Arsyad Thalib Lubis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 45:
== <big>Karya</big> ==
 
<big>Sejak tahun [[1928]] pada usia 20 tahun, Arsyad Thalib Lubis sudah aktif menulis di majalah. Pada tahun [[1928]]-[[1931]] ia menjadi [[penulis]] majalah Fajar Islam. Kemudian ia menjadi pemimpin redaksi majalah Medan Islam ([[1934]]-[[1942]]), pemimpin redaksi majalah Dewan Islam ([[1945]]), dan anggota redaksi
al-Islam (1955-1957).</big>
 
<big>Pada usia 28 tahun, menulis buku pertamanya, ia menulis buku di berbagai bidang ilmu agama.</big>
 
<big>Pada bidang akidah, ia antara lain menulis buku; ''Imam Mahdi'', Pokok-Pokok Kepercayaan dalam [[Islam]], Pelajaran Iman, Pelajaran [[Tauhid]], dan [[Akidah Islam|Akidah]] Imaniyah. Pada bidang [[Fikih]], [[Ushul Fikih|Usul Fikih]], dan [[Akidah Islam|Akidah]], ia menulis Ilmu [[Fikih]], Fatwa Mengenai sebelas Masalah Agama, Ilmu Pembagian Pusaka, Jaminan
Kemerdekaan Beragama dalam Hukum Islam, al-Usul fi 'ilma al-Usul (pokok-
pokok dalam Ilmu Usul Fikih), dan al-Qawa'id al-Fiqhiah (Kaidah-Kaidah
Fikih, dua jilid).</big>
 
<big>Pada bidang ibadah ia menulis Pemimpin Haji Mabrur, Pelajaran Ibadah, dan Himpunan Doa Nabi-Nabi. Pada bidang perbandingan agama, ia menulis Ruh Islam, Islam di Polandia, Istilahat al-Muhaddis (Istilah-istilah Ahli Hadis), Pembahasan di Sekitar [[Nuzululqur'an|Nuzulul Qur'an]], Kisah
[[Isra Mikraj|Isr'a Mi'raj]], dan Pedoman Mati.
Buku-buku tersebut pada umumnya telah tersebar luas di masyarakat.</big>
 
<big>Sebahagian dari buku karyanya dijadikan buku wajib di perguruan-perguruan [[Al Washliyah]].</big>
 
<big>Hampir sepanjang hayatnya ia gunakan untuk mengajar di antaranya di Madrasah Al Irsyadiyah Medan sejak tahun [[1926]]-[[1930]], di Madrasah Al Washliyah Meulaboh, [[Aceh]] [[1931]]-[[1932]], Madrasah Al Washliyah Medan [[1933]]-[[1945]], Madrasah Al Qismul Ali Al Washliyah Tebing Tinggi [[1946]]-[[1947]] dan Madrasah Al Qismul Ali Al Washliyah Medan [[1953]]-957[[1957]]. Kemudian ia menjadi lektor pada Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Medan [[1953]]-[[1954]], guru besar Ilmu [[Fikih]] dan [[Ushul Fikih]] pada [[Universitas Islam Sumatra Utara]] ([[1954]]), dan dosen tetap pada [[Universitas Al Washliyah]] sampai akhir hayatnya.<ref>Ahmad Nasution et. al., Sejarah Ulama-Ulama Terkemuka di Sumatra Utara
(Medan: MUI-SU, 1975), h. 289.</ref></big>
 
== Pekerjaan ==
<big>Sejak 1946 hingga 1957 ia memegang berbagai jabatan struktural di Departemen Agama, di antaranya Kepala Mahkamah Syariah Keresidenan [[Sumatra Timur]], Kepala Jawatan Agama Keresidenan Sumatra Timur
(Kantor<big>Sejak [[1946]] Wilayahhingga [[1957]] ia memegang berbagai jabatan struktural di [[Kementerian Agama PropinsiRepublik SumatraIndonesia|Departemen Utara)Agama]], Kepaladi Bahagianantaranya KepenghuluanKepala KantorMahkamah UrusanSyariah Agama PropinsiKeresidenan [[Sumatra UtaraTimur]], dan Pejabat Kepala Kantor UrusanJawatan Agama Propinsi[[Keresidenan Sumatra Utara.<ref name="ibid" /></big>Timur]]
(Kantor Wilayah [[Kementerian Agama Republik Indonesia|Kementerian Agama]] [[Sumatra Utara|Propinsi Sumatra Utara]]), Kepala Bahagian Kepenghuluan Kantor Urusan Agama Propinsi [[Sumatra Utara]], dan Pejabat Kepala Kantor Urusan Agama Propinsi [[Sumatra Utara]].<ref name="ibid" /></big>
 
<big>Dalam kegiatan organisasi, ia aktif sebagai anggota Pengurus Besar organisasi [[Al Washliyah]] ([[1930]]-[[1956]]). Meskipun kemudian ia tidak duduk dalam kepengurusan, ia tetap aktif memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam
kegiatan [[Al Washliyah]] yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah, dan
sosial.</big>
 
<big>Sejak [[Majelis Islam A'la Indonesia|Majelis Islam A’la Indonesia]] (MIAI) di lebur ke dalam [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (1945)|Masyumi]]
tahun [[1945]], ia berulang-ulang menjadi pimpinan wilayah dan anggota Majelis
Syuro Wilayah. Kemudian, ia menjadi anggota [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (1945)|Masyumi]] Pusat 1953- 1954 dan [[Daftar anggota Konstituante|Anggota Konstituante]] dari fraksi [[Masyumi]] sejak tahun [[1956]] sampai dibubarkan pada tahun [[1960]].<ref name="ibid" /></big>
 
