Sebelum meninggalkan Basra, Ali menegur warganya karena melanggar sumpah setia dan memecah belah masyarakat. Dia kemudian menunjuk Ibnu Abbas sebagai gubernur Basra setelah menerima janji baru mereka.{{Sfn|Madelung|1997|p=182}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012b}} M.A. Shaban menambahkan bahwa Ali membagi dana perbendaharaan secara merata di Basra,{{Sfn|Shaban|1970|p=72}} yang tetap menjadi surga selama bertahun-tahun bagi sentimen pro-Utsman.{{Sfn|Donner|2010|p=159}}{{Sfn|Shaban|1970|p=67}} KhalifahAli segera berangkat ke Kufah,{{Sfn|Madelung|1997|p=182}} tibadan tiba di sana pada bulan Desember 656 atau Januari 657. Ia menolak tinggal di kastil gubernur, menyebutnya ''qasr al-khabal'' ({{lit|'kastil korupsi'}}), dan malah tinggal bersama keponakannya Ja'da bin Hubairah.{{Sfn|Madelung|1997|p=183}} Kufah dengan demikian menjadi basis aktivitas utama Ali selama kekhalifahannya.{{Sfn|Donner|2010|p=159}}{{Sfn|McHugo|2018|loc=§2.II}} Dengan langkah ini, elit Madinah secara permanen kehilangan otoritas mereka atas komunitas Muslim, kata Maria M. Dakake.{{Sfn|Dakake|2012|p=52}} Kennedy juga menyoroti kerugian strategis Madinah, mengatakan bahwa Madinah jauh dari pusat populasi Irak dan Suriah, dan sangat bergantung pada pengiriman biji-bijian dari Mesir.{{Sfn|Kennedy|2015|p=66}} Kufah tetap menjadi pusat utama Islam Syiah sampai pertengahan abad kedua [[Hijriyah]] (pertengahan abad kedelapan), ketika [[Baghdad]] didirikan.{{Sfn|Momen|1985|p=24}}