Khidr: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 58:
Dalam tradisi [[Sufi|Sufisme Tasawuf]], Khiḍr menempati posisi terhormat sebagai sosok yang mendapat penerangan langsung dari Tuhan tanpa perantaraan manusia. Dia dianggap masih hidup dan banyak tokoh, syekh, dan pemimpin terkemuka dalam komunitas sufi yang dihormati mengklaim pernah bertemu secara pribadi dengannya. Contoh orang-orang yang mengklaim ini adalah [[Abdul Qadir Gilani]], [[an-Nawawi]], [[Ibnu Arabi]], [[Sidi Abdul Aziz ad-Dabbagh]] dan [[Ahmad bin Idris al-Fasi]]. ''Lata'if al-Minan'' (1:84-98) karya [[Ibnu Ata Allah]] menyatakan bahwa ada konsensus di antara para sufi bahwa Khidr itu hidup.
 
Ada juga beberapa tarekat sufi yang mengaku berasal dari al-Khiḍr atau bahwa Khiḍr adalah bagian dari mata rantai spiritual mereka, antara lain Tarekat [[Naqsybandi Haqqani ]], [[Muhammadiyah]], [[Idrisiyyah]] dan [[Senussi]]. Dia adalah inisiator tersembunyi bagi para Sufi [[Uwaisi]], yang memasuki jalan mistik tanpa diprakarsai oleh guru yang hidup, melainkan mengikuti cahaya penuntun dari para guru sebelumnya. Dalam sistem kepercayaan mereka, sistem ini diprakarsai oleh Khidr. Khiḍr dengan demikian melambangkan akses ke misteri ilahi ([[ghaib]]) itu sendiri, dan dalam tulisan-tulisan Abd al-Karim al-Jili, Khiḍr mengatur 'Orang-orang Gaib' (''rijalu'l-ghaib''). Khiḍr juga termasuk di antara apa yang dalam tasawuf klasik disebut dengan ''abdāl'' ('mereka yang bergiliran'). Dalam hirarki sufi, ''abdāl'' adalah tingkatan misterius dimana al-Khiḍr adalah kepala spiritualnya.
 
Teolog sufi asal [[Sri Lanka]], [[Bawa Muhaiyaddeen]] juga memberikan catatan unik tentang Khiḍr. Khiḍr sedang dalam pencarian panjang akan Tuhan, sampai Tuhan mengirimkan Malaikat Jibril untuk membimbingnya. Jibril menampakkan diri kepada Khiḍr sebagai orang bijak yang bijaksana, dan Khidr menerimanya sebagai gurunya. Jibril banyak mengajarkan Khidr dengan cara yang sama seperti yang kemudian diajarkan Khidr kepada Musa dalam al-Qur'an, dengan melakukan tindakan yang tampaknya tidak adil. Khidr berulang kali melanggar sumpahnya untuk tidak menentang tindakan Jibril, dan masih tidak menyadari bahwa guru manusia sebenarnya adalah Jibril. Jibril kemudian menjelaskan tindakannya, dan mengungkapkan wujud aslinya sebagai malaikat kepada Khidr. Khiḍr mengakuinya sebagai Malaikat Jibril, dan kemudian Jibril menganugerahkan gelar spiritual kepada Khidr, dengan memanggilnya ''Hayat an-Nabi'', Nabi Kehidupan Abadi.