Raden Patah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbaikan Data & Tabel Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
k Penataan Data & Penghapusan informasi yg tidak disertai rujukan bukti otentik Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 35:
}}
|predecessor=[[Maulana Ahmad Jumadil Qubro]]|successor=[[Trenggana]]|office1=Sultan Demak ke-1|term_start1=1478|term_end1=1518|predecessor1=Jabatan Baru|successor1=[[Pati Unus]]|title=|region=}}
== Nama & Gelar ==▼
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}▼
=== Nama ===
Nama Raden Fatah memiliki banyak nama, diantaranya '''Praba''' atau '''Raden Bagus Kasan (Hasan)''', yang memiliki nama Tionghoa '''Jin Bun''' ([[Hanzi Tradisional|Hanzi]]: {{lang|zh-hans|靳文}}, [[Pinyin]]: ''Jìn Wén'') sehingga disebut juga '''Senapati Jimbun'''<ref>menurut [[Babad Tanah Jawi]]</ref> atau '''[[Panembahan]] Jimbun''',<ref>menurut [[Serat Kanda]]</ref> bergelar '''Sultan Shah Alam Akbar al-Fatah''' (1455–1518).
Nama Patah sendiri berasal dari kata ''al-Fatah'', yang artinya "Sang Pembuka", karena ia memang pembuka kerajaan [[Islam]] pertama di [[pulau Jawa]].▼
Menurut [[kronik Tiongkok]] dari [[Kuil Sam Po Kong]] [[Semarang]], ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&hl=id&pg=PA89#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9798451163|pages=89}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref>
▲== Nama ==
▲{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
=== Gelar ===
▲Nama Raden Fatah memiliki banyak nama, diantaranya '''Praba''' atau '''Raden Bagus Kasan (Hasan)''', yang memiliki nama Tionghoa '''Jin Bun''' ([[Hanzi Tradisional|Hanzi]]: {{lang|zh-hans|靳文}}, [[Pinyin]]: ''Jìn Wén'') sehingga disebut juga '''Senapati Jimbun'''<ref>menurut [[Babad Tanah Jawi]]</ref> atau '''[[Panembahan]] Jimbun''',<ref>menurut [[Serat Kanda]]</ref> bergelar '''Sultan Shah Alam Akbar al-Fatah''' (1455–1518). Menurut [[kronik Tiongkok]] dari [[Kuil Sam Po Kong]] [[Semarang]], ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&hl=id&pg=PA89#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=9798451163|pages=89}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref>
== Asal usul ==
Terdapat berbagai versi tentang asal usul pendiri
Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'', Raden Patah diduga adalah putra [[Brawijaya V]] raja terakhir [[Majapahit]] (versi ''babad'') dari seorang selir [[Tionghoa]]. Selir Tionghoa ini putri dari Kyai Batong (alias Tan Go Hwat). Karena [[Ratu Dwarawati]] sang permaisuri yang berasal dari [[Campa]] merasa cemburu, [[Bhre Kertabhumi]] terpaksa memberikan [[selir]] Tiongkok kepada adipatinya di [[Palembang]], yaitu [[Arya Damar]]. Setelah melahirkan Raden Patah, putri Tionghoa dinikahi [[Arya Damar]] (alias Swan Liong), melahirkan [[Raden Kusen]] (alias Kin San).
Baris 150 ⟶ 84:
== Pemerintahan ==
▲Apakah Raden Patah pernah menyerang [[Majapahit]] atau tidak, dia diceritakan sebagai raja pertama Demak. Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'', ia bergelar '''Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama''', sedangkan menurut ''Serat Pranitiradya'', bergelar '''Sultan Syah Alam Akbar''', dan dalam [[Hikayat Banjar]] disebut '''Sultan Surya Alam'''.
▲Nama Patah sendiri berasal dari kata ''al-Fatah'', yang artinya "Sang Pembuka", karena ia memang pembuka kerajaan [[Islam]] pertama di [[pulau Jawa]].
Pada tahun 1479 ia meresmikan [[Masjid Agung Demak]] sebagi pusat pemerintahan. Ia juga memperkenalkan pemakaian ''Salokantara'' sebagai kitab undang-undang kerajaan. Kepada umat beragama lain, sikap Raden Patah sangat toleran. [[Kuil Sam Po Kong]] di [[Semarang]] tidak dipaksa kembali menjadi [[masjid]], sebagaimana dulu saat didirikan oleh Laksamana [[Cheng Ho]] yang beragama [[Islam]].
