Abu Dzar al-Ghifari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Pranala Syiah: clean up, removed stub tag |
Kadipaten87 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 8:
|parents = Junadah bin Sakan (ayah)
}}
Nama lengkapnya adalah '''Jundub bin Junadah bin Sakan bin Sufyan bin Ubaid bin Waqi'ah bin Haram bin Ghifar bin Malil bin Dhamr bin Bakr bin Abdi Manat bin Kinanah''' ({{lang-ar|جُندب بن جَنادة}}) atau lebih dikenal dengan nama panggilan atau kunyah-nya yaitu '''Abu Dzar al-Ghifari''' atau
== Biografi ==
Abu Dzar berasal dari [[suku
Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk mengabarkan bahwa ia kini adalah seorang [[Muslim]], hingga memicu kekhawatiran serta kemarahan kaum kafir Quraisy dan membuatnya menjadi bulan - bulanan kaum Quraisy. Berkat pertolongan [[Abbas bin Abdul Muthalib]], ia selamat dan suku Quraisy membebaskannya setelah mereka mengetahui bahwa orang yang dipukuli berasal dari suku Ghifar.
Meski ia termasuk sebagai sahabat yang paling awal masuk Islam, tetapi ia terlambat untuk menyertai hijrah Nabi Muhammad ke Madinah. Ia masuk Madinah setelah perang Badar berlangsung. Ada riwayat yang mengatakan bahwa ia juga tidak ikut dalam perang Khandaq, tetapi ia kemudian ikut serta dalam perang Hunain sebagai pembawa bendera perang sukunya.
Orang-orang yang masuk Islam melalui dia, adalah: Ali-al-Ghifari, Anis al-Ghifari, Ramlah al-Ghifariyah.
Baris 23 ⟶ 25:
Saya minum air itu sedikit dan saya merasakan nikmat. Setelah itu, saya bersumpah tak akan minum air itu lagi sebelum Nabi SAW meminumnya." Dengan rasa haru, Rasulullah berujar, "Engkau datang sendirian, engkau hidup sendirian, dan engkau akan meninggal dalam kesendirian. Tapi serombongan orang dari Irak yang saleh kelak akan mengurus pemakamanmu." Abu Dzar Al Ghifary, sahabat setia Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.
Tidak diketahui pasti kapan Abu Dzar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan tinggal dekat jalur kafilah Mekkah, Syria. Riwayat hitam masa lalu Abizar tak lepas dari keberadaan keluarganya.
Abu Dzar yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga perampok besar Al Ghiffar saat itu, menjadikan aksi kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan sebagai profesi keseharian. Itu sebabnya, Abu Dzar yang semula bernama Jundab, juga dikenal sebagai perampok besar yang sering melakukan aksi teror di negeri-negeri di sekitarnya.
Kendati demikian, Jundab pada dasarnya berhati baik. Ia bahkan tercatat tidak pernah menyembah berhala sebagaimana umumnya bangsa Arab waktu itu. Kerusakan dan derita korban yang disebabkan oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya: Insyaf dan berhenti dari aksi jahatnya tersebut. Bahkan tak saja ia menyesali segala perbuatan jahatnya itu, tetapi juga mengajak rekan-rekannya mengikuti jejaknya. Tindakannya itu menimbulkan amarah besar sukunya, yang memaksa Jundab meninggalkan tanah kelahirannya.
Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis Al Ghifar,
Mendengar datangnya agama Islam, Abu Dzar pun berpikir tentang agama baru ini. Saat itu, ajaran Nabi Muhammad ini telah mulai mengguncangkan kota Mekkah dan membangkitkan gelombang kemarahan di seluruh Jazirah Arab. Abu Dzar yang telah lama merindukan kebenaran, langsung tertarik kepada Rasulullah, dan ingin bertemu dengan Nabi SAW. Ia pergi ke Mekkah, dan sekali-sekali mengunjungi Ka'bah. Sebulan lebih lamanya ia mempelajari dengan saksama perbuatan dan ajaran Nabi. Waktu itu masyarakat kota Mekkah dalam suasana saling bermusuhan.