<big>Ketika paham Ahmadiah Qadian menimbulkan gejolak di [[Sumatra Timur]], ia menfatwakan kekafiran Ahmadiah Qadian dan larangan menguburkan penganutnya di pekuburan muslim. la juga memfatwakan bahwa Komunis harus diharamkan hidup di [[Indonesia]] pada Muktamar [[Ulama]] Seluruh [[Indonesia]] di [[Kota Medan|Medan]] tahun [[1953]],
dan fatwanya itu dipertegas lagi pada Muktamar Ulama se-Sumatra di [[Kota Bukittinggi|Bukit Tinggi]] dan Muktamar Ulama di [[Kota Palembang|Palembang]].<ref>Ibid., h. 292-293</ref> Ia juga selalu diminta untuk memberikan kuliah umum pada HUT [[Universitas Al Washliyah|UNIVA]], seperti pada awal tahun [[1960-an]], pada saat itu terjadi polemik tentang kemungkinan manusia sampai ke angkasa luar (bulan) sedang hangat dibicarakan berbagai kalangan masyarakat.</big>
 
<big>Maka Arsyad Thalib Lubis memberikan kuliah umum pada acara HUT ke II [[Universitas Al Washliyah|UNIVA]] yang jatuh pada tanggal [[18 Mei]] [[1960]] dengan judul: ”Agama Islam dan Penghuni Angkasa Luar”. Dalam kuliah ini ia menyimpulkan bahwa dalil-dalil yang disebutkan [[al-Qur'an]] memungkinkan manusia untuk sampai ke angkasa luar.<ref>35Arifinsyah, Wacana Pluralisme Agama Kontemporer (Bandung: Citapustaka, 2002), h.95</ref> Selain itu pada HUT yang ke X, ia menyampaikan kuliah umumnya dengan judul:“Keesaan Tuhan Menurut Ajaran Kristen dan Islam”[[Islam]]”.</big>
 
'''<big>KARYA TULIS</big>'''
Baris 84 ⟶ 85:
<big>Sebagai seorang ulama, ilmuwan, alim, cendikiawan, akademisi, dai, H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis juga seorang penulis yang sangat produktif.</big>
 
<big>Selama hidupnya Tuan Arsyad telah menulis lebih dari 50 buku dalam berbagai displin ilmu disamping puluhan artikel-artikel yang dimuat diberbagai majalah Medan. Karya <!--beliau-->ia dapat dibagi kepada 3 kategori :</big>
 
<big>1.            Jawaban terhadap berbagai isu kontemporer.</big>
Baris 94 ⟶ 95:
<big>Berikut nama-nama buku karya Syekh H. Muhmmad Arsyad Thalib Lubis :</big>
 
<big>A. Jawaban <!--beliau-->ia terhadap isu kontemporer</big>
 
# <big>Tuntunan Perang Sabil.</big>
Baris 150 ⟶ 151:
<big>Almarhum tetap masih hidup di alam ini terutama di hati masyarakat Islam Sumatera Utara walaupun jasadnya telah di dalam kubur.</big>
 
<big>Tulisan-tulisan anak-anak murid <!--beliau-->ia telah mewarnai kehidupan masyarakat muslim Provinsi Sumatera Utara khususnya warga Al Washliyah dan UISU di Indonesia.</big>
 
<big>Pada Tahun 1971 H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis berfikir untuk melahirkan satu yayasan yang bertujuan mengirim para da’i dan muballigh ke daerah-daerah terpencil untuk mendakwah Islam kepada masyarakat yang belum beragama.</big>
Baris 160 ⟶ 161:
<big>Dana yang terkumpul itulah yang digunakan oleh Yayasan Baitul Makmur untuk mengirim para da’i dan muballigh ke Karo dan Dairi bahkan ke daerah Mentawai serta ke daerah-daerah terpencil lainnya, yang honor bulanan mereka dibayar Yayasan Baitul Makmur.</big>
 
<big>Setelah Almarhum dr. Gading Hakim wafat, para ulama dan Pengurus Baitul Makmur sepakat mengangkat Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis Sp.A(k) sebagai Ketua Umum Yayasan dengan didampingi beberapa Guru Besar Fakultas Kedokteran USU Medan. Sungguh mereka sebenarnya telah melanjutkan misi para ulama terdahulu. Sayang sampai sekarang Baitul Makmur belum memiliki kantor yang tetap, karena itu buku-buku dan kitab-kitab yang dibeli Baitul Makmur dari H. Hammad Hasan Lubis (Alumni Kairo Universiti) dititipkan di Kantor Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sumatera Utara. Kami berdoa kiranya Allah SWT., memberkati usia Prof. dr. Chairuddin P. Lubis Sp.A (K), karena lebih 50% dana kegiatan Yayasan Baitul Makmur berasal dari zakat, sadakah dan wakaf <!--beliau-->ia . Banyak yang berharap kiranya setelah siap masjid dakwah USU yang kembar di Jl. Sumarsono Kampus USU ada satu ruangan yang dapat dijadikan sebagai kantor yayasan Baitul Makmur sehingga masjid Dakwah USU akan menjadi Islamic Center di tengah-tengah masyarakat intelektual kampus.</big>
 
'''<big>POKOK - POKOK PERJUANGAN BERUPA GAGASAN, IDE DAN AKSI</big>'''
Baris 182 ⟶ 183:
'''<big>PEKERJAAN YANG DITEKUNI</big>'''
 
<big>Pada tahun 1949 - 1957 <!--beliau-->ia diberi amanah oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk mengurus berbagai jabatan penting dalam-dalam Kementerian Agama diantaranya :</big>
 
<big>1. Pegawai Jawatan Agama.</big>