Sebagai kerajaan yang berkembang di Tanah Batak, kehidupan sosiokultural kerajaan Haru menunjukkan karakteristik Batak yang cukup kental. Kebudayaan dan linguistik Haru sendiri mengadopsi kebudayaan dan bahasa Batak, lebih tepatnya yakni Batak Karo.
RajaPada abad ke-15, pemimpin kerajaan Haru dan penduduknya kemungkinan besar telah memeluk agama Islam, sebagaimana disebutkan dalam ''[[Yingyai Shenglan]]'' (1416), karya Ma Huan yang ikut mendampingi Laksamana Cheng Ho dalam pengembaraannya. Dalam [[Hikayat Raja-raja Pasai]] dan [[SejarahSulalatus Melayu]]Salatin disebutkan bahwa kerajaan tersebut diislamkanmengalami islamisasi oleh Nakhoda Ismail dan Fakir Muhammad, yang juga mengislamkan Merah Silu, Raja [[Kesultanan Samudera Pasai|Samudera Pasai]] pada pertengahan abad ke-13.
Sumber-sumber Tiongkok menyebutkan bahwa adat istiadat seperti perkawinan, adat penguburan jenazah, bahasa, pertukangan, dan hasil bumi Haru samamemiliki keselarasan dengan [[Melaka]], [[Kesultanan Samudera Pasai|Samudera]] dan [[Jawa]]. Mata pencaharian penduduknya adalah menangkap ikan di pantai dan bercocok tanam. Tetapi karena tanah negeri itu tidak begitu sesuai untuk penanaman padi, maka sebagian besar penduduknya berkebun menanam kelapa, pisang dan mencari hasil hutan seperti kemenyan. Mereka juga berternak unggas, bebek, kambing. Sebagian penduduknya juga sudah mengonsumsi susu. Apabila pergi ke hutan mereka membawa panah beracun untuk perlindungan diri. Wanita dan laki-laki menutupi sebagian tubuh mereka dengan kain, sementara bagian atas terbuka. Hasil-hasil bumi dibarter dengan barang-barang dari pedagang asing seperti keramik, kain sutera, manik-manik dan lain-lain.<ref name=waspada />
Peninggalan arkeologi di Kota China menunjukkan wilayah Haru memiliki hubungan dagang dengan Tiongkok dan India.<ref name = melayuonline2 >[http://melayuonline.com/article/?a=aWdOL1U5bWh1MGY%3D= A Note on Aru and Kota China (Part 2)]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Namun dalam catatan Ma Huan, tidak seperti Pasai atau Malaka, pada abad ke-15 Haru bukanlah pusat perdagangan yang besar.<ref name=melayuonline1 /> Agaknya Raja-raja Haru kemudian mengalihkan perhatian mereka ke perompakan.sebab Haru terkenal sebagai penguasa Selat MALAKA<ref name=melayuonline2/>
Haru memakai batak, dan dalam kejayaan Aru Haru Haro beberapa wilayah terpengaruh budaya dan bahasa batak.