Baris 41 ⟶ 43:
Bahkan sebelum masuk Islam, ia sudah mulai menentang pemujaan berhala. Dia berkata: "Saya sudah terbiasa bersembahyang sejak tiga tahun sebelum mendapat kehormatan melihat Nabi Besar Islam." Sejak saat itu, Abu Dzar membaktikan dirinya kepada agama Islam.
=== Kisah
Diceritakan oleh (Abu Jamra): Ibnu Abbas r.a. berkata pada kami:
Maukah kalian aku ceritakan kisah tentang masuk Islamnya Abu Żar?
Baris 99 ⟶ 100:
Begitulah kisah tentang masuk Islamnya Abu Żar r.a. (4:725-OB)
=== '''Menjadi Sahabat Nabi''' ===
Mendapat kepercayaan Nabi saw., Abizar ditugaskan mengajarkan Islam di kalangan sukunya. Meskipun tak sedikit rintangan yang dihadapinya, misi Abizar tergolong sukses. Bukan hanya ibu dan saudara-saudaranya, hampir seluruh sukunya yang suka merampok berhasil diislamkan. Itu pula yang mencatatkan dirinya sebagai salah seorang penyiar Islam fase pertama dan terkemuka.
Baris 114 ⟶ 115:
Untuk memperkuat pendapatnya itu, Abizar mengutip peristiwa masa Nabi: "Suatu hari, ketika Nabi Besar sedang berjalan bersama-sama Abizar, terlihat pegunungan Ohad.
Nabi berkata kepada Abizar, 'Jika aku mempunyai emas seberat pegunungan yang jauh itu, aku tidak perlu melihatnya dan memilikinya kecuali bila diharuskan membayar utang-utangku. Sisanya akan aku bagi-bagikan kepada hamba Allah'.
'''Pelayan Duafa dan Pelurus Penguasa'''▼
▲=== '''Pelayan Duafa dan Pelurus Penguasa''' ===
Semasa hidupnya, Abizar Al Gifari sangat dikenal sebagai penyayang kaum dhuafa. Kepedulian terhadap golongan fakir ini bahkan menjadi sikap hidup dan kepribadian Abizar. Sudah menjadi kebiasaan penduduk Giffar pada masa jahiliah merampok kafilah yang lewat. Abizar sendiri, ketika belum masuk Islam, kerap kali merampok orang-rang kaya. Namun hasilnya dibagi-bagikan kepada kaum duafa. Kebiasaan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk agama terakhir ini.
Baris 129:
Keberanian dan ketegasan sikap Abizar ini mengilhami tokoh-tokoh besar selanjutnya, seperti Hasan Basri, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan lainnya. Karena itulah, tak berlebihan jika sahabat Ali Ra, pernah berkata: "Saat ini, tidak ada satu orang pun di dunia, kecuali Abuzar, yang tidak takut kepada semburan tuduhan yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan saya sendiri pun bukan yang terkecuali."
== Ilmu dan Kedudukan ==
Abu Dzar dikenal sebagai sosok sahabat yang sangat tekun belajar menuntut ilmu kepada Nabi Muhammad, sangat sering bertanya berbagai macam permasalahan kepada Nabi. Oleh sebab itu, ia menjadi salah satu sahabat yang paling diutamakan dalam permasalahan hukum di masa Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Dikatakan bahwa tingkat keilmuannya sebanding dengan Ibnu Mas'ud, hal inilah yang mendorong Khalifah Umar untuk memberikan bagian berupa bantuan materi yang diambilkan dari baitul mal yang biasanya diperuntukkan kepada para Ahlu Badar saja kepada Abu Dzar.
Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa Abu Dzar sangat pantas untuk disandingkan dengan para mufti dari kalangan sahabat, hanya saja ilmunya tidak ada yang tersampaikan kepada penerus atau muridnya.
== Referensi ==
# Summarized Sahih Al Bukhary, Islamic University Al Madinah Al Munawarah.
== Pranala luar ==
|