kotapradja Djakarta Raya|1953|p=491}}
 
Nama ''Falatehan'' pertama kali disebutkan oleh [[João de Barros]] dalam seri bukunya yang berjudul ''Décadas da Ásia'' (Dekade-dekade dari Asia). Ia melaporkan bahwa salah satu kapal [[brigantin]] armada {{Interlanguage link|Duarte Coelho|en}} yang terdampar di Sunda Kelapa, telah diserang oleh pasukan Muslimmuslim di bawah pimpinan Fatahillah dan membunuh semua laskar Portugis di kapal tersebut.{{Sfn|Barros|1777|p=85}}
 
== Latar belakang ==
Barros mencatat bahwa Fatahillah berasal dari [[Pasai]], [[Aceh Utara]], yang kemudian pergi meninggalkan Pasai ketika daerah tersebut dikuasai Portugis. Fatahillah pergi ke [[Mekkah]] untuk mempelajari agama Islam, dan setelah dua atau tiga tahun lalu kembali ke Pasai. Karena masih diduduki oleh Portugal, Fatahillah melanjutkan perjalanannya ke [[Jawa|Pulau Jawa]], ke [[Jepara]], dan mengabdikan diri kepada sultan Demak di sana. Merasa puas atas pengabdiannya, Raja memberikan seorang adiknya kepada Fatahillah untuk diperistri.{{Sfn|Barros|1777|p=86}} [[H. J. de Graaf|Graaf]] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Pigeaud]] menganggap bahwa raja Jepara yang dimaksud adalah Raja [[Demak]] ketika itu, [[Sultan Trenggana]].<ref name=graaf/>{{rp|112-3}}
 
Setelah itumengabdi pada Sultan Trenggana, Fatahillah lalu berangkat ke [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] untuk mempersiapkan angkatan laut Demak dalam perang melawan kerajaan Sunda yang saat itu dipimpin prabu [[Surawisesa]]. Selama di Cirebon, ia menikah dengan putri [[Sunan Gunung Jati]] bernama Ratu Ayu.<ref>{{Cite book|last=Adhim|first=Alik al|date=2016-06-18|url=https://books.google.com/books?id=tPnrDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA60&dq=Fatahillah+menantu+%22Sunan+Gunung+Jati%22&hl=en|title=Sunan Gunung Jati-Peletak dasar kerajaan Islam di Jawa|publisher=JPBOOKS|isbn=978-602-206-205-9|language=id}}</ref> Ia juga mengemban peran untuk mengislamkan daerah pesisir utara seperti [[Banten]], dan diberi dukungan 2.000 orang prajurit dan pembantu oleh Rajasultan. Dengan dukungan pasukan Muslimmuslim itulah Fatahillah menaklukkan pelabuhan Sunda (Kalapa dan Banten).{{Sfn|Barros|1777|p=86,87}} [[Adolf Heuken]] berpendapat bahwa peristiwa terdamparnya armada Duarte Coelho di pantai Kalapa terjadi pada akhir November 1526,<ref>{{aut|[[Adolf Heuken|Heuken, A.]]}} (1999). ''Sumber-sumber asli sejarah Jakarta'', Jilid '''I'''. Jakarta: Cipta Loka Caraka</ref>{{rp|66, 76}} jadi penaklukan Fatahillah atas Kalapa mungkin terjadi pada pertengahan bulan November itu.
== Hubungannya dengan Sunan Gunung Jati ==
Sejarawan seperti [[Hussein Jayadiningrat|Hoesein Djajadiningrat]],<ref>{{Cite book|last=Djajadiningrat|first=Hoesein|date=1983|url=|title=Tinjauan kritis tentang sejarah Banten|location=Jakarta|publisher=Djambatan|isbn=|pages=|others=(Terjemahan disertasi dari ''Critische bischorwing van de sadjarah Banten'')|url-status=live}}</ref> [[H. J. de Graaf|H.J. de Graaf]] dan [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Th.G.Th. Pigeaud]],<ref name="graaf">{{Cite journal|last=De Graaf|first=H. J.|last2=Pigeaud|first2=Theodoor Gautier Thomas|date=1974|title=De eerste moslimse vorstendommen op Java: Studiën over de staatkundige geschiedenis van de 15de en 16de eeuw on JSTOR|url=https://www.jstor.org/stable/10.1163/j.ctvbqs7vc|journal=JSTOR|language=en|volume=|issue=|pages=|doi=10.1163/j.ctvbqs7vc}}</ref>{{rp|111-13,}}<ref>{{Cite book|last=De Graaf|first=H. J.|date=1976|url=https://brill.com/view/title/23395|title=Islamic States in Java 1500-1700: Eight Dutch Books and Articles by Dr. H.J. de Graaf|location=|publisher=Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (dalam Brill)|isbn=978-90-04-28700-6|pages=|language=en|url-status=live}}</ref>{{rp|11}}, [[Slamet Muljana]],<ref>{{Cite book|last=Muljana|first=Slamet|date=2005|url=|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|location=Yogyakarta|publisher=LKIS Yogyakarta|isbn=9798451163|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|101-2, 223-34}} dan Adolf Heuken<ref>{{Cite book|last=Heuken|first=Adolf|date=2000|url=|title=Sumber-sumber asli sejarah Jakarta dokumen-dokumen sejarah Jakarta dari kedatangan kapal pertama Belanda sampai dengan tahun 1619|location=Cipta Loka Caraka|publisher=Jakarta|isbn=|volume=III|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|96-7}} berpendapat bahwa Fatahillah dan mertuanya [[Sunan Gunung Jati]] adalah orang yang sama. Setelah mengabdikan diri ke [[Kesultanan Demak|Demak]], pada sekitar 1524–1525 Fatahillah dengan sokongan sekitar 1500 prajurit menyerbu dan mengalahkan [[Banten]], pelabuhan penting [[Kerajaan Sunda Galuh|Kerajaan Sunda]] yang beragama Hindu, serta menguasainya sebagai raja bawahan Sultan Demak. Tahun-tahun berikutnya (1526–1527) Fatahillah menyerang dan menundukkan Sunda Kalapa, serta mengusirmencegah tentara Portugis yang hendak mendirikan benteng di wilayah Sunda. Setelah berkuasa hampir 30 tahun, pada sekitar 1552 Fatahillah meninggalkan Banten menuju [[Cirebon]]; dan menyerahkan kekuasaannya atas Banten kepada puteranya, [[Maulana Hasanuddin]]. Fatahillah kemudian tinggal sebagai penguasa dan pemuka agama di Cirebon sampai dengan wafatnya, hingga kelak dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.<ref name=graaf/>{{rp|111-15}}
 
Sedangkan Fatahillah adalah seorang Panglima Pasai, bernama Fadhlulah Khan. Ketika Pasai dan Malaka direbut Portugis, ia hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan Banten) setelah gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus ([[Pati Unus]], menantu Raden Patah Sultan Demak pertama).
Baris 75:
 
== Penghargaan ==
Untuk menghormati jasa-jasa<!--beliau-->nya dalam mempertahankan [[Sunda Kelapa]] dari cengkraman Portugis, Pemerintah Republik Indonesia menjadikan <!--beliau-->ia sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.{{fact}}
 
* [[Masjid Fatahillah]]