Baris 163 ⟶ 92:
Tokoh [[Pate Unus]] ini identik dengan Yat Sun dalam [[kronik Tiongkok]] yang diberitakan menyerang bangsa asing di Moa-lok-sa tahun 1512. Perbedaannya ialah, [[Pate Unus]] adalah menantu Pate Rodin, sedangkan Yat Sun adalah putra Jin Bun. Kedua berita, baik dari sumber [[Portugis]] ataupun sumber [[Tiongkok]], sama-sama menyebutkan armada [[Demak]] hancur dalam pertempuran ini.
* '''Silsilah dari Ibu ([[Siu Ban Ci]]):''' Raden Fatah anak [[Siu Ban Ci]] bin [[Tan Go Wat|Syekh Bentong]] bin [[Qurotul Ain|Syarif Hasanuddin Quro]] bin Syekh Muhammad Yusuf As-Sidiq bin [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Syekh Jamaluddin Akbar al-Husain]].
Menurut naskah ''babad'' dan ''serat'', Raden Patah memiliki tiga orang istri. Yang pertama adalah Syarifah Asyiqah yang merupakan putri bungsu [[Sunan Ampel]] melahirkan [[Pati Unus]] dan [[Sultan Trenggana]].
Istri kedua ialah Solekha melahirkan Raden Kikin alias Surowiyoto, Ratu Mas Nyawa, Ratu Pembayun dan Dewi Ratih.
▲Menurut naskah ''babad'' dan ''serat'', Raden Patah memiliki tiga orang istri. Yang pertama adalah Syarifah Asyiqah yang merupakan putri bungsu [[Sunan Ampel]] melahirkan [[Pati Unus]] dan [[Sultan Trenggana]]. istri kedua ialah Solekha melahirkan Raden Kikin alias Surowiyoto dan Ratu Mas Nyawa.Ratu Pembayun dan Dewi Ratih.
Istri yang ketiga seorang putri dari Randu Sanga, melahirkan Raden Kanduruwan. Raden Kanduruwan ini pada masa pemerintahan [[Sultan Trenggana]] berjasa menaklukkan [[Sumenep]].
Ketika [[Pangeran Sabrang Lor]] meninggal tahun 1521, Putra Mahkota Pangeran Surowiyoto dan adik ipar dari Pati Unus Raden Trenggana bersaing memperebutkan takhta. Pangeran Surowiyoto alias Raden Kikin akhirnya mati dibunuh putra sulung Raden Trenggana yang bernama Raden Mukmin alias [[Sunan Prawata]], di tepi sungai Lasem. Oleh karena itu, Raden Kikin pun dijuluki Pangeran Sekar Seda ing Lepen, artinya ''bunga yang gugur di sungai''. [[Kronik Tiongkok]] hanya menyebutkan dua orang putra Jin Bun saja, yaitu Yat Sun dan Tung-ka-lo, yang masing-masing identik dengan [[Pangeran Sabrang Lor]] dan [[Sultan Trenggana]].
Baris 181 ⟶ 112:
* Dalam film ''[[Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar]]'' (1985), Raden Patah diperankan oleh [[Anwar Fuady]].
==
{{reflist}}
==
* [https://varmaninstitute.com/2022/05/garis-silsilah-raden-fatah/ ''Garis Silsilah Raden Fatah 2022''] . Taufiq Kusumawardhana 2022.
* [https://sofiaabdullah.wordpress.com/2017/02/16/benarkah-raden-fatah-dan-walisongo-keturunan-tionghoa/ ''Sejarah asli Raden Fatah''] Sofia Abdullah
Baris 194 ⟶ 125:
* {{Cite book|last=Muljana|first=Slamet|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=9dBqDwAAQBAJ|title=Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara|location=Yogyakarta|publisher=LKIS|isbn=9789798451164|pages=|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Ricklefs|first=M. C.|date=2008|url=https://www.goodreads.com/book/show/6472158-a-history-of-modern-indonesia-since-c-1200|title=A History of Modern Indonesia Since C.1200|location=London|publisher=Palgrave MacMillan|isbn=9780230546868|edition=4|pages=|ref=harv|url-status=live}}
{{notelist}}
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Sultan Demak|tahun=1475—1518|pendahulu=[[
{{kotak selesai}}
Baris 211 ⟶ 140:
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
|