Simanjuntak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gaung Tebono (bicara | kontrib)
k →‎Kekerabatan: perbaikan kosmetika dasar
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 88:
Keturunan Raja Marsundung memiliki hubungan erat dengan marga-marga keturunan [[Tuan Somanimbil]] lainnya; ketiga marga tersebut ([[Siahaan]], Simanjuntak, dan [[Hutagaol]]) memegang teguh ikatan persaudaraan untuk tidak menikah antar satu dengan yang lain. Dikarenakan Raja Marsundung (Simanjuntak) merupakan anak kedua dari Tuan Somanimbil, maka seluruh marga Simanjuntak dianggap lebih muda oleh marga [[Siahaan]], dan juga dituakan oleh marga [[Hutagaol]]. Oleh sebab itu setiap keturunan dari marga Simanjuntak harus memanggil abang/kakak ketika bertemu dengan marga Siahaan dan memanggil adik ketika bertemu dengan marga Hutagaol tanpa memperhatikan usia.
 
Raja Marsundung menikah dengan [[Hasibuan|Taripar Laut br.boru Hasibuan]] dan [[Sihotang|Sobosihon br.boru Sihotang]], oleh sebab itu ''Hulahula (mataniari binsar)'' dari marga Simanjuntak turunan Parsuratan adalah marga [[Hasibuan]], sedang bagi Marga Simanjuntak turunan Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu adalah marga [[Sihotang]].
 
Raja Marsundung menikah dengan [[Hasibuan|Taripar Laut br.boru Hasibuan]], lalu melahirkan dua orang anak yakni Parsuratan dan Siboru Pareme. Raja Marsundung lalu menikah lagi ke [[Sihotang|Sobosihon br.boru Sihotang]] karena istrinya yang pertama meninggal. Lalu melahirkanlah si boru Sihotang tersebut lima anak: Mardaup, Sitombuk, Hutabulu, Siboru Hagohan Naindo, dan Siboru Naompon. Tulangnya si Parsuratan melihat bahwa si Parsuratan tidak diperlakukan sama oleh si boru Sihotang, maka dibawanyalah si Parsuratan oleh Tulangnya ke tempat Tulangnya. Si boru Sihotang berkata ke Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu supaya jangan pernah mau bergabung dengan Parsuratan. Hal ini menyebabkan munculnya istilah ''Simanjuntak Parjolo'' (Parsuratan) dan ''Simanjuntak Parpudi'' (Mardaup, Sitombuk, Hutabulu), terdapat juga masalah tentang kerbau (''horbo jolo'' dan ''horbo pudi''). Perkumpulan Parsuratan dinamakan Persatuan Parsuratan, sedangkan perkumpulan Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu ini dinamakan ''Persatuan Simanjuntak Sitolu Sada Ina'' (PSSSI).
 
Sampai sekarang, perkataan [[Sihotang|si boru Sihotang]] masih dikatakan dari generasi ke generasi Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu. Tetapi sekarang sudah ada beberapa Simanjuntak Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu yang tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena mau bagaimanapun, Parsuratan, Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu tetaplah saudara kandung yang tidak bisa dipisahkan.